0.5 ; perkara uang jajan

118 14 0
                                    

"Udah sampai!" seru Papa Wonra dan Woozi dari balik kemudi.

Papa memang selalu begitu sejak si kembar itu masih kecil. Pasti Papa akan memberitahu dengan lantang jika sudah sampai di tujuan.

"Pa, kita bukan anak TK lagi. Udah SMA, kelas 12," jelas Woozi datar sembari berusaha membuka pintu mobil.

"Ih, gapapa kali. Ntar lo juga pasti bakal kangen sama kebiasaan Papa setiap ngantar sekolah," tukas Wonra yang sedang merapikan poninya.

Papa berpaling ke belakang. Mengacak rambut anak gadisnya sambil tersenyum.

"Emang Wonra is the best!"

Wonra sebenarnya cringe, tapi dia tetap tersenyum memperlihatkan deretan giginya pada Papa, lalu mencium punggung tangan beliau.

Woozi juga ikut menyalami, kemudian keluar dari mobil. Dia membuka bagasi mobil untuk mengambil gitar miliknya.

"Hari ini ambil nilai seni, Zi?" tanya Papa sembari melirik Woozi lewat kaca spion dalam mobil, yang dibalas Woozi dengan dehaman. "Pulangnya jam 3, kan? Nanti Papa jemput, ya."

"Iya, Pa," jawab Wonra lalu turun dari mobil. "Hati-hati di jalan, Pa!"

Papa mengacungkan jari jempolnya lewat kaca jendela mobil. Wonra membalasnya dengan senyuman, kemudian mengekori Woozi yang sedang menyeberang ke arah gerbang sekolah.

"Emang beneran ada praktek nyanyi, Ji? Kok, kelas gue gak dikasih tau, sih," celetuk Wonra. Dia memang suka memanggil kembarannya dengan panggilan Uji, lebih simpel menurutnya.

"Gak ada sebenarnya," jawab Woozi tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. "Biasa, lah, kelas gue. Kebanyakan jamkosnya. Makanya gue bawa aja gitar biar bisa karaokean di kelas."

Wonra mendelik. "Ck, kebanyakan bohongin Papa lo."

"Terpaksa. Biar cepet," balas Woozi singkat.

"Btw, Ji...."

"Apa?"

"Gue masih lapar. Pengen ngantin dulu. Minta uang jajan, dong."

"Bukannya Mama ngasih uang jajannya ke lo?"

"Lah, kata Mama minta ke lo."

Woozi menghentikan langkahnya, lalu menatap Wonra tanpa berkedip. "Mampus."

Wonra membelalakkan matanya. Tanpa disuruh oleh Woozi, dia segera berlari melawan arah untuk mengejar mobil Papa yang masih terlihat dari depan gerbang. Wonra berharap Papa tak menginjakkan pedal gas sekarang juga.

Mata Wonwoo menangkap sosok Wonra yang tengah berlari ke arah tempat dia berdiri. Wonwoo baru saja keluar dari bus dan sedang menunggu untuk dapat menyeberangi zebra cross.

Wonwoo mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Benar saja, tepat di depannya, terparkir sebuah mobil yang Wonwoo yakini itu adalah mobil orangtua Wonra dan Woozi.

Tanpa disuruh, Wonwoo mengetuk pelan kaca mobil itu. Seorang pria yang sangat mirip dengan si kembar membukanya. Wonwoo lalu tersenyum canggung pada beliau.

"Maaf kalau mengganggu, Om. Mohon tunggu sebentar. Kayaknya anak Om sedang berlari kesini buat nyamperin Om," ucap Wonwoo sopan sembari menunjuk Wonra yang hampir sampai.

"Hah?" tanya pria berumur empat puluhan itu sembari menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Wonwoo. "Loh, Wonra? Kenapa, nak? Ada yang ketinggalan?"

Wonra yang baru saja tiba di sebelah Wonwoo sedang mengatur napasnya. "Hhh.... Hhh.... Ada, Pa."

"Jangan bilang kalau yang ketinggalan itu hati kamu ke Papa. Biasanya, kan, di drama yang sering kamu tonton itu, ada yang tiba-tiba nyamperin terus ngasih finger heart."

Gini nih, kalau potret bokap yang sering dicekoki drama Korea oleh anaknya.

Wonra menggeleng cepat. "Bukan. Itu, Mama belum ngasih uang jajan ke aku sama Woozi, Pa."

"Oalah," kata Papa seraya mengeluarkan uang berwarna merah sebanyak dua lembar dari dompet kulit miliknya. "Nih, bagi dua sama Woozi, ya."

"Loh, gak kebanyakan, Pa?" tanya Wonra yang kebingungan karena dikasih tiga kali lipat dari biasanya.

Wonwoo yang sedari tadi memerhatikan percakapan keluarga ini jadi tertawa kecil.

"Udah. Ambil aja, anggap aja hoki," bisik Wonwoo.

Wonra menatap Wonwoo. Dia tak percaya jika Wonwoo mengatakan hal itu sambil cekikikan.

"Iya, gapapa, Ra. Toh, kamu juga lagi sibuk ngurusin festival sekolah kamu itu, kan. Jajanin aja biar asupan kamu full dan gak kecapean," balas Papa.

Papa Wonra mengalihkan pandangan pada Wonwoo. "Oh, iya, nak. Makasih, ya, udah bilang ke saya kalau Wonra lagi ngejar. Untung saya belum pergi. Coba kalau sudah, bakal kelaparan seharian anak saya ini. Gak kebayang, deh, gimana muka melasnya minjam duit ke temennya."

Wonwoo tertawa. "Iya, sama-sama, Om."

"Kalau gitu Om pergi dulu, ya," pamit Papa Wonra. "Dah, Wonra! Papa ke kantor dulu!"

Wonra membalas lambaian tangan Papanya. Mobil Papa melaju di jalanan. Mata Wonra mengikutinya, sampai mobil itu menghilang di tikungan.

Baru saja Wonra melangkahkan satu kakinya di zebra cross, tiba-tiba tangan Wonwoo mencengkeram pergelangan tangan Wonra.

"Eh, tunggu dulu," selanya. "Masih ada kendaraan yang lalu lalang, Ra. Lo mau mati di depan sekolah terus jadi hantu penunggu sekolah?"

Wonra memutar bola matanya. "Apa, sih, Won. Tuh, lampunya udah merah. Kendaraan udah pada berhenti."

"A-ah." Wonwoo gelagapan. Dia sendiri jadi bingung mengapa dirinya sontak memegang tangan Wonra tadi.

Mereka berdua kemudian berjalan beriringan. Tanpa ada sepatah kata pun yang terucap di antara keduanya. Padahal, lalu lintas sedang sangat berisik oleh klakson kendaraan-kendaraan itu.

"Ra."

Suara Wonwoo memecah keheningan.

"Apalagi?"

Wonwoo menggantungkan kalimatnya sebelum mulai berbicara lagi. "Lo gak ada niatan mau traktir gue gitu? Gue, kan, udah bantuin lo buat dapat uang jajan lebih."

Wonra memandang Wonwoo tak percaya. "Gue gak nyangka lo kayak gini, Won."

Dramatis, membuat Wonwoo menghendikkan kepalanya.

"Ih, lo gak merasa bersalah gitu gak ngebolehin gue ikut ditraktir si Junhoe sebulan yang lalu?"

"Gak."

Singkat, padat, dan pedas. Emang persis banget si Wonra sama Woozi.

"Ra...," bujuk Wonwoo dengan nada memelas. "Please, satu porsi doang."

"Ish, bener, ya, satu porsi? Awas kalau lo minta nambah."

"Bayarin minumnya juga nanti."

Wonra benar-benar jengah menanggapi kejadian langka ini. Tumben sekali dia bisa melihat Wonwoo bersikap manis hanya agar ditraktir olehnya.

Wonra tak membalas lagi, melainkan berjalan lebih cepat mendahului Wonwoo.

"Wonra! Tunggu!"

🔥🔥🔥

🔥🔥🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hareudang ; [JWW] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang