Wonwoo baru saja keluar dari parkiran, beranjak ke lapangan sekolahnya. Padahal hari ini adalah hari senin, tapi dia santai sekali melewati pagar dengan kecepatan rendah pada jam 7 lewat 30 menit ini. Jika dia tak menunjukkan kokarde panitianya, pasti Wonwoo sudah kena hukum seperti murid lainnya.
Mulai hari ini, sekolah akan membebaskan para siswanya untuk ikut menjadi bagian dari festival, alias jamkos untuk satu minggu!
Terserah mereka ingin berjualan di festival, mengikuti perlombaan kecil, memainkan berbagai game yang tersedia di beberapa stand, maupun hadir sebentar lalu pulang. Asal tetap mengisi daftar kehadiran, mereka aman.
Wonwoo menyampirkan tas serut hitam yang selalu dipakainya sejak awal festival sembari melihat ke layar ponselnya. Matanya sibuk membaca rentetan pesan yang belum terbalas, sementara kakinya terus berjalan ke arah ruang OSIS. Dia tetap santai lagi dan lagi walaupun di tengah lapangan sana kepala sekolah sedang memberikan amanat panjang yang membosankan.
Hampir saja kaki Wonwoo melangkah masuk ke ruang OSIS, telepon dari Dokyeom menginterupsinya. Adik kelasnya itu memberitahukan sesuatu yang amat mengejutkan batin dan pikiran Wonwoo.
🔥🔥🔥
Wonra tak henti-hentinya mengomeli Dokyeom tepat setelah upacara bendera selesai. Dia tak habis pikir, mengapa Dokyeom harus memberitahukan hal itu secara mendadak saat h-5 acara puncak yang diselenggarakan pada jumat malam?
"Gue minta maaf, kak. Tapi tenggorokan gue bener-bener sakit banget dari kemaren sore," ucap Dokyeom dengan suara sangat serak bak orang yang hampir kehilangan pita suaranya. Dia berkali-kali harus berdeham untuk memulihkan suaranya meski tak berhasil.
"Biasanya juga sembuh setelah sehari atau dua hari. Masa beneran separah itu sampai lo mengundurkan diri?!" bentak Wonra.
Dia sebenarnya kasihan pada Dokyeom, tapi tetap saja kebiasaan ngegasnya yang spontan itu tak bisa dilepaskan.
"Gue langsung ke dokter malam tadi. Dokter bilang sakit tenggorokan gue parah banget, Kak Won," lirih Dokyeom.
"Separah apa, sih?! Coba lo jelasin! Walaupun gue gak terlalu pinter dan gak cocok masuk MIPA, tapi gue bakal ngerti yang begituan kalau lo jelasin, Kyeom!"
"Gue aja gak ngerti dan udah ngelupain semua penjelasan dokternya, gimana mau jelasin ke lo, kak," jawab Dokyeom yang suara makin kesini makin mengecil.
"Ah, salah banget ngomong sama anak IPS," rutuk Wonra.
"Hehe, kalau tentang peta geografis dan ekonomi Indonesia mungkin gue bisa jelasin ke kakak," cengir Dokyeom.
Wonra memandang resah Dokyeom. Nih ya, coba kalian bayangkan Dokyeom bilang "he-he" dengan suara yang dipaksakan dan sedikit lagi benar-benar menghilang. Senyum lebar dan keadaan suaranya sekarang benar-benar tidak mempunyai sinkronisasi.
"Udah, ah. Diem aja supaya suara lo gak beneran ketelen bumi," ingat Wonra. "Lagian pake dibalas segala. Mana gak nyambung lagi."
Cengiran Dokyeom terbit lagi, membuat Wonra makin bergidik melihatnya.
"Ck. Tapi harus banget apa gue dipasangin sama Wonwoo?"
"Harus, lah, kak. Kan—"
"Ssttt. Gak usah dijawab. Ngeri gue ngedenger suara lo yang serak gitu," potong Wonra. "Sana, gih, istirahat aja. Kalau bisa sekalian pulang aja biar lo cepet sembuh."
Nada bicara Wonra memang terkesan mencibir, namun maksud perkataannya dapat dimengerti Dokyeom. Dokyeom tersenyum kecil lalu pamit pada Wonra
🔥🔥🔥

KAMU SEDANG MEMBACA
Hareudang ; [JWW] ✔️
Fanfic"gimana rasanya pas lihat mantan jalan sama pacar barunya, won?" "hareudang." -duo won "ck, lebih hareudang lagi denger kalian berdua adu mulut padahal senasib sama-sama jadi korban perselingkuhan." ↪️[semi baku ; lokal] ▶️mei 2020 ©rfashua