0.6 ; rawon

140 16 0
                                    

Wonra suntuk banget. Kepalanya sudah tenggelam dalam jaket berwarna biru tua yang dia pinjam dari Hoshi. Dia hampir saja benar-benar tertidur jika suara berat Wonwoo tidak menginterupsinya.

"Ra, kantin, kuy. Mumpung jamkos. Ntar kalau ke kantinnya pas istirahat bisa gak kebagian tempat duduk," ucap Wonwoo seraya membangunkan Wonra dengan cara menusuk-nusukkan jari telunjuknya di punggung Wonra.

"Tumben lo ngajak Wonra ngantin, Won," celetuk Doyoung yang sedang membagikan buku tulis teman-teman sekelasnya.

Wonwoo memalingkan kepalanya. Dia menaruh jari telunjuk di depan mulutnya. "Ssttt. Jangan sampai singa betina ngamuk. Wonra udah janji mau traktir gue."

"Lah, bisa akur, toh. Biasanya juga adu mulut mulu."

"Lo aja yang gak tau. Tadi aja susah banget ngebujuk dia. Emang tampangnya tuh selalu mengundang gue buat debat mulu sama dia."

"Tapi bener kata Doyoung, Won," ucap Hoshi yang sedang menyalin jawaban tugas milik Wonwoo ke dalam buku latihannya. "Tumben lo bersikap gitu ke dia. Jangan-jangan lo naksir Wonra, ya?! Lo lagi nyari cara buat pdkt sama raja hutan ini, kan?!"

Wonwoo mendelik. Tangannya refleks terangkat ingin menjitak Hoshi yang super bacot itu. Namun, tangan Wonra sudah terlebih dahulu memukul Hoshi.

"BANGKE! GEGARA LO GUE JADI KE BANGUN KAN!"

Eh, Wonra malah marahnya ke Wonwoo. Matanya melotot dan telunjuknya diarahkan ke lelaki dengan kacamata yang bertengger di hidungnya itu.

"Hiks, lo marah ke Wonwoo tapi kenapa gue yang dipukul, Ra?" ringis Hoshi sambil mengusap-usap bagian tubuhnya yang kena pukulan maut Wonra.

"LO JUGA! APA-APAAN BILANG WONWOO NAKSIR GUE?! GAK BAKAL KEJADIAN! KALAU IYA JUGA GUE GAK BAKAL NERIMA DIA!"

Wonwoo menatap Wonra kesal. "Heh, gue juga gak mau, ya, nembak cewek macam mamalia laut kek lo."

"Hati-hati. Nanti bisa ke makan omongan sendiri, loh," celetuk Momo yang sedang berlalu melewati mereka berempat.

"Amit-amit!" seru Wonra dan Wonwoo berbarengan.

"Tuh, tandanya kalian jodoh."

"Lo minta gue geplak juga, Doy?" tawar Wonra dengan sangar.

Doyoung cengengesan habis diwanti-wanti gitu sama Wonra. Dia pergi meninggalkan TKP, Tempat Kejadian Perkara adu mulut duo Won sehari-hari.

"Udah, ah. Capek mulut gue," potong Wonwoo yang sudah berdiri. "Ayo kantin! Gue mau makan rawon."

Wonra memandang Wonwoo sebal. "Ck, kalau bukan karena janji, malas banget gue ngantin."

Hoshi cuman menggeleng-gelengkan kepala melihat kepergiaan keduanya. "Cocok banget, tuh, RaWon mau makan rawon."

"Hah, RaWon apaan, Chi?" tanya Chungha yang duduk tak jauh dari Hoshi.

Hoshi memutar bola matanya. Gara-gara Wonra, semua anak perempuan di kelasnya memanggilnya Ochi. Tapi tak apa, panggilan itu pas dengannya, imut karena pipinya yang seperti mochi.

"RaWon. WonRa dan Wonwoo."

"Idih, akhirnya kapal gue punya nama juga! Gue doain cepet-cepet berlayar, deh!" timpal Chungha sembari bertepuk tangan seperti singa laut.

🔥🔥🔥

Sebotol minuman kaleng yang berada dalam genggaman Wonwoo hampir saja terlepas. Wonra berteriak cukup nyaring, membuat Wonwoo ikut terkejut. Beberapa siswa lain melirik ke arah mereka berdua. Salah banget Wonwoo mengajak Wonra ke ruang guru bersama setelah selesai makan di kantin.

"Anjir! Gak ada habis-habisnya, ya, tugas fisika," seru Wonra yang sedang sibuk dengan ponsel miliknya.

"Tugas apaan?" Wonwoo ikut melihat layar ponsel Wonra.

"Ibunya keterlaluan! Masa baru ngasih tugas pas jam pelajarannya bentar lagi habis?! Mana disuruh ngumpul sebelum istirahat berakhir lagi! Kemana aja coba dia sampai gak masuk kelas terus ngasih tugas dadakan?!"

Wonwoo membekap mulut Wonra sembari tersenyum creepy. "Kita di depan ruang guru, Wonra."

Wonra melepaskan tangan Wonwoo kasar. "Lo ngapain juga, sih, mau disuruh ngambil hasil ulangan harian sama Doyoung?!"

Wonwoo mengabaikan pertanyaan Wonra. Dia memilih masuk ke ruang guru segera sebelum Wonra makin menjadi-jadi.

Wonwoo keluar dari ruang guru dengan setumpuk kertas dipelukannya. Matanya menangkap Wonra yang sedang bersandar di dinding dengan wajah memelas.

"Won. Nyontek, ya...," pinta Wonra sambil menyatukan kedua tangannya saat Wonwoo berjalan mendekatinya.

Wonwoo melirik Wonra sebentar lalu memutar bola matanya. "Bukan berarti karena lo udah traktir gue makan, gue jadi budak lo, ye. Lagian lo kemaren juga ngatain gue sok ngajarin orang."

"Ih, masih aja diingat," sungut Wonra. "Please, Won. Ntar gue kasih jawaban PR kimia, deh."

"Dih, biologi aja gak tuntas, masih sok-sokan bisa ngerjain kimia. Gue gak habis pikir gimana bisa lo masuk kelas MIPA," ledek Wonwoo sembari mulai melangkahkan kakinya. "Gue gak mau, nanti nilai gue jadi telur rebus."

Wonra mengekori Wonwoo. Dia menyilangkan kedua tangannya sembari mencibir. "Ngapain juga gue kerjain, kan, ada kunci jawaban."

"Mau ya? Gue kirim filenya, nih," rayu Wonra sekali lagi.

"Gak butuh."

Kalau bukan karena tugas fisika, Wonra juga tak akan pernah memohon pada Wonwoo, si bintang kelas yang suka gak tau diri.

🔥🔥🔥

—fyi, kejadian di atas based on experience, wkwk. karena lucu dan masih ingat betapa nyebelinnya saat itu, jadinya aku tulis aja disini. perasaan wonra benar-benar mewakili satu kelas pas dikasih tugas dadakan😂

 perasaan wonra benar-benar mewakili satu kelas pas dikasih tugas dadakan😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hareudang ; [JWW] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang