"Siswa atas nama Gamal Adinata ke kantor sekarang,"
Abi dan Lola, Keke dan Tata terkesiap mendengar pengumuman dari toa.
Perasaan Gamal ga bikin kasus lagi, deh.
"La, boleh gak tanyain ke Kevin, Gamal ngapain?"
Lola refleks menggeleng mendengar itu.
"Apaan! Ogah ah!"
"Kenapa emangnya? Lagi berantem?" Tanya Keke pura-pura tidak tahu bahwa Lola dan Kevin sudah putus.
"Gue udah selesai sama dia, dan juga itu bukan urusan gue," jawab Lola judes.
"Gak boleh gitu La, kasian si Abi. Lo gak mau bantuin dia gitu? Liat tuh mukanya, mupeng banget!" Sahut Tata meledek Abi.
"Enak aja cantik gini dibilang mupeng! Gue tuh cuma penasar-" Abi membulatkan matanya seraya menutup mulutnya menggunakan tangan, kenapa keceplosan mulu sih?
"Penasar? Penasaran maksud lo? Ngaku aja kali, Bi? Cuma kita bertiga juga,"
Plakk
Keke memukul bahu Lola cukup kuat.
"Tuh kan, La! Jangan egois kali, Lo harus nanya ke Kevin, kan masih bisa Wa gitu,"
"Aduhh! Iya-iya jangan mukul lagi! Sakit tau gak,"
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang memantau mereka dari kejauhan.
🌠🌠🌠
Gamal sudah berada di dalam ruang BK, disana ada seorang guru dan seorang pria paruh baya.
"Permisi pak," Gamal mengetuk pintu seraya masuk ke dalam ruangan itu.
"Silahkan duduk Gamal,"
"Maksud bapak manggil saya kemari ngapain ya?" Tanya Gamal penasaran dan pastinya dia tidak pernah berurusan dengan pria paruh baya di sampingnya ini, om Sandi papanya Winter.
"Iyah, ini sebenarnya orangtuanya nak Winter," Pak guru memberitahu dengan takut-takut kepada Gamal.
Gamal mengangguk sambil melirik om Sandi.
"Sebenarnya maksud dan kedatangan saya disini, ingin meminta maaf kepada kamu, Gamal. Saya sudah mencari tahu apa yang terjadi dan disini yang salah memang anak saya. Saya juga secara pribadi meminta maaf, sikap Winter seperti itu karena saya, saya sudah terlalu keras mendidik dia, prinsipnya juga sudah salah. Saya mohon kamu tidak melanjutkan kasus ini lebih lanjut,"
Penjelasan papa Winter mengundang kekehan kecil dari Gamal.
"Santai aja om, saya gak ada maksud lapor Winter ke polisi kok,"
Pak Sandy tersenyum ramah.
"Terimakasih Gamal, kamu memang mirip papamu,"
"Om kenal papa saya?"
"Tentu, dulu papamu adalah atasan saya, dan saya rasa papamu gak mungkin melakukan hal-"
Gamal mengangkat sebelah tangannya, menyela perkataan om Sandy.
"Begini om, Saya mau memaafkan Winter dengan satu syarat om. Saya harap om tidak keberatan, dan bapak guru juga mengijinkan," perkataan Gamal mendapat anggukan dari papanya Winter.
"Kalau boleh tau apa itu nak Gamal?" Tanya sang guru.
"Bagini pak, saya berpendapat Winter cocok menggantikan saya di OSIS."
"Karena yang saya lihat, kemampuan Winter lumayan Pak, dan juga winter bisa dikatakan anak yang patuh sama guru. So, boleh gak kalau Winter menggantikan saya menjadi pengurus OSIS bagian keamanan? Supaya Winter bisa berubah pak, walau sedikit sedikit," Jelas Gamal takut-takut kalau saja om Sandi dan bapak guru tersebut tidak setuju dengan permintaan Gamal barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamal's Love And Squad(On Going)
Teen Fiction[PART ACAK] "Gue...keluar dulu ya? Lo butuh istirahat lebih keknya." Kata Abi seraya berdiri dan berbalik menuju pintu. Abi terhenti. Deg. Jantungnya berdetak lebih kencang, sekarang Gamal tengah mencekal pergelangan tangannya. "Kamu peluk saya...bo...