🌠🌠🌠Malam ini kepala Abi benar-benar berputar. Dadanya sesak ditambah kepalanya yang pusing, sebenarnya ini sering terjadi namun tidak pernah parah seperti sekarang.
"Duh, kambuh lagi, perasaan tadi siang gue sempet makan deh." Ujar Abi dengan wajah yang menahan sakit,
"Kenapa dek? Kamu sakit?" Tanya Dimas khawatir.
"Maag Abi kambuh kak, obat yang biasa juga habis," Jawab Abi sesekali mendesis karena lambungnya yang perih bukan main,
"Makanya, kamu kalo dibilangin tuh dengerin, makan tuh harus tepat waktu, pulang sekolah makan siang jangan cuma baca novel mulu, ini nih akibatnya. Jadinya sakit kan, kalo dibilangin ngeyel mulu sih, siap-siap sana, kita ke klinik." Omel Dimas panjang lebar, seraya mengambil kunci motor yang di gantung dekat sakelar lampu.
Abi sempat tersenyum saat Dimas membelakanginya. Diantara senyumnya Abi benar-benar bersyukur. Disaat kedua orang tuanya sudah tiada, Tuhan masih memberikan kakak yang baik banget sama dia.
Walaupun cerewetnya ngalahin almarhumah mama, batin Abi.
"Eh, malah senyam-senyum. Jadi gak nih ke kliniknya?"
"Iya-iya, jadi." Ucap Abi setelah bersiap dan langsung naik di atas magie.
🌠🌠🌠
"Permisi," panggil Dimas di depan sebuah klinik yang sebenarnya tak jauh dari rumah mereka.
"Silahkan masuk,"
"Eh ada nak Dimas. Itu...siapa? Pacarnya ya?" Tanya seorang wanita dengan senyuman yang sepertinya mirip dengan seseorang, mungkin?
"Hehehe, bukan kok Tante. Ini adik saya Abi, temen sekolahnya Gamal,"
Tentu saja Abi mengerti maksud dari perkataan Dimas. Dapat disimpulkan wanita ini keluarga Gamal.
"Oh temennya Gamal toh. Tapi...kesini mau ketemu Gamal?"
"E...nggak Tante," Abi menggeleng cepat,
"Dia sakit maag, tan." kata Dimas dengan cengirannya,
"Ohh, sini, tante periksa dulu ya," ujar Tante Anggi sambil menuntun Abi menuju brankar yang ada disudut ruangan.
"Sakit banget?" Tanya Tante Anggi menatap Abi khawatir,
"Tadi sih Tan, sekarang lumayan mendingan,"
"Suka makan mie?" Pertanyaan itu sontak membuat Abi terkejut.
"Eh...iya sih, suka. Tapi kalo ditambah jeruk nipis sama cabe, enak banget." Abi berkata seraya menatap Tante Anggi yang sedari tadi menatapnya.
"Intinya, jangan telat makan yaa. Boleh juga makan pedes tapi jangan berlebihan, jeruk nipis kalo makan mie kurangin ya?" Nasihat Tante Anggi seraya memberikan obat pada Abi.
Abi mengiyakan perkataan Tante Anggi, mamanya Gamal.
"Noh, dengerin." Sambung Dimas yang dari tadi berkacak pinggang di dekat pintu masuk.
"Iya-iya, denger kok."
"Aturan pakai ada dibelakang masing-masing obat yaa," Ujar Tante Anggi lagi.
"Oke Tan, semuanya berapa-" ucapan Dimas terhenti dengan suara orang lain,
"Misi misi, buka jalan!!" Mereka dikejutkan dengan kedatangan seseorang- eh tepatnya dua orang.
"Eh ada kak Dimas?"
"Lah? Lo Devin kan?" Tanya dimas
"Itu... Kenapa lagi?" Sambung Dimas lagi melihat Devin membopong seseorang yang terkulai lemas,
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamal's Love And Squad(On Going)
Teen Fiction[PART ACAK] "Gue...keluar dulu ya? Lo butuh istirahat lebih keknya." Kata Abi seraya berdiri dan berbalik menuju pintu. Abi terhenti. Deg. Jantungnya berdetak lebih kencang, sekarang Gamal tengah mencekal pergelangan tangannya. "Kamu peluk saya...bo...