The Article

603 94 0
                                    

Jam istirahat sudah datang. Archer baru saja membawakan makan siangku. Karena awalnya aku berencana menghabiskan waktu istirahat dengan mengerjakan revisi naskah, aku meminta Archer memesankan makan siang. Namun rupanya, semua tugas kuselesaikan lebih cepat dari yang kuperkirakan. Revisi naskah terakhir untuk hari ini sudah dikirimkan Archer ke penulis.

Untuk menemani makan siang, aku memutuskan membuka situs berita. Tepatnya, rubrik hiburan. Padahal biasanya, aku paling menghindari berita-berita tentang selebriti.

Laman hiburan telah selesai dimuat. Banner paling atas langsung menyita perhatianku lantaran ada potret Charity terpampang di sana. Secepat kilat, kubuka artikel itu.

Tepat di bawah judul terdapat foto seorang laki-laki dengan kaus hijau army yang menyingkap tato di sepanjang tangannya. Penampilannya dilengkapi celana jeans dan kacamata hitam. Tangan lelaki itu menggandeng seorang perempuan berambut pirang lurus. Wajah si perempuan terpotret lebih jelas karena dia tidak mengenakan aksesoris apa pun di kepala.

Di samping foto tersebut, tabloid daring itu meletakkan potret Charity. Caption di bawah foto itu bertuliskan: "Aktor Rexton Bowman bersama kekasih barunya, model Janet Cameron, setelah berpacaran selama dua tahun dengan pacar terdahulunya, Charity Kusuma".

Aktor? Charity tidak pernah mengatakan kalau dia pernah berkencan dengan orang populer.

Artikel itu menuliskan bahwa Rexton dan Charity pertama kali bertemu saat Charity magang di sebuah majalah. Perempuan itu bertugas mewawancarai Rexton yang adalah seorang aktor film. Tak lama, mereka mengumumkan bahwa mereka telah menjalin hubungan asmara. Namun, hubungan itu tidak berjalan mulus. Beberapa kali Rex tertangkap sedang berkencan dengan perempuan lain atau tampil sendirian di acara-acara formal. Artikel itu juga menyebutkan Charity memang jarang tampil dan menemani Rex. Hal itu meningkatkan kecurigaan di kalangan penggemar dan media gosip. Apalagi karena Rex sering mengatakan kalau Charity terlalu sibuk menulis artikel di beberapa surat kabar dan majalah. Semua alasan itu menempatkan Rex di posisi kekasih yang pengertian dan mendegradasi Charity. Memperlihatkan perempuan itu seakan tidak layak mendapatkan Rex.

Berengsek!

Mana bisa Charity menemani Rex ke acara formal ketika perempuan itu harus menyembuhkan luka-luka yang ditorehkan Rex? Mana mungkin Rex membiarkan Charity memamerkan memar hasil karya tangan atau kakinya?

Tak berhenti di situ, artikel itu juga memuat beberapa tanggapan dari para penggemar. Ada yang mengatakan dia senang melihat mereka berpisah karena merasakan ada sesuatu yang tidak beres dari hubungan mereka. Ada juga yang mencuit dia tidak mempercayai Rex dan tampaknya laki-laki itu menyembunyikan sesuatu. Akan tetapi, semua itu tidak sebanding dengan komentar yang menjatuhkan Charity. Perempuan itu dikatakan tidak pantas mendapatkan Rex. Bahwa Rex terlalu baik untuk Charity. Bahwa Charity hanya memanfaatkan Rex demi popularitas. Sungguh, ingin aku sumpal mulut-mulut sampah mereka ini! Bisa-bisanya berkomentar tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Oh, that poor soul.

Aku meraih ponsel dan bergegas menelepon Charity. Khawatir pada reaksinya setelah membaca artikel ini. Sialnya, setiap panggilan dariku terus dialihkan ke mesin penjawab. Tanpa pikir panjang, aku langsung berdiri dan melesat menuju elevator.

***

Dia tidak ada di apartemen!

Kejadian kemarin terulang lagi. Panggilanku tak dijawab. Pesanku tidak dibalas. Resepsionis mengatakan Charity keluar apartemen sekitar pukul sepuluh pagi.

Dia pergi ke mana lagi?! Ah, kenapa perempuan itu gemar sekali membuatku sakit kepala? Apa jangan-jangan dia sudah membaca artikel itu, lalu ... kabur?

Surviving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang