BAB 5

4.9K 384 12
                                    

semua makanan sudah disajikan dimeja makan, termasuk dengn opor ayam buatan prilly. ratna tidak menyangka artis papan atas, masih muda seperti prilly bisa melakukan hal - hal yang mungkin orang lain fikir prilly tidak bisa melakukannya. prilly sudah menuju kemeja makan menggunakan kaos milik ratna dan juga legging hitam.

rina bersama bawahannya sedang menyiapkan meja makan langsung menghentikan aksinya saat prilly mendekati meja makan. memberi salam kemudian melanjutkan pekerjaan mereka, kecuali rina.

"ada yang bisa saya bantu nyonya?"

"tante belum keluar?"

"belum nyonya, mungkin sebentar lagi."

"ali?"

"tuan ali belum terlihat sejak tadi sore keluar dari kamarnya nyonya."

"kamarnya sebelah mana?"

"mari saya tunjukkan." prilly mengikuti rina yang berjalan kelorong - lorong lantai dua, sampai berhenti di ujung lorong tersebut.

"ini kamar tuan ali, nyonya."

"terimakasih mbak rina.."

"sama - sama. kalau gitu saya permisi dulu."

prilly mengangguk kemudian tersenyum. tapi prilly terdiam didepan kamar berpintu hitam ini, kenapa dia ingin kekamar ali? bukannya jika membangunkan lelaki itu artinya sama saja dengan memberikan harapan? tapi sudah terlanjur, prilly memejamkan matanya, menarik fanasnya kemudian menghembuskannya dengan perlahan, dan menguatkan hatinya untuk mengetuk pintu kamar ali.

'tok..tok'

tidak ada jawaban.

'tok...tok'

"li....ali..." panggil prilly.

tapi tetap tidak ada jawaban.

kemana lelaki itu? pikir prilly dalam hatinya, bukannya rina tadi berkata bahwa ali sama sekali tidak keluar kamar sejak sore. fikiran prilly kemana - mana. apa jangan - jangan ali pingsan? atau kepleset kemudian pingsan? bagaimana jika...

"nggak.. nggak.. fikiran gue aneh - aneh banget sih." prilly menepuk - nepuk kepalanya pelan.

prilly memutuskan untuk membuka pintu kamar ali, memutar knop pintu dengan sangat perlahan. pintu pun terbuka, prilly mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan di kamar yang wangi dan dingin ini. wanginya menyegarkan, ini seperti wangi favorit prilly. prilly melihat kesudut kiri ruangan itu, disana semua tertata rapi miniatur mobil. jumlahnya banyak. prilly merasa tidak bisa menghitungnya.

pandangan prilly beralih ke seorang yang sedang terlelap didalam selimutnya, diatas ranjang king size berwarna hitam itu. ruangan ini hampir semua didominasi dengan warna hitam, semua furniture diruangan ini berwarna hitam, termasuk dengan meja kecil disamping ranjang. hanya cat dindinnya saja yang berwarna putih, bayangkan saja jika ikut berwarna hitam. ruangan ini akan tampak semenyeramkan apa.

prilly melangkahkan kakinya dengan pelan, menuju keranjang tersebut. ali nampak tertidur dengan pulas, matanya terlihat seperti ada kantung yang begitu berat. sepertinya lelaki itu banyak bekerja akhir - akhir ini. prilly duduk ditepi ranjang, matanya tak lepas dari ali.

"li..." panggil prilly dengan sangat pelan.

"ali..."

entah ada rasa apa, angin apa, dan getaran apa? prilly menggerakkan tangannya mengusap kening ali. lelaki ini terlihat sangat polos daat tertidur, prilly akui ali 20% semakin tampan saat sedang tidur seperti ini, wajahnya seperti anak kecil yang telah kelelahan setelah mengerjakan banyak permainan diluar rumah.

BACKSTREET (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang