Chapter 2 | Luck

584 135 98
                                    

"Nothing is better than reading a book everyday." -Tintin

" -Tintin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Matahari pagi bersinar sangat terang dan pagi ini sangat cerah dengan beberapa orang yang sudah siap untuk pergi bekerja, beberapa lainnya sedang berolah raga di taman atau hanya sekedar berjalan-jalan bersama anjing kesayangannya.

Ketika semua orang sedang sibuk dengan aktivitas mereka di pagi hari, berbeda dengan gadis yang satu ini yang masih tertidur pulas dan menikmati mimpinya.

Tubuhnya terasa sangat lelah dan matanya sangat mengantuk. Bagaimana tidak? Pesta yang dihadirinya kemarin berakhir hingga pagi dini hari yang membuatnya payah seperti ini dan dia benar-benar merasakan akibatnya.

"Argh," erangnya saat sinar mentari berhasil menembus masuk ke kamarnya dan menyilaukan wajahnya.

Bukannya bangun, dia malah menarik selimutnya dan menindih kepalanya dengan bantal untuk menyembunyikan wajahnya dari sang mentari.

Ning... nong...

Baru beberapa detik yang lalu gadis itu menarik selimutnya dan menindih kepalanya dengan bantal kini terdengar bel apartemennya berbunyi.

Alih-alih membukakan pintu untuk sang tamu, dia memilih untuk berpura-pura tidak mendengarnya.

Ning... nong...

Ning... nong...

Ning... nong...

Gadis itu geram dengan seseorang yang tidak berhenti-henti untuk menekan bel apartemennya. Dia menghempaskan bantal dan selimutnya dengan kasar.

Dia bangun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar sambil merapikan rambutnya agar tidak terlihat seperti orang yang baru bangun meskipun wajahnya tidak bisa membohonginya.

"Siapa sih pagi-pagi begini?" kesalnya meskipun dia tahu bahwa jam di dinding sudah menunjukan pukul 11 siang.

Dia mengintip dari lubang kaca kecil yang ada di pintu apartemennya sebelum membukakan pintu untuk sang tamu.

Keningnya mengerut saat melihat seseorang berjas hitam rapi seperti orang kantoran berdiri di depan apartemennya.

Gadis itu membuka pintu dengan wajah yang masih bingung mengapa laki-laki ini ada di apartemennya.

"Apakah benar ini kediaman Nona Charity Rhemaldy?" tanya laki-laki itu, Carlos.

"Iya benar, saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu?" sahut Charity dengan wajah yang masih kebingungan.

"Begini Mrs. Rhem-," belum selesai Carlos melengkapi kalimatnya Charity sudah memotongnya.

"Ah panggil Charity saja," suruhnya.

My CEO Boss [#1 LEADERSERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang