"Iya, pukulin aja sampe mati!"
Rasanya di detik itu juga Ziffan ingin menelan Sheryl hidup-hidup. Ziffan jatuh terduduk. Dia menatap seseorang yang telah menyerangnya tanpa ampun.
Justin.
Ziffan tertawa sambil menyeka bibirnya yang berdarah. "Atas dasar apa lo mukul gue?"
Justin menatap tajam Ziffan. "Atas dasar lo yang seenaknya perlakuin Sheryl. Lo pacarnya bukan?! Lo nggak bisa ya, bertindak lebih baik ke dia?!"
Ziffan berdiri. Tiba-tiba,
Bug..
Dia balik meninju Justin.
"Dia cewek gue jadi gue berhak bertindak semau gue!"
Sheryl diam membisu. Dia memang sudah terbiasa melihat orang yang sedang baku hantam. Tapi melihat orang yang dia sayangi di pukul seperti itu,
Sheryl mendekati Ziffan dan menamparnya dua kali sehingga menimbulkan suara nyaring dari dua kulit yang bersentuhan itu.
Sheryl tidak terima!
Dia membantu Justin berdiri. "Gue rela kalau lo pukul semua pacar dan gebetan gue sampe mati! Tapi gue nggak rela kalau lo nyakitin Justin!"
Ziffan diam terpaku. Tidak pernah dia melihat Sheryl semarah ini. Gadis itu langsung pergi bersama Justin.
Sepuluh menit berlalu, Ziffan masih diam ditempatnya.
Tiba-tiba dia sadar dan berjalan menuju motornya. Dia mengendarai motornya pergi dari sekolah, menuju rumah.
"Kok baru pulang, Sayang?"
Ziffan menoleh menatap penuh rindu pada wanita yang masih cantik diumur yang sudah tidak muda lagi itu.
"Iya, Ma. Tadi ada rapat osis"
Lagi dan lagi, dia selalu berbohong. Ziffan menghampiri Shinta—mamanya, lalu menyalimi punggung tangannya.
"Papa kamu kemarin kesini ya?"
Ziffan mengangguk. "Iya, sama tante Ratna. Hari minggu Ziffan mau diajak makan malam dirumah Papa."
Shinta menggeleng. "Mama nggak izinin. Kemarin Papa bawa kamu taunya kamu malah ditinggalin di kafe sendirian. Dia malah ada urusan kerjaan sama istri barunya."
Ziffan menggeleng. "Tante Ratna nggak sejahat itu, Ma. Ziffan emang nggak suka sama dia, tapi dia baik, kok. Dari pada sama ayah aku mendingan sama tante Ratna."
Shinta pergi ke dapur diikuti Ziffan.
"Kamu nggak boleh beda-bedain gitu, dong. Masa tante Ratna istri baru Papa kamu terima sedangkan ayah suami mama, kamu nggak terima."
"Bahkan aku sebenernya nggak mau manggil om James dengan sebutan Ayah," gumam Ziffan.
"Apa?" tanya Shinta.
Ziffan menggeleng. Dia mengambil apel dan menggigitnya. "Ziffan udah janji sama Papa. Jadi Ziffan bakalan dateng. Ziffan udah bilang ke mama, ya?"
Ziffan mendekati sang mama dan mengelus punggungnya.
"Mama kalau mau pulang, pulang aja. Nanti kalau ada waktu main ke sini lagi, ya? Ziffan kesepian."
Ziffan berbalik. Pergi ke kamarnya.
Shinta terdiam membisu. Kesepian?
Shinta menghela nafas panjang. Karena keegoisannya dengan sang suami, Ziffan jadi harus tinggal sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with my enemy? (Completed)
Teen FictionBagaimana jika musuh bebuyutanmu tiba-tiba menyatakan cinta padamu? Hal apakah yang melintas di kepalamu? Pasti, Permainan Truth Or Dare. Maka disaat itu juga, kamu pasti menerima cintanya. Benarkah itu hanya sebuah permainan, ataukah musuhmu mem...