Siapa yang tidak kenal dengan Ziffan Effendy? Ketos yang ramah tapi tegas, teman yang friendly, wajah yang tampan, kebanggaan guru, pinter mendekati jenius, dan jago basket. Jangan ditanya, berapa penghargaan yang sudah dia dapatkan untuk sekolah. Ziffan adalah ikon nya sekolah.
Kebanyakan siswi mengidam-idamkan untuk menjadi pacarnya, namun nihil. Tak satupun dari mereka yang terpilih. Laki-laki berdarah china-indo itu, tidak mau memilih siapapun menjadi pacarnya. Terkecuali Sheryl. Musuh bebuyutannya.
Berita itu sempat tersebar dan membuat para kaum hawa patah hati. Namun, hal itu tidak pernah membuat mereka mundur. Menurut mereka,
Selama janur kuning belum melengkung, masih ada kesempatan untuk nikung.
Bisa dilihat. Saat ini, mereka bersorak-sorai ramai hanya untuk menyemangati si pentolan sekolah. Dengan keringat yang membanjiri tubuhnya, Ziffan nampak sangat seksi.
Dengan gesit dan cekatan dia memasukkan bola ke dalam ring. Justin sampai melongo.
"Yuhuuuuyyyy!!! Semangat Ziffan sayang!" teriak Nincy dari kejauhan.
Justin mengepalkan tangannya. Dia sudah sangat emosi. Sejak tadi timnya belum mencetak skor satupun.
"Justin! Fighting! Justin!" teriak Sheryl.
Ziffan menoleh. Melihat Sheryl yang sangat bersemangat meneriakkan nama Justin. Namun yang disemangati sejak tadi, hanya menatap Nincy. Ziffan tahu itu.
Dia mengepalkan tangannya hingga kuku-kuku jarinya memutih.
Ziffan dan Justin. Menurut para siswa, itu adalah lawan yang tidak sebanding. Jelas, Justin itu unggul dalam adu otot dan otak. Tapi tidak sebanding dengan Ziffan.
Hingga akhir permainan, Justin tetap tidak bisa mencetak skor satupun.
Ziffan menang. Laki-laki itu tersenyum puas sambil menatap Sheryl dari kejauhan. Namun, bukannya menatap sinis, Sheryl malah tersenyum menatapnya.
▶Flashback◀
I can't believe...
Sheryl mendengus. Lagu yang berjudul Tempo dari Exo, terdengar.
Tiba-tiba berhenti. Kemudian menyala lagi.
Sheryl kesal. Dia mengambil handphonenya dan memencet tombol reject.
Lima detik. Berbunyi lagi.
"Ish! Siapa sih yang nelpon malem-malem?!"
Sheryl duduk dengan mata masih terpejam.
"Apaan si lo?! Ngapain nelpon malem-malem?! Gue ngantuk, mao tidur!"
Seseorang diseberang sana terkekeh. "Malem kata lo?! Udah jam enam, cepetan mandi. Ntar terlambat ke sekolah!"
Sheryl melotot. Dia menjauhkan ponsel dari telinganya dan melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
Musuh abadi.
Sheryl mendengus.
"Gue nggak mau sekolah. Males! Dah jangan ganggu gua!"
Baru saja Sheryl ingin menutup telponnya. "Sher, jangan ditutup dulu. Gue mau ngomong."
Ucapan Ziffan yang melembut, mengurungkan niatnya.
"Gue udah mikirin ini semaleman sampe nggak tidur. Gue nggak bisa, Sher. Gue nggak bisa pura-pura nggak kenal lo. Gue nggak bisa juga nerima perlakuan Justin sama anak-anak Vedans kemaren. Jadi, gue mau balas dendam pake cara yang sportif. Apapun cara yang gue maksud nanti, kalau gue menang, lo harus balik jadi pacar gue. Nggak peduli, gue nggak peduli kalau lo anggap semua ini permainan dan taruhan. Gue tetep mau lo jadi pacar gue lagi nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with my enemy? (Completed)
Teen FictionBagaimana jika musuh bebuyutanmu tiba-tiba menyatakan cinta padamu? Hal apakah yang melintas di kepalamu? Pasti, Permainan Truth Or Dare. Maka disaat itu juga, kamu pasti menerima cintanya. Benarkah itu hanya sebuah permainan, ataukah musuhmu mem...