Hari minggu.
Sheryl membuka pintu rumahnya dan menemukan Ziffan dihadapannya. Mereka berdua sudah merencanakan hari ini. Mereka akan jogging bersama.
"Let's go, babe!"
Sheryl tersenyum dan mengangguk. Mereka jogging dari rumah Sheryl sampai ke taman terdekat.
Bukan hal yang sulit untuk Sheryl melakukannya. Sheryl memang bukan tipe orang yang suka berolahraga, tapi apabila ada waktu luang, dia pasti menyempatkan diri berolahraga dengan alat-alat olahraga milik abangnya.
Taman yang mereka tuju, tidak terlalu jauh. Namun, tidak bisa dibilang dekat juga.
"Kuat juga fisik lo!" ucap Ziffan.
Sheryl tersenyum. "Hasil olahraga nih!"
Ziffan tertawa. "Hasil olahraga? Kalo lo liat perut kotak-kotak gue, lo bakalan tau hasil olahraga yang sebenarnya."
"Alah kotak-kotak, palingan buncit."
"Serius. Lo mao liat?"
Ziffan menghentikan langkah diikuti Sheryl. Dia hendak mengangkat bajunya.
"Eh, sorry, nggak perlu. Gue udah sering liat."
Ziffan melongo. "Liat punya siapa lo?"
Sheryl tersenyum. "Punya abang gue, punya mantan-mantan gue."
"Mantan lo?"
"Iya.."
"Kok mereka maoan sih ngasih liat lo? Lo kan playgirl."
Sheryl tertawa. "Gue cantik, manis, baik. Apalagi yang kurang? Mereka jelas mao lah. Lagian, gue tuh setia.".
"Setia apanya?"
"Iya, setia. Kalau lagi sama satu cowok, gue nggak bakalan pacaran sama cowok lain. Soalnya..."
Ziffan mengangkat kedua alisnya, menunggu. "Soalnya?"
"Soalnya gue jadiannya paling cepet sehari, paling lama sebulan. Jadi kalo bosen langsung ganti, bukannya selingkuh."
Ziffan tertawa keras. Hingga beberapa pengunjung menatapnya aneh.
Sheryl membekap mulutnya. "Berisik!"
Ziffan menghentikan tawanya. Sheryl menghela nafas lega dan menyingkirkan tangannya dari wajah Ziffan.
"Kenapa selalu lo putusin? Nggak ada napa yang buat lo bertahan."
Sheryl duduk di salah satu bangku taman. Diikuti Ziffan.
"Nggak ada. Mereka semua cuma cowok modus yang mao ngerasain pacaran sama gue. Baru jadian, minta pegang sana sini. Cuma seseorang dan Justin yang tulus sama gue. Makanya gue sayang sama Justin."
"Sayang sama Justin?"
Sheryl mengangguk. "Dulu, pas gue nggak tau kalau dia cinta banget sama Nincy. Sekarang gue udah sadar. Gue bahagia asal dia bahagia. Dia terlalu baik buat gue yang jahat ini."
"Lo nggak jahat, Sher."
Sheryl menggeleng. "Lo belom terlalu kenal gue. Gue jahat, Fan."
Ziffan menghela nafas. "Serah lo deh. Gue cari minum dulu ya?"
Ziffan berdiri. Dia mengelus kepala Sheryl. "Jangan kemana-mana."
Sheryl mengangguk.
Ziffan pergi.
Sheryl mengeluarkan ponsel dari saku trainingnya.
Abang tukang kerja:
Sher, lagi dimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with my enemy? (Completed)
Ficção AdolescenteBagaimana jika musuh bebuyutanmu tiba-tiba menyatakan cinta padamu? Hal apakah yang melintas di kepalamu? Pasti, Permainan Truth Or Dare. Maka disaat itu juga, kamu pasti menerima cintanya. Benarkah itu hanya sebuah permainan, ataukah musuhmu mem...