Sheryl membuka pintu rumahnya. Dia mengulum senyum ketika melihat perempuan paruh baya yang berdiri di depannya.
"Non, selamat malam. Saya pembantu yang baru dipekerjakan sama Tuan Victor."
Sheryl mengangguk dan mempersilahkannya masuk. Malam ini, tidak ada Victor, Justin, apalagi Ziffan. Abangnya tak tanggung-tanggung menyediakan empat bodyguard di rumahnya untuk melindungi Sheryl. Dua di gerbang dan dua lagi di depan pintu rumah Sheryl.
Belum lagi pembantu yang saat ini sedang menaruh barang-barangnya di kamar yang Sheryl tunjukkan.
"Bibi nggak usah beres-beres rumah, ini udah malem, jadi langsung istirahat aja. Sheryl juga mau langsung istirahat."
Pembantu barunya itu mengangguk. Sheryl hendak berbalik, namun urung saat dia ingat sesuatu.
"Bibi namanya siapa?"
Bi Mun tersenyum sopan. "Bi Mun. Panggil aja Bi Mun, non."
Sheryl mengangguk dan berbalik. Sheryl ke pergi kemarnya. Sebenarnya, dia takut sendirian. Tapi dia mencoba untuk berani.
"Udah ada empat bodyguard gitu masa iya gue masib takut?"
Sheryl merebahkan dirinya di kasurnya. Hujan lebat di luar sana disertai petir yang menyambar-nyambar. Sheryl menelan salivanya susah payah. Ketakutan tiba-tiba menguasai dirinya. Sheryl mengunci pintu balkon dan pintu kamarnya. Dia membuka buku pelajaran dan mulai mengisi beberapa soal. Sheryl harus menyibukkan dirinya.
Jdar... Jderrr...
Petir makin keras suaranya. Sheryl menurup bukunya dan duduk di kasurnya. Dia mengambil ponsel diatas nakas dan menelpon seseorang.
"Halo, Tin? Lo lagi dimana?"
"Gue lagi dirumah ama si Rafa, Ken, Tio. Kenapa?"
"Emmm... Nggak kenapa-napa, sih. Nanya doang."
"Yaudah tidur gih, udah malem. Ujan juga kan? Nggak usah takut, Sher. Jangan lupa kunci pintu sama jendela."
"Iyaaa..."
Sheryl mematikan sambungan telponnya. Dia meletakkan ponselnya diatas nakas. Sheryl merebahkan dirinya di kasur dan menarik selimut sampai lehernya.
Sheryl memejamkan matanya.
Pintu kamarnya diketuk. Sheryl mengernyitkan dahi. Siapa?
Dia berjalan ke pintu kamarnya. Sheryl memegang kenop pintu kuat-kuat sambil menahan rasa takutnya.
Bukan, bukan Sheryl takut pada setan. Dia hanya takut pada manusia yang jahat. Sheryl juga belum sepenuhnya percaya pada Bi Mun.
Sheryl membuka pintunya pelan. Sebuah kotak tergeletak di depan kamar Sheryl. Sheryl menatapnya tajam. Dia menendangnya sampai jatuh kelantai dasar, melewati tangga.
Sheryl menutup pintu kamarnya dan menguncinya. "Gue nggak bakalan ketipu."
Sheryl membalikkan badannya.
"Hello, babe."
Jantung Sheryl berpacu kuat. Matanya was-was menatap laki-laki berpakaian serba hitam dihadapannya. Wajahnya tertutup masker.
Perlahan, laki-laki itu menghampiri Sheryl. Sheryl memegang kunci kamarnya erat-erat. Dia berbalik, hendak membuka kunci kamarnya. Namun percuma. Laki-laki itu sudah lebih dulu membopongnya dan menidurkannya di kasur.
Kini, laki-laki misterius itu, ada diatasnya, menatapnya dengan wajah yang tidak bisa Sheryl tebak.
"Apa mau lo?" tanya Sheryl.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with my enemy? (Completed)
Roman pour AdolescentsBagaimana jika musuh bebuyutanmu tiba-tiba menyatakan cinta padamu? Hal apakah yang melintas di kepalamu? Pasti, Permainan Truth Or Dare. Maka disaat itu juga, kamu pasti menerima cintanya. Benarkah itu hanya sebuah permainan, ataukah musuhmu mem...