Justin mengetuk pintu rumah Sheryl. Tidak ada yang menjawab. Dengan sejuta keberanian, dia mengetuk pintu rumah Sheryl lagi. Pasti para pembantu di rumah Sheryl sudah pulang semua.
Jika ada yang membuka pintu. Itu pasti Sheryl, atau..
Cklek...
"Mao ngapain lo kesini?" tanya Victor.
"Mau.. Mau ketemu Sheryl, bang."
Victor tertawa remeh, "Ama gua aja lu takut. Gimana mao jagain ade gua?"
Justin menunduk. Gimana kaga takut? Gue pernah hampir mati gara-gara lo!
"Dia lagi pergi sama pacarnya dari pulang sekolah. Barusan pacarnya chat gua."
Justin mengangkat wajahnya. "Maksudnya? Ziffan?"
Victor tertawa. "Iyalah, siapa lagi? Lo pikir ade gua apa? Masa iya gonti-ganti pacar mulu. Udah lo pulang aja. Cuci kaki, cuci tangan, bobo cantik!"
Victor menutup pintu.
Justin mendengus kesal. Dia sudah menelpon Sheryl berkali-kali namun Sheryl tidak juga menjawab telponnya.
Dia pikir, Sheryl marah padanya karena lama datang ke gerbang sekolah tadi siang. Ternyata, Sheryl malah jalan dengan Ziffan?
Justin menertawakan dirinya sendiri.
Justin baru saja menghidupkan mesin motornya, hendak pulang. Namun niatnya tertunda karena mendengar suara motor.
Dugaannya benar. Sheryl dan Ziffan.
"Lah? Kok lo disini?" tanya Sheryl.
Justin mematikan mesin motornya. Dia turun dari motor dan menghampiri Sheryl.
"Gue kira lo marah sama gue gara-gara lama nungguin Tio. Taunya lo malah pergi sama Ziffan?"
Ziffan turun dari motor. "Eh, emang ada larangannya ngajak jalan cewek sendiri?"
Justin tertawa remeh. "Jadi lo terima dia?"
Sheryl mengangguk. "Kan lo yang kalah tadi."
"Oh, jadi lo punya taruhan sama nih cowo?! Sher, kalo gue tau, gue bakalan berjuang mati-matian. Lo nggak perlu nerima dia."
Justin menghampiri Ziffan. "Kita harus tanding ulang."
Ziffan tertawa terbahak-bahak. "Susah ya kalau berhadapan sama orang egois. Nggak bisa terima kekalahan. Udahlah, lo udah kalah. Biarin gue pacaran sama Sheryl. Gue nggak bakalan apa-apain dia. Gue sayang sama dia. Lo seharusnya bersyukur. Lo jadi nggak terlalu repot jagain dia. Lo bisa fokus sama Nincy."
Ziffan menatap Justin tajam. "Atau jangan-jangan, lo suka sama Sheryl?"
Justin salah tingkah. Dia gugup setengah mati.
Sheryl menghela nafas panjang. "Apa-apaan sih lo? Kok nanya gitu ke Justin? Dia tuh abang kedua gue. Udahlah, gue masuk ya? Kalian berantem aja situ sampe mati."
Sheryl masuk ke dalam rumahnya. Ziffan masih menatap Justin lekat-lekat. "Gue nggak peduli. Mau lo suka atau nggak sama Sheryl. Sekarang dia punya gue. Jangan deketin dia selain sebagai kakak," ucap Ziffan.
Dia menepuk pundak Justin sekali. "Yaudah, gue pulang dulu ya bang?" Ziffan terkekeh pelan. Merasa menang dengan semua ini. Melihat Justin terdiam seperti ini, membuatnya merasa selangkah lebih jauh dari Justin.
Tapi jangan pernah berpikir Ziffan hanya berpura-pura mencintai Sheryl. Gue sayang sama dia. Udah, titik.
◽◾▫◾◽
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with my enemy? (Completed)
Teen FictionBagaimana jika musuh bebuyutanmu tiba-tiba menyatakan cinta padamu? Hal apakah yang melintas di kepalamu? Pasti, Permainan Truth Or Dare. Maka disaat itu juga, kamu pasti menerima cintanya. Benarkah itu hanya sebuah permainan, ataukah musuhmu mem...