Pandangan Sheryl menyapu kantin. Dia tersenyum ketika melihat Justin dan teman-temannya di pojok kantin.
Dia menghampiri mereka dengan membawa minuman isotonik yang baru dibelinya tadi.
Sheryl duduk di samping Rafa. Justin yang sedang memakan siomaynya, menatap Sheryl. "Tumben. Biasanya nggak mao ke kantin."
Sheryl tidak menjawab. Dia membuka ponselnya dan mulai main game.
Tiba-tiba tiga orang siswi datang ke meja mereka, menghampiri Justin.
"Justin, mao gue traktir nggak?"
Justin tersenyum. "Nggak usah, gue lagi makan. Mending buat kalian-kalian aja."
Sheryl menatap ketiga siswi itu. Salah satu dari mereka adalah teman sekelas Sheryl tapi Sheryl tidak tahu namanya.
Mereka duduk di samping Justin. Hal itu, membuat Ken yang tadinya berada di samping Justin, merasa terasingkan.
"Lo udah makan, Sher?" tanya Justin.
"Udah. Gue udah makan banyak banget tadi pagi. Sekarang masih kenyang."
Ketiga siswi itu menatap Sheryl sinis.
"Versi banyak lo sama versi banyak cewek biasanya beda. Sini!"
Sheryl mengernyit. "Apa?"
"Mangap-mangap!" ucap Justin sambil menyodorkan sesendok siomay miliknya.
Sheryl menggeleng. "Nggak nafsu." Justin memasukkan siomay itu ke dalam mulutnya.
"Lo jaga badan banget ya, Sher? Takut gemuk?" tanya salah satu siswi tadi.
Sheryl menggeleng. Dia sudah sibuk lagi dengan gamenya. Tio, Rafa, dan Ken hanya diam, mendengarkan.
"Atau jangan-jangan selama ini, abis makan langsung lo muntahin makanannya biar kurus?"
Sheryl menggeleng lagi. "Gue nggak pernah kayak gitu tuh. Lo kali!" ucapnya tanpa menoleh.
"Jangan gitu, diamah udah cantik dari lahir. Dia nggak perlu diet-diet kek kita. Diamah udah beruntung dari lahir. Susah ya kalau cantik dari lahir, mao makan banyak juga tetep cantik. Nggak dandan juga tetep cantik," ucap siswi yang lain.
Sheryl menatap ketiga siswi itu. "Lo salah kalo ngomong itu sama gue."
Sheryl berdiri, berbalik, hendak keluar dari kantin.
"Sampe-sampe kecantikannya itu serasa nggak berguna kalo nggak dimanfaatin buat godain cowok."
Sheryl menghentikan langkahnya. Dia berbalik, menatap ketiga cewek tadi. Dia berjalan perlahan menghampiri ketiganya. Satu-persatu siswi tadi, Sheryl jambak rambutnya.
"Gue bilang, lo salah ngomong itu sama gue!"
Kantin langsung sunyi. Semua pandangan tertuju pada Sheryl dan ketiga siswi itu.
"Buat apa cantik, kalo nggak punya etika!" ucap salah satu dari mereka.
Sheryl tersenyum sinis. "Oh? Terus orang yang punya etika itu kayak gimana? Kayak lo semua?"
Salah satu dari mereka tertawa. "Setidaknya nggak kayak lo yang kelakuannya kayak nggak pernah dididik. Ups! Lupa, orang tua lo kan udah nggak ada ya?"
Sheryl mengatupkan rahangnya. Kesabarannya sudah sampai pada batasnya. Sheryl menarik rambut ketiga siswi itu kasar dan tanpa ampun lalu dia mendorong ketiganya sampai terjatuh.
"Apa?! Masih mao ngomong lagi?! Lo mao gue tampar?!"
Tangan Sheryl terangkat, hendak menampar ketiganya. Namun, tangannya diturunkan perlahan oleh Justin.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with my enemy? (Completed)
Roman pour AdolescentsBagaimana jika musuh bebuyutanmu tiba-tiba menyatakan cinta padamu? Hal apakah yang melintas di kepalamu? Pasti, Permainan Truth Or Dare. Maka disaat itu juga, kamu pasti menerima cintanya. Benarkah itu hanya sebuah permainan, ataukah musuhmu mem...