Sheryl sampai di kelas tepat ketika bel masuk berbunyi. Dia melirik Trisha sekilas, lalu duduk di bangkunya.
Trisha menoleh sambil tersenyum. "Semenjak lo jadian sama Ziffan, lo jadi nggak pernah terlambat lagi, Sher."
Sheryl mengangguk. "Begitulah."
"Kata orang-orang, lo itu suka mainin cowo. Bener Sher?"
Sheryl tersenyum sinis. "Orang-orang? Temen-temen lo?"
Trisha diam.
"Nggak nyangka gue. Ternyata lo juga suka gosip ya. Jadi, lo temenan buat nambah daftar gosip?"
Trisha menggeleng.
"Untung gue nggak punya temen."
Trisha tertegun. Lain halnya dengan Sheryl. Dia malah tertawa sinis. "Tenang aja, gue belom ada niatan buat maenin Ziffan kok."
Lagi dan lagi, Trisha tertegun. Belom?
Edo—ketua kelas IPA-1, masuk ke dalam kelas. "Bu Saras nggak masuk dulu, katanya lagi sakit. Guru piket ngasih tugas. Nanti gue kirimin tugasnya lewat WA," ucapnya.
Sontak saja, kelas jadi ramai. Ada yang langsung menghampiri Edo untuk menanyakan tugas secara langsung. Ada yang mulai mendengarkan musik, menyanyi dan menonton film. Ada juga beberapa anak laki-laki yang berkumpul di belakang untuk menonton film. Entah film apa yang mereka tonton.
Perhatian Sheryl tertuju kepada sekelompok anak perempuan yang sedang berkumpul. Kemudian dia menoleh kesampingnya.
"Sana, lo nggak ikutan?"
Trisha mengernyitkan dahi. "Ikutan apa?"
"Ngegosip. Kerjaan lo sekarang itu-kan? Berarti saingan gue berkurang dong? Pastiin lo sibuk sama kegiatan lo sekarang, nggak usah sibuk belajar."
Sheryl berdiri. "Oh iya, gue emang nggak punya temen, tapi lo nggak usah kasian. Menurut gue, lebih baik nggak punya temen, dari pada punya temen kek lo ama temen-temen lo yang kerjaannya ngomongin orang lain yang bahkan gue aja nggak tau kalian siapa dan punya urusan apa sama gue."
Sheryl keluar dari kelas.
Trisha menghela nafas panjang. "Gue nggak pernah ngomongin lo, mereka juga bukan temen-temen gue. Gue cuma mau jadi temen lo, Sher. Gue cuma mao ngomong ama lo, tapi kayaknya salah topik deh."
Trisha menatap sendu bangku Sheryl. Sebentar lagi mereka lulus. Tapi dia dan Sheryl tidak juga akrab padahal sudah satu tahun mereka menjadi teman sebangku.
Sheryl langsung pergi ke kantin dan membeli minuman berperisa. Dia duduk di salah satu bangku kantin dan membuka ponselnya.
Pacar:
Pulang bareng gue, jangan bareng Justin.Jus asem:
Ntar pulang ama siapa?+62***********:
P.+62***********:
Sher, gue udah putusin pacar gue.+62***********:
Sher, jalan yok!+62***********:
Hai, Sher. Gue Leon. Lo masih save nomor gue kan?Sheryl mengernyitkan dahi.
To: +62***********.
Leon, lo ganti nomor?Sheryl melihat sekelilingnya, takut-takut ada Ziffan dan guru piket. Dia bisa kena omelan Ziffan jika laki-laki itu tahu, dia ada di kantin ketika jam belajar.
Sheryl menatap ponselnya lagi.
+62***********:
Udah lama ganti nomornya. Waktu itu gue sempet chat lo. Mungkin chatnya ketimbun. Save ya, mantan terindah.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with my enemy? (Completed)
Novela JuvenilBagaimana jika musuh bebuyutanmu tiba-tiba menyatakan cinta padamu? Hal apakah yang melintas di kepalamu? Pasti, Permainan Truth Or Dare. Maka disaat itu juga, kamu pasti menerima cintanya. Benarkah itu hanya sebuah permainan, ataukah musuhmu mem...