Justin membuka pintu rumah Sheryl.
Victor mengernyit melihat wajah Justin di hadapannya. "Lo ngapain disini?"
Justin Nyengir. "Maen, bang."
Victor tertawa. "Masih berani ya lo." Victor masuk ke dalam rumah. Dia menatap Sheryl yang tengah duduk di samping Ziffan.
"Sher..," panggilnya.
"Iya bang."
Sheryl menoleh dan tersenyum.
"Justin, Ziffan, dan Leon. Pulang sekarang," ucap Victor lalu pergi ke kamarnya.
Justin menghela nafas. "Yaudahlah, gue pulang."
Justin langsung pergi. Sebenarnya, bukan karena dia terlalu takut dengan Victor. Dia hanya tidak ingin memperpanjang masalah. Menurutnya, memaksakan keinginannya untuk terus dekat dengan Sheryl hanya akan membuat Victor tambah marah dan melarangnya lebih keras.Alangkah lebih baik, jika dia menuruti ucapan Victor dan mendekati Sheryl seadanya. Toh dia hanya ingin Sheryl aman. Dia hanya ingin Sheryl terlindungi. Ziffan dan Victor sudah cukup memenuhi semua itu.
Justin benar-benar pulang. Sheryl menghela nafas panjang. Dia menoleh. "Lo berdua nggak pulang?"
"Yaah.. Baru juga nyampe," ucap Leon.
"Gue belom nostalgia ama Bang Victor. Dah lama nggak ketemu," lanjutnya.
Ziffan menepuk bahunya dan menariknya keluar dari rumah Sheryl sambil berkata, "Gue pulang Sher. Ntar gue telpon."
"Oke," jawab Sheryl.
Malihat ketiga cowok yang membuat suasana rumahnya ramai pergi, Sheryl menghela nafas sedih.
Dia duduk di sofa dan memakan makanan yang tadi diambilnya.
Tiba-tiba Victor datang dan duduk di sampingnya sambil membawa laptop.
"Jangan bilang mao kerja di sini," ucap Sheryl.
Victor tertawa, "Kok kamu tau?" Sheryl menggeleng. "Nggak, nggak boleh. Kalo mao di sini, harus temenin Sheryl ngobrol."
Victor menaruh laptopnya di meja. "Ngobrol apa?" tanyanya.
Sheryl menyandarkan kepalanya di bahu Victor. "Tiba-tiba Sheryl keinget masa lalu."
Victor menggeleng. "Jangan diinget."
"Bang, Sheryl seneng banget bisa punya Ziffan sama Justin. Setidaknya ada mereka yang selalu ngelindungin Sheryl di saat abang nggak ada. Sheryl mohon, jangan larang Sheryl buat deket sama mereka. Terutama, Justin. Dia udah Sheryl anggap sebagai abang Sheryl yang kedua."
Victor menyandarkan kepala Sheryl di dada bidangnya. Dia mengelus kepala Sheryl. "Abang cuma nggak suka aja sama orang yang pernah bikin kamu terluka. Udah itu doang."
"Semalem, ada orang yang mecahin kaca balkon kamar Sheryl. Sheryl juga ditelponin sama orang itu, dikirimin kotak yang isinya burung mati, terus di dalemnya juga ada surat ancaman. Justin ada di rumah nemenin Sheryl."
Victor memeluk Sheryl erat. Sheryl terisak. "Sebenernya apa salah Sheryl? Sheryl cuma mau bahagia."
"Kamu nggak salah sayang. Nggak."
"Mungkin, Sheryl emang terlahir buat terus menderita. Sekarang, Sheryl kangen banget sama Bunda."
Victor menggeleng. "Kamu bakalan bahagia sayang, kamu pasti bakalan bahagia. Nanti bakalan ada waktunya."
▶Flashback◀
"Bun, Victor kan udah bilang, jangan kasih Sheryl makan banyak-banyak ntar dia tambah gemuk. Kasih makan seadanya aja deh. Jangan pagi, siang, sore, malem, tengah malem, pagi-pagi buta, Bunda kasih dia makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with my enemy? (Completed)
Teen FictionBagaimana jika musuh bebuyutanmu tiba-tiba menyatakan cinta padamu? Hal apakah yang melintas di kepalamu? Pasti, Permainan Truth Or Dare. Maka disaat itu juga, kamu pasti menerima cintanya. Benarkah itu hanya sebuah permainan, ataukah musuhmu mem...