KIREI; 27

217 10 0
                                    

~안녕~

Dhafin dan Rain sedang berada di rooftop. Rain yang memaksa Dhafin ke sini, sebenarnya dia sangat malas tapi akan lebih memusingkan ketika mendengar rengekan Rain yang terus-menerus memaksanya.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Dhafin ketika sudah sampai di rooftop.

"Fin, gue nggak mau cuman sebatas teman."

"Maksud lo apaan?"

"Lo sudah tahu perasaan gue. Gue mau kita pacaran," ucap Rain final.

"Maksa amat, kita itu hanya sebatas teman tidak lebih." Dhafin tetap memfokuskan pandangannya ke depan, tanpa ada niatan untuk menatap Rain.

Rain memaksa Dhafin untuk menatap dirinya. "Fin tatap gue!! Kenapa lo tolak gue berkali-kali?! Lo masih kekeuh suka sama Kirei."

"Gue nggak bisa Rain, sulit untuk lupain Kirei." Dhafin melepaskan tangan Rain dari pundaknya.

"Lo buka hati buat gue. Gue bisa kok bantu lo lupain dia!!!"

Dhafin menghembuskan nafasnya panjang. "Gue tetap nggak bisa," ucap Dhafin.

"Gimana caranya lo mau lupain dia, kalau lo nggak mau berusaha." Rain berjalan menjauhi Dhafin dengan amarah dan rasa kecewa yang membuncah.

✨✨✨

"Kirei!!! Kok malah asik sendiri baca novel dan nggak dengerin gue yang berpidato panjang kali lebar. Nyebelin banget lo!!!"

"Jovin yang paling cantik seantero sekolah."

"Ihh, lo katarak apa gimana? Ganteng gini dibilang cantik. Bahkan mama dan papi gue bilang, gue itu ganteng banget," sergah Jovin.

"Ya iyalah Jo, secara kan lo anak tunggal. Gini ya kalau nyokap lo lebih lebih muji bokap lo, bisa-bisa lo nggak pulang selama sebulan lagi seperti yang terjadi dulu." Jadi mamanya pernah memuji papinya lebih ganteng dibandingkan Jovin, alhasil dia tidak pulang selama sebulan dan Jovin tidak punya pilihan lain waktu itu. Jadilah dia menginap di rumah Kirei dan katanya ini adalah rahasia negara.

Jovin menutup mulut Kirei. "Sstt... lo jangan buka rahasia disini. Gimana kalau cewek yang suka sama gue tiba-tiba ilfeel kan berabe, harga diri gue bisa turun drastis tahu..."

"Josjsj lepajsjsb tandhdbn ldmsho ddhsbsari mshsbsut shsh!" ucap Kirei.

"Ngomong apaan neng?" tanya Jovin dan Kirei menunjuk tangan Jovin yang berada di mulutnya. Jovin menyengir kuda dan melepaskan tangannya.  "Maaf."

"Tangan lo bau banget sumpah, lo sudah pegang apa sih?"

"Tadi gue jatoh dan pegang pasir." Kirei membulatkan matanya dan  langsung membersihkan area mulutnya.

"Jovin!!"

"Bercanda neng, gue nggak akan se-jorok itu!"

"Sudah-sudah, back to the topik!" Jovin menjentikkan jarinya sebanyak tiga kali didepan mukanya.

"Gue harus gimana, sekarang? Aduh gue takut banget lagi."

"Astaga Jo, Mam Dena nggak makan orang kok tenang aja."

"Gue tau itu guru nggak makan orang, tapi kalau dia ngamuk udah kayak macan yang siap terkam mangsanya."

"Iya betul banget, sampai-sampai rumput pun enggan goyang kalau lihat Mam Dena marah."

"Hahahaha, betul banget!"

"Astaga Jo, tobat lo. Nanti kena lo kena karma!"

"Lo yang mulai duluan, jangan salahkan gue."

KIREI [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang