KIREI; 22

227 13 0
                                    

~안녕~

"Gue mau bicara." Belum sempat Kirei berpamitan dengan ketiga sahabatnya, dia langsung ditarik oleh Aska menuju ke parkiran.

"Aduh, kak berhenti. Tangan gue sakit." Kirei meronta kesakitan, karena cekalan tangan yang sangat kuat.

Sesampainya di depan mobil Aska, dia menghempaskan tangan Kirei dan mengunci pergerakannya, dia menghimpit Kirei ke arah depan mobil dengan kedua tangan di taruh didepan mobil tersebut.

Aska mengunci pandangan Kirei, lalu memukul bagian depan mobil tersebut sehingga membuat suara yang cukup besar, dan Kirei dibuat terkejut akibat perlakuan Aska. Untung saja keadaan parkiran sudah sepi.

Kirei sangat ketakutan melihat raut wajah Aska yang menahan emosinya, ditambah jaraknya dengan Aska sangatlah dekat.

Kirei kesulitan mengatur detak jantungnya. "Kak Aska, kenapa?"

"Arghhh!!!" Aska menjauhkan dirinya dari Kirei dan menarik rambutnya frustasi.

"Ikut gue!" titah Aska. Kirei ingin menolaknya karna dia sudah berjanji untuk hang out hari ini bersama sahabatnya, tapi perubahan raut wajah Aska yang begitu menyeramkan membuat Kirei untuk mengikut saja.

Kirei beberapa kali mencuri pandang ke arah Aska, tapi Aska tetap berfokus menyetir. Dia tahu Aska sedang menahan emosinya, yang kapan saja bisa meledak.

Kirei ingin bertanya, karna ini bukan jalan menuju rumahnya tapi dia sangat tidak berani mengeluarkan sepatah katapun dan hanya memendam pertanyaan itu dalam pikirannya saja.

Aska kembali menarik tangan Kirei dengan kuat, mereka sedang berada di apartemen dan Kirei tidak mengetahui apartemen milik siapa.

Aska membawa Kirei memasuki kamar yang dominan berwarna abu-abu, dan Kirei yang diperlakukan demikian hanya bisa pasrah. Aska meninggalkan Kirei di kamar sendiri, dia melangkah menuju kamar mandi untuk menenangkan pikirannya sekalian untuk mandi.

Setelah 30 menit berlalu, Aska keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Dia mengedarkan pandangannya tapi tidak menemukan Kirei ada di kamarnya. Dia berjalan keluar kamar dan menemukan Kirei sedang menerima telfon.

"Maaf ya Dhafin. Gue tutup, bye!" Belum sempat Dhafin membalas ucapan Kirei, dia langsung menutup telfonnya dan berbalik tapi sebuah dada bidang menghalanginya. Lagi-lagi pergerakannya terkunci oleh kedua tangan Aska yang besar, mau tidak mau dia bersandar pada tembok yang ada dibelakangnya.

"Kenapa kak?"

"Jadi berita yang di sekolah benar?"

"Berita apa kak?" tanya Kirei balik.

Aska mengambil handphone Kirei yang masih menyala dan menunjukkan nama Dhafin, dan ya Kirei sekarang mengerti.

Kak Aska cemburu?

Dia segera menepis pikirannya tersebut, ada-ada saja mana mungkin Aska cemburu pada dirinya.

Apakah cewek yang dimaksud adalah gue? Tapi itu tidak mungkin. Gue coba bikin dia cemburu.

Kirei pura-pura tidak mengetahui apa maksud dari Aska, itu membuat Aska geram, ia semakin memperkikis jaraknya dan Kirei tidak bisa lagi menstabilkan detakan jantungnya yang berdetak cepat, bisa-bisa dia pingsan disini karna kehabisan pasokan udara.

"Pacaran?" tanya Aska singkat, padat dan jelas.

"Siapa yang pacaran?"

"Kirei!!"

"Gue sama Dhafin?" ucap Kirei dan Aska mengangkat kedua alisnya membenarkan ucapan Kirei.

"Iya," jawab Kirei, membuat Aska memasang muka yang sangat datar.

KIREI [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang