KIREI; 29

232 11 0
                                    

~안녕~

Pantulan cahaya bulan menerpa wajah cantik Kirei, dia menikmati suasana sepi ini ditambah dengan angin yang juga membelai wajahnya. Kejadian tadi pagi kembali terputar dalam pikiran Kirei, kejadian dimana Dhafin menamparnya.

Tanpa ia sadari air matanya mulai mengalir.

Tok tok

Kirei menghapus air matanya kasar. "Masuk."

"Dari tadi dipanggil bunda makan, kenapa nggak nyahut?"

"Ha? Ta... adi aku lagi... dengerin musik bang," ucap Kirei terbata-bata. Dia tidak mau Steve mengetahui kejadian tersebut.

"Ouh, makan sana. Bunda nungguin."

"Iya, abang sendiri?" tanya Kirei.

Steve mengangkat salah satu alisnya. "Kenapa?"

"Abang sudah makan?"

"Sudah, gue ke kamar ya. Mau lanjutin kerja tugas."

"Tunggu bang." Kirei berjalan mendekati abangnya yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.

Kirei memeluk Steve dan membuatnya tersentak kaget. "Aku sayang bang Steve."

Steve tersenyum kecil. "Tumben banget," ucap Steve.

"Rusak suasana saja, nyebelin banget." Kirei membalikkan badannya dan melipatkan tangannya di depan dada.

Steve terkekeh melihat kelakuan ajaib dari adiknya. "Tadi kelakuannya manis banget, sekarang sudah kayak ibu-ibu kos-an tagih bayaran."

"Nggak lucu."

"Lo sakit dek?" tanya Steve.

"Ngg... gak bang," elak Kirei.

"Tapi badan lo gue rasa hangat." Steve yang baru saja ingin menyentuh kening Kirei untuk memastikannya.

"Nggak kok bang, sudahlah gue mau nyamperin bunda." Kirei mendorong Steve agar memberinya jalan, tapi Steve memegang tangan Kirei dan membuat Kirei berhenti.

"Kalau ada masalah, cerita aja. Jangan dipendam, kadang lo juga harus berbagi masalah dengan orang lain supaya masalah yang lo hadapin terasa lebih ringan," ucap Steve tanpa melihat Kirei. Dia lalu berjalan menuju kamarnya.

✨✨✨

"Kenapa baru turun, Kirei?"

"Kelupaan untuk makan Bun," ucap Kirei santai.

"Astaga, kamu itu. Yaudah, ayo makan."

"Bunda belum makan?" tanya Kirei ketika sudah duduk di bangku meja makan.

"Tungguin kamu, sayang."

"Maaf Bun."

Nadira mengelus lembut rambut Kirei. "Nggak apa-apa sayang."

"Kamu sakit?" tanya Nadira. Ia merasakan badan dari Kirei terasa hangat.

"Nggak kok Bun," ucap Kirei sembari menjauhkan dirinya dari Nadira.

"Kamu akhir-akhir ini kebanyakan diam Kirei, ada masalah di sekolah?"

"Kirei nggak punya masalah Bun, kalaupun ada Kirei bisa kok atasi semuanya."

Nadira mengelus tangan Kirei. "Sayang, kalau kamu ada masalah cerita saja jangan dipendam. Bunda tahu kamu sudah dewasa, tapi ada kalanya kamu berbagi masalah kamu ke orang lain. Jangan segan-segan sayang, bunda dan abang kamu akan selalu jadi pendengar setia kamu, jangan anggap kamu sendiri di dunia ini," ucap Nadira. Ucapan Nadira berhasil membuat mata Kirei berkaca-kaca, ia mau sekali menceritakan semua ini kepada Nadira dan Steve tapi dia tidak mau mereka khawatir.

KIREI [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang