[Dibuat untuk merayakan ulang tahun penulis]
Beberapa part telah ditarik demi kepentingan penerbitan🙏
Ketika kata naif masih melekat pada Saka dan Gala, keduanya pernah sama-sama bahagia. Mereka saling menautkan jari kelingking dan mengumbar janji...
"Dan biarkan ia menemani malam-malam kalian. Meski sosoknya akan hilang, setidaknya, masih ada beberapa orang yang merekam hadirnya dalam ingatan."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Riuh yang bercampur dengan aroma peluh menjadi paduan yang paling jelas terekam oleh masing-masing indra kala tubuhnya menyatu dengan lapangan. Kedua kelopak mengerjap seiring titik hitam yang semakin timbul sejauh mata bertualang, beradu tindih dengan silau yang sebentar lagi akan diusir pergi oleh kegelapan. Belah bibir terasa kering dan perih, masih mendamba air ketika dipaksa menyortir oksigen yang nyaris tak lagi mampu diraih.
Meski tahu bahwa kesadarannya sebentar lagi akan ditarik paksa, nyatanya, ia sama sekali tak bisa melakukan apa-apa. Rasa sesak menjerat dengan sangat erat hingga bergerak pun terasa sulit. Ia terus saja meremas pakaian tepat di dada sebelah kiri kala sakit itu membuatnya ingin menjerit. Bahkan terasa mustahil baginya untuk bangkit.
Jemari yang belum sepenuhnya terbujur kaku mulai meraba mandala tempat tubuhnya terbaring dengan segala kesakitan yang tak kunjung berkurang. Berusaha merasakan sensasi sekali seumur hidup yang sebentar lagi akan hilang. Berusaha tetap membuka mata meski lelah telah memaksa untuk pulang. Sudut bibir dan sudut mata sama-sama memanifestasikan sendu. Setitik air jatuh ketika irisnya diam-diam merekam sosok yang kini meneriakkan namanya sebanyak yang ingatannya mampu. Karena ini mungkin akan menjadi yang terakhir, penutup dari lembar kisah yang akan segera diputus oleh goresan takdir.
Ia biarkan semua lenyap dimakan detik yang berjalan. Dan sepertinya, ia memang harus segera pulang. Karena ia tahu, sekuat apa pun ia berusaha, ia akan tetap merasakan akhir yang sama. Bahwa ia dan sosok itu memang tak ditakdirkan untuk lebih lama mengukir cerita. Bahwa warna-warni yang masih bisa tertangkap retina perlahan akan hilang juga. Tubuhnya terasa begitu ringan ketika diangkat oleh beberapa orang yang tak lagi mampu ia lihat dengan jelas, bersamaan dengan derap langkah brutal yang hadir menelisik telinga.
Irisnya merekam bagaimana sosok itu berusaha tersenyum meski berurai air mata. Bagaimana sosok itu menggenggam erat tangannya. Bagaimana sosok itu berusaha untuk mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Ia ingin menyimpan segala hal yang dipertontonkan oleh raut milik sosok itu selagi ia masih bisa. Tapi nyatanya, ia tak bisa. Karena sekali lagi, gores takdir akan memutus semuanya.
Binar di iris cokelatnya memudar. Ia masih sempat menangkap hangat yang berusaha disampaikan oleh sosok itu melalui genggaman tangan. Sebelum waktu merenggut segalanya, termasuk detaknya, juga asa terakhir yang ia punya.
Mungkin saja, ia memang akan benar-benar hilang ditelan semesta.
[TBC]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kali ini, tolong izinkan ia menemani kalian dalam beberapa hari ke depan.
Setidaknya, biarkan ia tahu kalau ia berharga. Juga pantas diterima. Dengan begitu, mungkin ia akan kembali mendapat kekuatan untuk melawan semesta.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.