Bagian Dua | Bekas Luka

1.9K 215 37
                                    

"Koko ni ite kurete kizuite kureta arigato."

—Aimer

"Ada berita! Ada berita!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada berita! Ada berita!"

Seorang murid laki-laki berbadan gempal berlari memasuki ruang kelas dengan tergesa. "Ada berita, guys! Ada berita!" Dia mengulangi kalimatnya.

Hampir seluruh pasang mata di dalam kelas kini menatap ke arah si pemuda gempal yang kini tengah bertumpu pada meja sambil mengatur napasnya.

"Kali ini gosip apa lagi, Genta?" tanya seorang siswi berkacamata.

"Gue dapet kabar, katanya Gala itu spiker voli terbaik di Bandung!" Genta mengepalkan tangan—gerakan yang selalu ia buat ketika ia sedang bersemangat akan sesuatu. "Dulu, pas SMP, dia punya serangan kombinasi sama setter timnya dan katanya itu gokil banget! Susah buat diblok! Saking kerennya, serangan kombinasi itu dikasih julukan 'tsunami', karena selalu berhasil menembus pertahanan bloker!" ujar Genta dengan menggebu.

Beberapa siswi di kelas itu menjerit tertahan dengan kelereng yang berbinar. "Sumpah? Ya ampun...udah ganteng, cool, ternyata jago olahraga juga!" ujar salah satu di antara mereka.

"Nggak nyangka ternyata dia keren juga!"

"Beruntung banget dia masuk ke kelas kita!"

Suara-suara itu mendengung dengan samar saat menyatu bersama udara. Saka mendengus kasar mendengarnya. Nyaring suara para perempuan di kelasnya benar-benar mengganggu telinga. Saka memutuskan untuk meraih headphone dari kolong meja, memakainya, kemudian menyetel lagu secara acak dengan volume cukup tinggi untuk meredam obrolan teman-temannya, terlebih jerit para perempuan yang masih belum surut juga.

Genta itu raja gosip di sekolah. Ia memiliki banyak mata dan telinga yang tersebar hampir di seluruh penjuru. Nyaris semua informasi seputar SMA Wirasantika ada di otak pemuda gempal itu. Mulai dari yang tidak penting seperti resep ayam teriyaki bibi kantin, sampai hal privasi yang kalau terbongkar bisa bikin pusing. Saka bahkan masih tidak paham, tujuan Genta ke sekolah itu untuk belajar, atau untuk mengumpulkan gosip kemudian disebar?

Saka memejamkan mata, menaruh sebagian beban punggung pada sandaran kursi di belakangnya. Bahkan meskipun headphone-nya memutar lagu dengan volume di atas rata-rata, atensi pemuda itu sama sekali tidak berada di sana. Pikirannya melayang, kembali ke hampir dua puluh empat jam yang lalu kala kelereng hitam itu kembali menenggelamkannya untuk yang ke sekian. Ia bahkan sudah lama sekali tidak beradu pandang dengan kelam yang memancar dari kelereng itu. Tapi nyatanya waktu yang berjalan belum memotong habis sesak yang menikamnya kala tatapan mereka kembali bertabrakan.

Malam panjang yang membuatnya terjaga sama sekali tidak bisa membantunya menemukan jawaban. Sampai saat ini, ia masih bertanya-tanya, dari sekian banyak waktu yang ia miliki, mengapa harus sekarang? Dari sekian banyak hari penuh sesak yang membunuhnya secara perlahan, mengapa harus sekarang? Saka belum siap jika sakit itu kembali datang. Bahkan dari bagaimana kelereng itu menatapnya kemarin, ia bisa tahu, bahwa jauh di dalam sana, ada benci yang terpendam. Dan itu sangat besar. Saka belum siap jika suatu saat benci itu akan menguar dan semua alasan pelariannya akan terbongkar.

Behind Your Back[√] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang