Bagian Enam | Melarikan Diri

1.3K 201 39
                                    

"So they say that time takes away the pain, but I'm still the same."

—One Ok Rock

"Saka? Main voli? Lo nggak asal ngomong 'kan? Badannya aja kecil gitu, gimana mau main voli?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saka? Main voli? Lo nggak asal ngomong 'kan? Badannya aja kecil gitu, gimana mau main voli?"

Saka hanya bisa mendengus saat telinganya merekam apa yang Arfa ucap. Sudah biasa. Memiliki volume tubuh yang terlihat kecil di penghujung masa sekolah menengah atas memang menyebalkan. Tak masalah jika ia tinggi menjuntai—meski akan terlihat seperti lidi atau tiang listrik. Tapi, dengan tinggi yang tak mencapai seratus tujuh puluh senti, ia bisa apa?

Kalau urusan badan, memang tak jarang ia diremehkan—hal yang sampai saat ini ia rutuk mati-matian—, hingga lama kelamaan, ia pun menjadi terbiasa dengan kalimat-kalimat seperti apa yang baru saja ia dengar.

Sebenarnya, tak dapat dipungkiri bahwa ia cukup lega. Arfa tidak percaya dengan apa yang Gala katakan dan itu berdampak positif baginya. Setidaknya ia tidak usah pusing-pusing untuk menyangkal ucapan Gala.

"Lo suruh dia ngasih umpan, dan lo bakal tau apa dia bisa main atau enggak."

Tapi sepertinya ia lupa kalau Gala itu memang menyebalkan. Bisa dibuktikan dari rangkai kata yang kembali ia udarakan. Entah mengapa Saka tiba-tiba merasa kesal. Lama tidak berjumpa bukan berarti pemuda jangkung itu bisa seenaknya mengucap kata dengan asal. Setidaknya Gala 'kan tahu kalau dari tadi Saka sudah melempar tatapan yang seolah mengatakan, "Jangan...jangan...jangan," tapi Gala terlalu tidak peka memang. Atau mungkin sebenarnya ia peka tapi pura-pura tidak paham. Entah, yang jelas kelakuan Gala saat ini benar-benar membuat darahnya naik sampai ke telinga.

Setelahnya bisa Saka rasakan bagaimana iris Arfa meneliti geriknya dari kaki sampai kepala. Ada risih yang mati-matian ia tahan hanya untuk memastikan kalau Arfa tidak menemukan apa-apa. Ia hanya memberi tatapan datar sebagai balasan, guna menutup rasa tak nyaman yang mulai menjalar.

Tidak bisa Saka pungkiri bahwa saat ini ia ketakutan. Ia takut kalau mereka berdua—Arfa dan Daniel—akan benar-benar percaya dengan apa yang Gala ucapkan. Lebih dari itu, ia hanya takut ditemukan. Ia tidak ingin apa-apa yang ia simpan berakhir dengan terbongkar, hanya karena satu rangkaian kata yang baru saja Gala lontar.

"Lo ngomong apa sih Gal? Gue? Main voli? Tangan kayak lidi gini main voli? Patah yang ada, Gal." Saka tidak pandai berdusta. Tapi kali ini ia benar-benar berusaha untuk menutupi semua dengan senyum canggungnya.

Dan sebuah tawa terdengar setelahnya. Awalnya Saka tidak paham mengapa Daniel tiba-tiba tertawa, tapi semua menjadi jelas ketika Arfa yang berdiri di sebelah pemuda itu buru-buru bicara, "Gue baru tahu ternyata lo bisa bikin lelucon juga, Gal. Udah kita duga lo pasti bercanda."

Behind Your Back[√] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang