Bagian Sebelas | Aku Juga Terluka!

1.1K 174 8
                                    

"If you ever find yourself stuck in the middle of the sea, I'll sail the world, to find you."

—Bruno Mars

"Gal, kalau gue bilang, gue bakal mati misal gue nggak pergi saat itu, lo percaya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gal, kalau gue bilang, gue bakal mati misal gue nggak pergi saat itu, lo percaya?"

Saka tidak pernah benar-benar menyerah pada keadaan. Bahkan saat orang tuanya pergi ketika ia masih menduduki bangku kelas delapan, ia terpuruk, tapi masih mampu untuk bangkit walau perlahan. Karena saat itu ada Gala yang selalu menguatkan. Ada Gala yang selalu memberinya bahu untuk bersandar kala ia tidak lagi kuat untuk sekedar melawan takdir yang terlalu menyakitkan. Ada Gala yang senantiasa menjadi tumpuan kala ia mulai kehilangan pijakan. Ada Gala yang selalu menjadi alasan baginya untuk tersenyum dengan lebar. Ada Gala yang memeluknya kala ia tidak tahan menyembunyikan tangis yang tidak tahu kepada siapa harus ia tumpahkan.

Saat itu dunianya penuh dengan Gala. Bagi Saka, Gala adalah segalanya. Ia rela membuang apapun hanya untuk melihat sosok itu melontar tawa. Jika Galaxtra bahagia, maka Saka juga akan bahagia. Karena senyum Gala adalah lebih dari sekedar nyawa dan akan selalu ia jaga.

Karena, dunia Saka benar-benar berputar pada eksistensi seorang Gala.

Alasan terkuat baginya untuk tidak menyerah adalah kalimat penenang milik Gala yang selalu memberinya kekuatan. Kalimat yang selalu melekat dalam ingatan, bahkan hingga semesta mempermainkan takdir mereka dan membuat mereka berjauhan.

"Kalau lo ngerasa capek terus-terusan berjuang, coba deh lo jilat keringet lo. Rasanya apa? Asin 'kan? Itu tanda kalau perjuangan nggak ada yang manis."

"Coba lo makan deh cokelatnya. Awalnya emang rasanya pahit, tapi coba lo bertahan lebih lama, rasanya bakal berubah jadi manis. Itu bisa lo analogikan ke kehidupan. Kalau lo mau ending yang manis, jangan gentar sama pahitnya perjuangan. Jadiin itu sebagai salah satu bukti pada semesta kalau Saka itu kuat dan nggak gampang kalah. Saka nggak akan menyerah."

Tapi kali ini Saka menyerah. Sendunya kembali tumpah. Kalimat itu pernah diucap oleh sosok yang selalu memberinya kekuatan, yang kini justru menorehkan luka yang sangat lebar. Anak itu hanya bisa merekam gerik Gala dengan wajah putus asa dan pipi yang basah karena air mata. Tapi semua itu tidak membuat Gala iba. Karena tegas kalimat Gala yang terdengar setelahnya membuat Saka merasa kehilangan pijakan terakhirnya.

"Lo salah karena ngasih gue pertanyaan kayak gitu sekarang. Harusnya lo nanya kayak gitu tiga tahun lalu. Kalau sekarang, lo tahu harapan terbesar gue adalah lihat lo hilang 'kan?"

Awalnya Saka merasa sangat sakit saat mendengar kalimat itu. Dadanya ngilu. Tapi kemudian ia teringat kalau Gala memang batu. Gala akan tetap berpegang teguh pada apa yang ia percayai dan itu tidak pernah berubah sejak dulu. Bahkan setelah ratusan malam membentangkan jarak di antara mereka, hingga waktu kembali mengubah rindu menjadi temu. Dan saat ini, Saka merupakan sosok yang paling tidak ingin Gala percayai dan Saka sadar diri dengan satu fakta itu.

Behind Your Back[√] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang