Bagian Empat | Masih di Tempat Yang Sama

1.4K 186 6
                                    

"Sabishi sa wa kyōki da. Hito o kizutsukete shimau. Sore ni kizukenakunaru."

—Satou Mafuyu

Saka pikir mungkin ia sudah gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saka pikir mungkin ia sudah gila. Ia bahkan tidak tahu angin apa yang membuatnya membawa langkah ke arah sana. Ke arah sosok tak tersentuh yang tengah menyantap makan siang di sudut kantin dengan tenang. Seolah tak peduli dengan riuh di sekitar. Juga suara denting benda logam yang melebur bersama hingar.

Ia bahkan sudah tahu jika ia melangkah ke sana, tandanya ia sedang mendekati neraka dunia. Ia juga paham bahwa ada batas yang selama ini sosok itu jaga, dan masing-masing dari mereka belum ada yang melanggarnya. Tapi hari ini, Saka dengan berani melangkahkan kaki, demi mengusik sosok Gala, yang bahkan tak menginginkan hadirnya sama sekali.

Ia menggerakkan kaki dengan ragu. Meski begitu, ia tetap melangkah maju. Sambil berusaha meredam detak jantungnya yang kian bertalu-talu. Tak butuh waktu lama bagi Gala untuk menangkap hadirnya. Yang kemudian melepas sendok dengan keras kala ia mendudukkan diri di depan sosok Gala.

Tak ayal hal itu membuat dadanya berdentum kencang. Bahkan belum ada satu menit sejak ia dan Gala berhadapan, tapi iris kelam itu sudah memancarkan hawa yang menikam. Sambil menepis cerah yang Saka berikan melalui iris cokelatnya kala milik mereka bertabrakan. Saka berusaha untuk baik-baik saja ketika ia dengan sengaja menarik sebuah kurva di bibirnya. Tapi tidak dengan Gala, juga semesta. Dua hal itu seolah tidak membiarkan Saka untuk lebih lama berada di sana. Seolah hadirnya benar-benar sebuah kesalahan dan ia harus segera menghilang.

"Drama apa lagi kali ini?" tanya Gala berbarengan dengan gerakan Saka yang meletakkan plato di atas meja. Ia berusaha mengatur nada bicara sedemikian rupa, agar Saka menangkap ada rasa tidak suka yang ingin ia sampaikan tanpa perlu membuang lebih banyak tenaga. Agar Saka paham kalau Gala tidak menginginkan hadirnya.

Tapi yang ia dapat lagi-lagi justru senyum canggung. Gala tak habis pikir, setelah beberapa hari lalu ia memberi ultimatum, Saka ternyata masih punya keberanian diri untuk menampakkan diri di hadapannya, bahkan sambil tersenyum.

"Ayo makan bareng, Gal!" adalah kalimat pertama yang Saka ucap setelah beberapa menit ia terdiam. Ia paham dengan benar kalau Gala tidak akan suka dengan apa yang ia lakukan. Tapi bukan berarti ia akan mundur hanya karena Gala tidak suka. Ia juga tidak paham keberanian ini datangnya dari mana. Yang jelas hari ini ia akan kembali berusaha, untuk membuat sosok dingin itu kembali menaruh atensi padanya.

"Gue tanya, drama apa lagi kali ini?" Gala mengulang kalimat yang sama, tapi dengan nada bicara yang berbeda. Ia sengaja memberi sedikit penekanan pada kalimatnya. Sambil diam-diam berharap kalau Saka benar-benar akan pergi, atau ia akan kehilangan kendali.

Tapi ternyata Saka telah berpendirian teguh untuk tetap bergeming. Pemuda itu justru mulai menyendok nasi dari atas plato kemudian melahapnya. Seolah kalimat Gala barusan tak pernah mengudara. Tidak sampai situ, Saka juga menyendok beberapa potong udang saus tiram—yang kemudian ia letakkan di atas plato milik Gala.

Behind Your Back[√] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang