flashback

370 63 2
                                    

Ale

Flashback on

Keira. Dulu gue gak pernah kenal secara langsung siapa cewek yang selalu dibicarain sama Ibu dan Bapak. Gue hanya mengetahui namanya sekilas ketika mendengar pembicaraan mereka. Rumahnya terletak tepat didepan rumah lama gue, yang itu berarti kita berdua tetanggaan di satu komplek perumahan yang sama. Bahkan gue hafal kalau dia sering ditemani oleh wanita yang seumuran dengan Ibu gue ketika di taman bermain.

Sore itu gue baru mengetahui kalau wanita yang sering nemenin dia adalah nyokapnya. Gak heran juga, karena mereka begitu mirip.

Hanya saja beberapa minggu terakhir gue gak mendapatinya berada di taman bermain, ya mungkin aja dia bosen, karena gak ada seorangpun yang bermain dengan dia, kecuali nyokapnya sendiri.

Petang, langit berwarna gelap padahal belum waktunya sang fajar susut. 

Rumahnya ramai ketika motor bapak sampai didepan rumah. Gue gak mengetahui apa yang sebenernya terjadi hari itu, karena bokap nyuruh gue buat masuk kedalam rumah, sedangkan beliau berjalan dengan tergesa ke rumah di seberang. Anak kelas 4 SD kayak gue cuma bisa nurut apapun yang diperintah orang tua.

Mata gue gak berhenti memandang rumah di seberang sana lewat jendela. Samar-samar gue mendengar tangis seorang anak kecil, yang tak lain adalah Keira.

Wanita itu meninggal, nyokapnya Keira. Wanita yang selalu jadi teman bermainnya disaat gak ada seorangpun yang mengajak Keira kecil untuk bermain.

Tubuh gue masih berdiri di samping jendela, ketika jenazah nyokapnya Keira akan dibawa menuju pemakaman. Mata gue masih ngeliat dengan jelas dibalik kaca jendela yang berembun karena hujan, dia berlari tanpa alas kaki ketika jenazahnya akan dibawa pergi. Gue ngeliat nyokap gue dengan sigap menahan tangan Keira lalu memeluknya dibawah guyuran hujan yang entah kenapa malah semakin deras.

4 bulan berlalu begitu cepat. Tidak ada lagi Keira yang bermain di taman. Rumahnya lebih sering tertutup dan juga sepi.

Malem itu gue, Ibu sama Bapak makan malem seperti biasa. Awalnya suasananya begitu tenang, namun hal itu tidak bertahan lama. Sebuah teriakan anak kecil membuat kegiatan kami terhenti. Dengan sigap bapak dan Ibu keluar rumah untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Gue memandangnya melalui jendela yang sama.

Keira berlari kearah nyokap gue sambil menangis. Gue gak mendengar ucapannya dengan jelas karena suaranya cenderung serak. Yang gue lihat setelahnya Keira justru duduk bejongkok sambil memegang lutut nyokap gue.

Dengan sigap nyokap gue berjalan masuk menuju rumah Keira. Gue gak tau pasti apa yang setelahnya terjadi dirumah seberang. Yang jelas Keira dibawa masuk sama bapak kedalam rumah gue. Gue tidak bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Bapak mengajak Keira untuk duduk diruang tengah dan gue pun mengikuti mereka. Bokap ngomong dengan halus ke Keira, kalau malem itu mending dia tidur dirumah ini aja.

Paginya kami kedatangan tamu. Bokapnya Keira. Beliau gak sendiri, karena gue bisa ngeliat wanita yang cukup muda duduk disebelahnya, dengan perut yang membuncit. Hamil.

“ Saya bersedia merawat Keira, dan saya jamin kehidupannya akan lebih baik” gue gak tau kenapa nyokap begitu kekeh mengatakannya.

“ Ini adalah solusi yang terbaik. Saya pikir jika anda tetap memaksakan kehendak untuk mengajak Keira pindah, itu bisa menggoncang mentalnya, apalagi Ibunya belum lama pergi” tambah bokap gue meyakinkan.

Entah apa yang terjadi pada gue, hanya saja dada gue tiba-tiba menjadi sesak. Ada amarah yang entah kenapa muncul secara reflek ketika melihat dua orang tadi pergi meninggalkan rumah ini.

Wanita itu, dia adalah istri baru bokapnya Keira.

Semenjak kejadian itu, gue sangat muak ketika ngeliat bokapnya Keira. Rasa marah gue berlanjut sampai kita dewasa. Karena kejadian itulah yang membuat dia enggan bertemu bokapnya. Keira benci dengan orang yang meninggalkan nyokapnya ketika dalam keadaan terpuruk. Keira tidak pernah sudi melihat bokapnya dan juga wanita itu.

Kenangan menyedihkan itulah yang membuat gue mengenal sosoknya, Keira Ayu Pramodya. Cewek yang entah sejak kapan menjadi bagian terpenting dalam hidup gue.

Flashback off

Harus gue akui, kalau hati gue gundah beberapa bulan teakhir cuma buat mikirin dia. Mastiin perasaan ini ke dia. Dia, Keira.

Ini salah, dan gue menyadarinya.

Hera? Gue sayang sama dia dan gak pengen dia ninggalin gue.

Keira? Gue tau ini gila, tapi gue juga sayang sama dia.

“ You can’t love two people at the same time…” gak, gue gak bisa milih.

“ I can “

“ Yes, you can’t! ”

“ Cuma orang gila yang sayang sama dua orang sekaligus. Kalau lo gak bisa, setidaknya jangan bikin salah satu diantara mereka jadi kambing hitamnya. Hera, Keira, mereka deket. Hera udah nganggep Keira temen sendiri. Gue gak bisa bayangin kalau Hera tau, cowok yang selama ini sayang sama dia ternyata juga punya perasaan yang sama ke orang lain, dan orang itu tak lain temennya sendiri, Keira”

Shit, it’s hurt.

“ What should I do?”

“ Pilih salah satu diantara mereka. Kalo lo miih Hera, gue pikir itu gak masalah karena Keira belum tau perasaan lo. Kalo lo milih Keira, lo harus jujur buat ngakuin perasaan aneh lo ini ke Hera dan Keira biar mereka gak saling menyalahkan, karena disini lo yang salah”

Theo beranjak dari duduknya ninggalin gue yang masih mematung ditempat.

Matheo Giandra, dia selalu tau gimana cara nyakitin gue cuma dengan kata-kata dia.




to be continued...

Matheo Giandra [ Theo ]

Matheo Giandra [ Theo ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ale dan Lukas

Jangan lupa vote dan komen😍❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen😍❤️

forgottenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang