kenangan

401 75 15
                                    

Karena banyaknya readers, vote sama komentar tidak sebanding hiks :(
Aku mau ngasih kalian target. Jadi di chapter ini targetnya 30 readers + 5 komentar + 10 vote dalam 2 hari. Kalo belum 2 hari udah nyampe target, langsung aku publish chapter selanjutnya💖

Selamat membaca❤











Keira

Lama banget, sampai gue sendiri pun lupa kapan terakhir kali dateng ketempat ini. Ada yang berbeda, dulu tempat ini hanya taman bermain anak-anak, sedangkan saat ini dibagian lain udah diperluas untuk dijadikan tempat umum buat nongkrong. Waktu emang secepet itu, ketika bahagia semua cepet berlalu dengan mudah, sedangkan sedih entah kenapa begitu lambat.

Gue gak tau pasti apa yang membuat dia secara random ngajak ketempat ini. Gue gak meminta, dia sendiri yang punya inisiatif kesini.

“ Gue pikir lo butuh sesuatu yang fresh” oh ya? Gue juga gak ngerti kenapa tiba-tiba jadi moodly gini.

Dia berjalan kesalah satu kursi dibagian tengah taman karena ditempat lain udah diisi orang lain, mau gak mau gue ikut beranjak ngikutin dia dan kita berakhir duduk dalam diam dengan durasi yang cukup lama. Kak Marcel dengan segala pemikiran diotaknya, dan gue dengan segala keresahan yang entah sejak kapan beradu didalam hati gue.

“ Kenapa lo milih tinggal sendiri? Bukannya enak kalo lo tinggal bareng sama bokap-nyokap lo?” gue tersenyum miris. Gue ingin, sampai-sampai rasanya gue ingin menangis saat itu juga. Tapi gue gak bisa, karena garis kehidupan bukan gue yang mengatur.

“ Nyokap gue udah meninggal waktu gue masih kelas 4 SD. Konyolnya adalah, bokap nikah sama wanita lain. Waktu itu belum genap 4 bulan nyokap gue pergi” gue menghela nafas panjang, susah banget rasanya.

Ir, sorry… gue gak bermaksud nyinggung lo barusan” gue mengangguk.

Mama sayang banget sama Ira

Mama selalu membual ketika bersama gue. Kata-katanya selalu sama “Mama sayang banget sama Ira” kadang gue merasa bosan ketika mendengarnya, tapi akan menjadi aneh ketika gue tidak mendengarnya untuk beberapa saat.

Waktu bergulir 7 tahun lamanya, dan disetiap tindakan, gue selalu membayangkan nyokap datang mendekat kearah gue untuk membual kembali “ Mama sayang banget sama Ira”

Iya, Keira juga sayang banget sama Mama.

Malam itu gue menceritakan segalanya yang ada di masa lalu gue. Marcel Abyasa Utama, orang lain yang mengetahui sisi hitam dari diri gue.

Marcel

“ Kata Ale, wanita itu udah hamil waktu bokap mau nikahin dia. Disappointed but not surprise. Gue udah tau kalo bokap gak setia sama nyokap, dan karena itu gue berakhir tinggal sama keluarganya Ale” gue gak pernah tau seorang Keira punya kisah hidup yang teramat pelik.

“ Lo orang lain pertama yang tau masalah ini. Ini aib, dan gue benci itu” tatapannya gak pernah bohong. She’s really hate that.

Keira percaya sama gue, karena itu dia bisa bercerita segamblang ini.

“ 7 tahun yang lalu, gue sering dateng ke tempat ini sama nyokap buat main ayunan, karena saat itu cuma dia doang yang jadi temen gue disaat ada anak lain yang seusia dengan gue begitu banyak ditempat ini”

Gue memandang lurus kedepan, tempat taman bermain itu berada. Keira melihat kenangan.

“ Thanks” gue mengernyitkan alis.

“ For what?”

“ Udah ngajak gue kesini. Udah mau jadi orang yang denger sisi lain dari gue” gue tersenyum.

Kenangan. Entah kenapa gue selalu menganggap kalo kenangan itu punya sisi negatif. Kenangan itu sesuatu yang gak nyata, bayangan yang kapan saja bisa muncul jika kita tidak menginginkannya. Gue benci sesuatu yang berakhir menjadi kenangan, karena hal gak mungkin kembali jadi nyata.

Keira Ayu Pramodya. Gue pikir hidupnya mulus seperti halnya jalan tol, tapi nyatanya lebih lika-liku dari tanjakan pegunungan. Keira tidak sesederhana itu, dan gue baru menyadarinya.

“ Semua orang yang dateng bakalan pergi Ir” ujar gue sambil menatap lurus kedepan, mengikuti arah pandangnya.

Ya, and I hate that. Gue gak marah ketika orang pergi ninggalin gue, gue cuma benci kalo mereka pergi tanpa berpamitan”

Nyokapnya pergi tanpa sempat berpamitan.

Karena takdir.

“ Kalo pergi bilang ya Kak, biar gue gak benci sama lo”

Pergi. Semua orang pasti pergi, hanya caranya saja yang berbeda. Dia benci ketika orang lain pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan, terlebih perginya bukan untuk datang kembali.

Pergi. Kehilangan.

Langitnya indah, karena mereka lengkap. Bulan, bintang, mereka saling melengkapi. Jika salah satu diantaranya pergi, akan terlihat biasa saja karena ada yang kurang. Melengkapi, mereka harus selalu ada tanpa menghilang untuk jadi indah.

“ Hidup yang baik Ir, dengan itu orang gak akan pergi dari lo” dia tertawa, lebih tepatnya tawa paling miris yang pernah gue lihat.

“ Gue hidup dengan baik sekaligus jadi orang baik. Erik, Sasya, mereka pergi karena gue baik Kak”

People comes and people go.

“ Gue gak bakal pergi” Keira menoleh, lalu menatap gue cukup lama.

“ I promise”


to be continued...

#BayangkanErikNyesalNinggalinGue

Alasan aku ngasih target diatas adalah buat virtual support untuk aku semangat nulis, jadi mohon partisipasinya ya😔💖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alasan aku ngasih target diatas adalah buat virtual support untuk aku semangat nulis, jadi mohon partisipasinya ya😔💖

#NOTED
Karena ini short au, jadi kemungkinan akan tamat di chapter 20-an, kalau lebih berarti itu rezeki kalian.

forgottenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang