peace [ END ]

584 73 15
                                    

Keira

Seumur hidup ini pertama kalinya gue duduk setegang ini. Berbeda dengan gue, Kak Marcel justru duduk dengan tenang di kursi yang sedikit jauh dari tempat gue duduk.

It's been a long time dan juga canggung. Gue gak tau udah berapa lama keheningan ini berlangsung.

" Look at you, kamu beneran udah dewasa sekarang. Papa sampai pangling karena udah lama tidak ketemu "

Kalau aja cafe ini hening tanpa diiringi musik slow, mungkin lelaki didepan gue ini akan nyadar kalau jantung gue berdetak lebih cepat dari biasanya.

6 month ago, i think... itu terakhir kali gue berbicara dengan bokap.

" Papa apa kabar? " sebuah senyum terukir di bibirnya dan entah kenapa dada gue tiba-tiba menghangat.

Rasanya semua dendam hancur lebur begitu saja. Setelah bertahun-tahun gue tahu caranya menghilangkan rasa itu. Dan semuanya tidak pernah lepas dari sosok di meja ujung yang sedari tadi matanya tidak pernah lepas memandang kearah gue.

" Baik. Sangat baik malahan. Papa sudah berhenti mengajar dan mau fokus merevisi buku yang akan diterbitkan bulan depan. "

Papa adalah seorang dosen disalah satu fakultas swasta di Bandung. Beliau juga seorang penulis buku-buku ilmiah.

Gue mengangguk mengerti.

" I met her 1 month ago. Di pemakaman Mama " ujar gue yang membuat Papa terdiam cukup lama.

Intensitas gue datang ke tempat Mama sebulan yang lalu memang lebih sering dari biasanya. Karena itu gue kerap beberapa kali melihat orang lain datang di waktu sore sebelum gue menginjakkan kaki ditempat Mama. And finally, we met setelah beberapa kali gue melihatnya datang ke tempat ini.

No word to say. Beliau hanya tersenyum kearah gue lalu berlalu pergi tanpa sempat mengobrol.

" Farah memang sering datang ke tempat Mama kamu setelah Ryan lahir. Bukan apa-apa, Papa pikir itu sudah kebiasaan dari lama, tapi kamu baru mengetahuinya sebulan yang lalu " tanggap Papa sambil tersenyum.

Setelah Ryan lahir. Itu berarti sejak umur gue 5 tahun.

" Did you still hate her? " gue menggeleng.

" Enggak "

Gue menghela nafas panjang sambil menatap lurus kearah ice americano yang gue pesan.

Did i hate her? The answer is no. I never hated her it from the beginning, it's just that i feel disappointed.

" Mungkin memang ini saat yang paling tepat untuk minta maaf sama kamu, karena Papa sendiri pun tidak tahu akan punya kesempatan seperti ini lagi ataupun tidak..."

" Papa minta maaf, Keira. Kesalahan Papa bukanlah kecil, Papa maklum kalau kamu tidak bisa memaafkan Papa... Your mother is very unfortunate to have a husband like me. She was disappointed, I knew that..."

Dada gue tiba-tiba menjadi sangat sesak dan juga perih setelah mendengarnya.

From the past.

Dari masa lalu gue tahu banyak hal. Semua yang terjadi di dunia ini gak akan pernah selamanya sesuai yang kita inginkan. Gue ingin keluarga gue utuh, gue ingin Papa gak berkhianat ke Mama. Semuanya balik lagi, the world doesn't revolve around us and not forever we can arrange everything according to our wishes.

forgottenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang