Di chapter ini targetnya 60 readers + 15 vote dalam 2 hari. Kalo belum 2 hari udah nyampe target, langsung aku publish chapter selanjutnya💖
Selamat membaca❤
☆☆☆
Ale
“ Gue mau ngomong” Setelah hampir 2 minggu lamanya, akhirnya gue bertekat buat ngungkapin segalanya, karena gue yakin. Gue yakin perasaan itu bukan cuma gue yang ngerasain.
Sore itu, gue sengaja menunggunya di pagar kosan dia. Gue hafal jadwal dia hari ini pulang lebih awal karena gak ada eskul.
“ Kenapa?” tanyanya. Terakhir kali gue ngobrol sama dia adalah malam itu, ketika pikiran gue kalut.
“ Lo nggak balik sama Marcel?” Bodoh.
Keira sempat mengernyit, mungkin dia nyadar kalau ada yang aneh dari gue. Terlebih, karena gue memanggil nama ketua eskulnya.
“ To the point aja Le, gue lagi capek banget hari ini” iya dia capek, terlihat jelas dari raut wajahnya.
“ Dari awal prinsip persahabatan kita itu kejujuran…”
Keira mengangguk kemudian duduk disamping pot bunga, sehingga posisinya lebih tinggi gue.
“ … gue gak pengen bohongin diri sendiri dan juga lo”
“ Apaan sih lo, kaku banget. Gue ga…”
“ Gue suka sama lo” potong gue.
Kaget.
Kemudian hening cukup lama. Gue gak suka situasi ini.
“ Sejak kapan?”
“ I don’t know. I just…”
“ Terus Hera gimana?” gue terdiam. Hera… gue nyakitin dia untuk kesekian kalinya.
“ Dia pasti ngerti sama keadaan gue” Ira tertawa. Tawa paling miris yang pernah gue lihat.
Ira kemudian beranjak dari duduknya lalu memandang gue lekat-lekat.
“ Denger, gue yakin lo juga ngerasain kayak apa yang gue rasain sekarang ini” ujar gue meyakinkan.
Shit, kenapa sakit banget.
“ Enggak Le” nggak. Dia bohong.
Gue menarik tangannya lalu menggenggamnya erat. Gue gak ingin dia berbohong dengan hatinya sendiri, karena dengan itu dia juga membohongi gue.
“ Gue tau pasti. Gue yakin. Lo juga sayang sama gue”
Keira cuma diem.
Diemnya itu yang menyayat hati gue.
" Lo salah " jawabnya datar.
" Perasaan gue gak salah Keira! " kalimat itu lolos begitu saja dengan nada yang cukup tinggi, hingga dia menatap gue semakin marah.
“ Sadar Le! Yang lo lakuin ini salah!” ujarnya sambil memukul bahu gue dengan keras. Entah kenapa mata gue semakin memanas.
“ Lo bohong! Nggak ada yang perlu lo takutin, please jujur sama gue…”
“ ... Persahabatan antara cowok sama cewek itu semua bullshit!”
Dioga Alezio Sjah, lo terlihat menyedihkan.
Keira
“ Gue jujur! Gue gak pernah ada perasaan lebih ke lo!” gue nggak pernah ngelihat Ale semenyedihkan ini. Kecewa. Itu yang gue rasain saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
forgotten
Fanfiction[ PRIVATE ACAK ; FOLLOW DULU ] ❝ Forget your past, because remembering the past makes you unhappy in the future. The past kills your happiness ❞ molosky 2020