Keira
“ Hi Ir, bisa ngobrol sebentar nggak?” gue menghentikan aktivitas sebentar lalu nengok ke orang di samping gue.
Hera.
Setelah membayar semua belanjaan, gue jalan kearah tempat duduk dia didepan indomaret.
Begitu banyak pertanyaan yang ada didalam kepala gue, termasuk perihal hubungan dia sama Ale satu bulan ini. Iya satu bulan, selama 30 hari itu gue gak pernah ketemu Ale atau lebih tepatnya gue menghindar setiap dia ingin mengajak gue berbicara. Hera, gue pikir dia juga udah tau semuanya, hanya saja gue khawatir dia berpikir kalau gue nusuk dia dari belakang.
“ Gimana kabar lo?” canggung. Situasinya bener-bener canggung, atau lebih tepatnya dia yang sedikit kikuk buat ngajak gue berbicara.
Gue menghela nafas panjang.
“ Baik. Lo?”
Diam. Karena dia bingung akan menjawab bagaimana.
“ Not that good, but im fine”
Bullshit.
“ Bener ya kata Ale, lo emang gak pinter bohong ” Hera tertegur dengan ucapan gue. Kini matanya itu sepenuhnya terfokus pada gue.
Emang harusnya semua ini bakalan dibahas lambat laun. Ya karena gue sendiripun gak akan betah punya masalah sama orang lain, terlebih orang itu adalah orang terdekat gue.
“ Gue pikir lo udah tau semuanya secara langsung dari Ale” ujar gue membuka percakapan.
Hera menghela nafas panjang sambil menatap gue kosong. Dia gak baik-baik aja, hal itu terlihat jelas dari sorot matanya.
“ Kita berdua udah putus setelah kejadian itu” gue gak terlalu terkejut setelah mendengarnya, karena itu wajar.
Karena gue akan ngelakuin hal yang sama kalaupun itu terjadi pada gue, tapi amit-amit semoga gak pernah.
“ Tapi gue gak bisa Ir” matanya mulai berair. Bingung, she did not know what to do. Gue tau perasaan dia saat ini, sakit.
2 tahun lebih pacaran sama Erik dan berakhir di khianatin bikin gue sadar akan satu hal, kalau perasaan yang udah lama tumbuh gak semudah itu bakalan hilang. Hera sama Ale pacaran dari SMP, dan lo bisa bayangin gimana perasaan dia saat ini.
“ Gue terlalu bergantung sama Ale begitupun sebaliknya. Gue bingung, gue bingung bakal akhirin semuanya atau berlanjut kayak gak pernah terjadi apa-apa. Karena dua hal itu punya rasa sakit yang sama”
Bukan salah Hera, tapi takdir.
“ Semua orang punya kesempatan kedua Her. Gue yakin Ale udah memahami persepsi soal cinta dan sayang. But, it's up to you ”
Sekalipun gue benci sama Ale, gue juga masih punya keinginan dia bahagia dengan benar.
“ Dia sayang sama gue tapi dia sayang dan cinta sama lo. Bedanya cuma disitu Her” ujar gue dengan yakin.
“ Lo orang baik Ir, sampai kadang gue ngerasa takut kalau Ale bakalan lebih cinta sama lo dibanding gue, tapi nyatanya pemikiran gue salah kaprah. Lo emang baik karena itu lo” balasnya.
Baik...
Karena baik semua orang perlahan ninggalin gue. Bokap, Nyokap, Erik, Sasya.
“ Bahagia Her, karena dengan itu lo juga bikin Ale bahagia” Hera tersenyum pada gue.
Gue beranjak dari tempat duduk lalu pergi dengan menenteng dua kresek besar barang yang gue beli tadi.
Drrt-drrt
KAMU SEDANG MEMBACA
forgotten
Fanfiction[ PRIVATE ACAK ; FOLLOW DULU ] ❝ Forget your past, because remembering the past makes you unhappy in the future. The past kills your happiness ❞ molosky 2020