Di chapter ini targetnya 60 readers + 15 vote dalam 2 hari. Kalo belum 2 hari udah nyampe target, langsung aku publish chapter selanjutnya💖
Selamat membaca❤
☆☆☆
Ale
“ Aku sayang sama kamu” gue juga. But, I have same feelings with another person too.
“ Kamu tau kan Le?”
Ingin rasanya gue menghilang aja dari dunia ini. Hera gak pernah ngasih tatapan kayak tadi, dan itu karena gue.
“ Aku nggak tau apa yang sebenernya kamu rasain sekarang. Aku tau kamu butuh waktu, dan saat ini aku nggak mau jadi egois. Kamu butuh berapa lama? Satu minggu? Satu bulan? Atau satu tahun? Aku nggapapa kok”
Gue gak tau ini namanya apa, hanya saja dada gue semakin sesak ketika mendengarnya mengatakan hal itu.
“ Maaf ya…” lo gak pantes Le minta maaf sama Hera, karena udah terlalu banyak rasa sakit yang lo kasih ke dia.
“ I don’t know, I just feel kamu bakalan ninggalin aku… Jangan minta maaf, karena aku bakal berpikir kalo kamu beneran pergi”
Theresa Herayu. Maaf udah bikin kamu gak bisa tidur dengan nyenyak di dua bulan terakhir ini, maaf udah bikin kamu khawatir sama keadaan kita, maaf udah bikin kamu merasa berjuang sendiri, dan maaf karena udah nyakitin kamu.
“ Dude, what’s wrong with you? Lo nyakitin dia lagi!” Theo mengacak rambutnya frustasi.
“ Gue gak ngerti lagi sama jalan pikiran lo, Hera cewek baik Le! Lo harusnya milih dia, bukan Keira yang belum tentu punya perasaan sama lo!”
Semua bakal berakhir kayak gini, Theo dengan segala ceramahnya. Kadang gue mikir, kenapa orang lain lebih gampang ngasih nasehat disaat hidupnya belum semulus jalan tol. Theo dengan gampang maki-maki gue kayak tadi karena dia gak diposisi gue.
“ Keira sama gue udah sahabatan lama dan gue yakin dia juga ngerasain apa yang gue rasain” Theo tertawa, tawa mengejek akan kebodohan yang sedang gue lakukan.
“ Sahabatan bukan berarti punya rasa yang sama. Perasaan sayang sama cinta itu beda Le!” kata-kata itu sukses menghantam dada gue. Sakit.
Marcel
Malem itu futsal dan seperti biasa gue balik jam tujuh malem bareng Janu. Bak kebiasaan mata gue malah tertuju pada gadis dirooftop ruang musik jam segini. Kepalanya mendongak buat ngeliat langit yang malem itu lagi cantik banget, tangannya menyangga dagu untuk di jadikan tumpuan agar nyaman menatap bintang dan bulan.
“ Lo balik duluan aja, gue mau ambil barang dulu ke ruang eskul” ujar gue ke Janu.
“ Yaudah gue balik dulu” gue mengangguk, setelah itu Janu meninggalkan lapangan.
Gue bergegas keruang musik, sambil menenteng sepatu dan tas ransel yang terselempang disalah satu bahu gue.
Keira belum sadar sama kehadiran gue.
“ Oy!” ujar gue yang bikin dia sedikit tersentak kaget. Gue tertawa sambil meletakkan tas dan sepatu gue di kursi lalu mengambil kaos putih dari dalam tas untuk ganti.
“ Liat ke sana bentar dong, gue mau ganti kaos” Keira berdecak sebal lalu berbalik menghadap lapangan.
Dengan cepat gue mengganti jerssy gue yang udah basah karena keringet sama kaos yang gue ambil.
“ Tumben belum balik?” tanya gue sambil jalan ngedeket kearah dia.
Keira ngalihin pandangannya ke gue, matanya menelisik dari atas hingga bawah. Gue tau lagi kucel banget, kaos oblong warna putih plus celana jerssy.
“ Kenapa?”
“ Enggak”
“ Lo belum jawab pertanyaan gue. Kenapa belum balik?”
“ Bosen tau, di kosan sepi” jawabnya dengan wajah cemberut.
Sumpah, ini cewek keliatan capek banget. Jadi kasian gue.
“ Lah, lo kan ada temen si Ale. Ajak dia pergi kek biar gak bosen”
“ Dia lagi sama ceweknya” jawab dia. Oalah sama ceweknya, jangan-jangan dia cemburu?
“ Lo cemburu?”
“ Apaan sih Kak, ya enggak lah!” sewot banget buset.
Mereka berdua udah sahabatan lama. Kayak woy, mana ada sih cewek cowok sahabatan sampe selama itu tanpa ngelibatin perasaan?
“ Lo gak suka sama Ale?” tanya gue yang bikin dia noleh.
“ Suka…” Keira menghela nafas panjang.
“ Gue tau apa yang ada dipikiran lo. Jawabannya enggak. Gue sayang sama Ale, tapi itu cuma sebatas sahabatan nggak lebih” gue sedikit tercengang waktu dia nebak apa isi kepala gue.
“ Kalo sama gue, suka nggak?” Keira terdiam, lama. Dan gue tau jawabannya.
“ Apaan sih lo” katanya sambil memukul bahu gue singkat, setelah itu canggung.
“ Gue suka sama lo”
Keira mengubah posisinya menghadap kearah gue, lalu tersenyum.
Damn.
“ Lo nembak gue? Gue lagi jelek gini lo tembak?” gue tertawa, yang membuat dia juga ikut tertawa.
“ Gue tau lo bakal nolak. Nggak usah dipikirin, fokus move on dulu yang bener”
Ada harapan besar didalam hati gue kalo dia nerima. Tapi balik lagi, gue bukan tipe orang pemaksa. Gue suka ngikutin alur percintaan gue yang gak ada habisnya. Seiring berjalannya waktu semua bakal jelas dan nempatin tempat yang seharusnya. Karena itulah alur, mereka beriringan dengan takdir.
“ Makasih Kak” gue mengernyitkan alis gak ngerti.
“ Untuk?”
“ Makasih udah mau jujur soal perasaan lo ke gue. It's mean a lot for me” jawab dia sambil tersenyum.
“ Ohhh come on, lo terlalu kaku. Inget ya Ir, gue gak pengen kita canggung setelah gue ngomong tadi. Gue gak peduli lo mau nolak gue. But please, nggak usah kucing-kucingan sama gue, alay” Keira tertawa, setelah itu mengangguk.
Lega. Itu yang gue rasain setelah mengatakannya.
Waktu emang secepet itu. Rasa penasaran tiba-tiba berubah jadi perasaan, emang aneh.
to be continued...
Goals chapter kemarin udah terpenuhiii, yeayyyy. Syg bgt sama kalian. Yok part ini bisa yok sampe target, aku tungguin💖
KAMU SEDANG MEMBACA
forgotten
Fanfiction[ PRIVATE ACAK ; FOLLOW DULU ] ❝ Forget your past, because remembering the past makes you unhappy in the future. The past kills your happiness ❞ molosky 2020