Sebuah senyum

92 12 7
                                    

Kim Jung Kyung. Aku hanya seorang remaja SMA yang haus akan indahnya kehidupan percintaan. Sering berkhayal bagaimana rasanya jika memiliki kekasih seperti oppa-oppa yang ada di drama korea itu.

Tetapi, itu hanya sekadar khayalan saja tidak pasti nyata adanya. Tapi, aku yakin akan cukup senang jika bisa menemukan seorang lelaki yang setidaknya sebelas dua belas dengan para oppaku di drama atau mungkin seperti para idol K-Pop? Mungkin saja.

Siang itu, sekolahku sedang mengadakan acara untuk menyambut ulang tahun sekolah dalam waktu dekat ini. Sekolahku mengadakan sesi choreo paper untuk diabadikan dengan video yang nantinya akan dibagikan saat hari ulang tahun sekolah tiba.

Aku tentu saja sangat antusias akan hal itu. Berkumpul beramai-ramai bersama ratusan siswa di sekolah, seru sekali. Namun, siang itu matahari tengah terik-teriknya memancarkan sinarnya. Teman-teman yang lain pada mengeluh kepanasan juga kegerahan begitu pun aku. Tetapi, aku masih bisa menahannya. Aku mencoba mengikutinya dengan senang hati berharap ini cepat selesai. Karena, semakin lama terik mataharinya semakin panas saja kulitku terasa terbakar.

Aku coba menghilangkan rasa gusarku dengan melambai-lambaikan tangan ke arah wajahku. Aku juga melambai-lambaikan tangan sambil melihat jauh ke atas, ke sebuah dron yang melewati atas kepalaku. Oke, aku narsis. Sambil tersenyum menampilkan senyum pepsodent pada sebuah dron di sana. Sampai saat aku mendengar perintah sang pembina untuk berbalik badan dan mendengarkan perintah selanjutnya.

Akan tetapi,belum sempat aku berbalik badan sehabis mendongakkan kepalaku, aku melihat seseorang sedang berdiri di depan sana. Di dekat tempat berkumpulnya para panitia. Dia seorang lelaki yang wajahnya seperti tidak asing lagi bagiku. Wajahnya mengingatanku pada tetangga lelakiku di rumah. Aku sempat berpikir itu mungkin dia.

"Ah tidak mungkin dia. Bagaimana bisa dia ada di sini?" Batinku.

Namun, semakin ku lihat-lihat tampak sedikit perbedaan diantara mereka. Aku terpaku kala melihat ia tersenyum lebar sampai memperlihatkan gigi putih susunya.Dapat.

Ya, perbedaannya ada pada senyumannya yang sangat manis itu.

Matanya sampai tenggelam oleh lebarnya senyuman manis itu. Membuatku terhenyak sejenak sampai terdengar suara sang pembina menginstruksi untuk mengangkat kertasku.

Saat sudah selesai giliranku, kubalikkan setengah badanku lagi untuk melihatnya. Dan kagetnya aku saat dia datang ke arah kelompok tempatku duduk. Namun, sayangnya dia tidak ke sini melainkan mendatangi kelompok disampingku.

Sayang sekali.

Tapi, tidak lama dia kembali lagi dari sana. Jadi aku bisa melihatnya lagi sambil melihat lihat dia lebih cermat. "Kurasa aku tidak pernah melihatnya. Apa mungkin dia anak baru? Tapi dari kelas apa ya? Kenapa teman-temanku tidak pernah membahas juga kalau ada anak baru di sini?" Batinku. Lagi.

Setelah melihatnya lebih cermat, wajahnya terlihat sedikit asing. Kulitnya lebih putih dibandingkan tetangga rumahku. Tubuhnya juga terlihat lebih tinggi dan lebih kurus jika dibandingkan dengan tetanggaku. Ah, tipe ideal sekali.

Apa mungkin dia angkatan baru? Mungkin saja. Karena aku belum pernah melihatnya di sini. Baru pertama kali ini.

Saking fokusnya aku memperhatikan dia sampai tidak sadar bahwa acara sudah hampir selesai. Para siswa diminta kembali ke kelas masing-masing. Aku segera kembali sambil terus memikirkan siapa dia dan dari mana.

Sampai akhirnya bel pulang pun berbunyi. Aku keluar gerbang sekolah sambil membawa tas di punggungku.

Pikiranku masih saja berputar pada wajah lelaki manis itu. Aku mencoba menemukan sosoknya dibalik kerumunan itu. Namun nihil, aku tak menemukannya.

Sampai di perjalanan pulang pun aku belum menemuinya lagi di jalan atau di sekitar sekolah. Sedikit kecewa. Tapi, tidak apa toh tadi aku sudah melihat senyumannya yang sudah cukup mampu membuatku terbayang-bayang sampai pulang ke rumah.

Sejak hari itu aku memutuskan untuk mencari tahu siapa lelaki itu.
.
.
.
.
.
Welcome to my first story

NOT BAD [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang