Cuaca hari ini sepertinya akan cerah, terlihat begitu jelas pada mentari yang kini mulai memperlihatkan sinarnya menyusuri setiap sudut kota dengan awan yang berarak menjauhi laskar menuju dataran yang lebih tinggi.
Mentari itu mengetuk sebuah kamar kecil diantara café dan juga toko bunga dibawahnya. Ia memperlihatkan sinarnya begitu jelas tanpa mengganggu sosok pemuda yang kini masih memejamkan matanya begitu nyaman.
Tubuhnya ia renggangkan dengan mata yang kini mencoba untuk terbuka sebelum akhirnya mengerjap pelan. Sangat sulit untuk bangun dipagi hari membuat mata itu kembali terpejam dan menarik selimut hingga menutupi kepalanya.
Namun, selimut itu kembali terbuka dengan pemiliknya yang terbangun dan duduk dengan mata yang membulat. Iris hitam itu mengedar gelisah memastikan dirinya berada dimana. Jeon Jungkook merasakan jantungnya berdetak cepat hingga nafasnya kini terengah.
Jungkook menyentuh lehernya, menyentuh seluruh tubuhnya begitu gusar sebelum akhirnya pemuda itu bangkit dan berlari kearah cermin, memperhatikan setiap inchi tubuhnya yang mungkin terluka. Keningnya berkerut dengan Jungkook yang kini menahan tubuhnya dengan bertumpu pada meja didepan cermin itu.
"Itu mimpi—"
Jungkook bergumam dan kembali menatap cermin ketika ia memastikan tak ada bekas luka apapun ditubuhnya. Ia mengingat betapa menyeramkan mimpi itu—Pria bermata hitam tanpa bagian putih dimatanya, giginya bertaring, mengendus leher lalu menggigitnya.
Jungkook menundukan pandangannya, tubuhnya gemetar dengan helaan nafas yang begitu berat. Itu menyeramkan dan Jungkook masih mengingat bagaimana rasa sakit seolah dirinya akan mati saat itu juga.
Jungkook memejamkan matanya dengan keringat pada pelipis yang kini terlihat membuat Jungkook melangkahkan kakinya kearah jendela lalu membukanya hingga angin musim semi itu menyapa. Jungkook menjatuhkan kepalanya diatas lengan yang bertumpu.
"Aku tidak akan membaca cerita vampir lagi"
Jungkook bergumam sambil memejamkan matanya, sebelum matanya kembali terlihat bersamaan dengan keningnya yang berkerut. Jungkook bertanya- tanya, pria yang masuk kedalam mimpinya memiliki kulit yang begitu dingin dengan rambut blonde dan suara samar. Seperti, suara seseorang namun Jungkook tak mampu mengingatnya dengan baik.
"Ini menyeramkan ketika kita bisa mengingat seluruh mimpi itu—" gumam Jungkook yang kemudian mengeluh dan melangkahkan kakinya menjauh dari jendela.
Jungkook ingat, hari ini ia harus mengantarkan bunga Narcissus ke daerah pegunungan dan Jungkook berharap hari ini tidak hujan karena itu merepotkan. Namun, Jungkook terdiam dengan tatapan kosongnya—Ada satu hal yang tak bisa ia ingat.
"Bagaimana aku bisa sampai disini?"
Jungkook bergumam dengan tubuhnya yang memunggungi sinar matahari dan menjatuhkan tubuhnya perlahan pada lantai dengan jemari yang memegang ujung ranjang. Jungkook terdiam—Ia memegang kepala dengan kedua tangannya.
Yang Jungkook ingat terakhir kali ketika pria berambut blonde itu mengendus lehernya dan mengambil darah—Bibir itu masih terasa jelas dilehernya.
"Wah—sepertinya aku gila" gumam Jungkook yang kini kembali memegang lehernya. Tak ada luka dan tak ada bekas memar. Jungkook tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya pelan.
"Itu bukan mimpi—"
***
Awan itu menggumpal diatas rumah mewah serta hutan kecil miliknya, menyembunyikan sinar mentari seperti hujan akan akan datang. Angin pun mendayu menggerakan pepohonan dengan daunnya yang berwarna hijau dan duri yang terlihat—Hanya saja, anak panah itu menancap pada batangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENASCIDO
Romance"When your world become my world" Hanya ada dingin, duri dan sendu disini. Tak ada yang indah. Namun, dia datang, si manusia fana penakut. Hanya manusia fana itu yang menjadi keindahanku dan tak mungkin kubawa dalam dunaiku