Mentari menyorot begitu hangat mengelilingi hutan kecil yang biasanya hanya tersentuh mentari ketika musim panas. Ilalang ditepian itu bergoyang pelan karena angin, batang berduri pun turut bergerak mengikuti arahnya.
Dedaunan itu memberikan sedikit celahnya pada mentari hingga mengenai tanah yang biasanya lembab kini mulai mengering.
Para hewan disana pun tampak menikmatinya, werewolf, kelinci, kijang, bahkan hewan ciptaan dewa lainnya tengah berjemur sambil menguap panjang dibawah sinar mentari musim semi itu.
Pemiliknya tampak menatap sendu dengan rambut berwarna hitam sepenuhnya, mata beriris coklat terang dan abunya, rahang tegas dan wajah yang pucat serta suhu tubuh yang hangat seperti manusia. Itu bahaya.
Pria itu memejamkan matanya—Ia tak bisa menelan darah sedikitpun sejak pertemuan terakhirnya dengan Jungkook. Ia hanya mengunci diri didalam perpustakaannya menatap langit yang begitu cerah. Langit itu seolah mengatakan jika Kim Taehyung tengah mencoba untuk baik- baik saja.
Ia menghela nafas yang terasa begitu berat, lalu kembali membuka matanya dan menatap kosong pada mentari yang membuat suhu tubuhnya semakin panas. Sangat menyakitkan membuatnya tersadar jika dirinya bukanlah manusia seperti pemuda yang dicintainya itu.
Taehyung iri setiap kali memikirkan seseorang yang akan menghabiskan waktunya bersama Jungkook—Menikmati musim panas dipantai sambil bermain bola begitu riang. Taehyung pernah membacanya, cerita seperti itu.
Rambut hitam itu tersapu oleh angin sebelum sosok pria berwajah cantik menepuk punggungnya pelan, membuat Taehyung melirik dan melihat Seokjin yang menunjuk ruangan lain rumahnya. Taehyung mengetahui tempat itu—rumah terdingin dirumahnya.
"Jangan dulu mati sebelum aku siap—Masuklah kedalam ruangan untuk menurunkan suhu tubuhmu—"
Taehyung tertawa kecil mendengarnya, ucapan itu terdengar kejam dan juga menyebalkan. Namun, jika seperti ini keadaannya, kematian memang benar akan datang. Taehyung ingat jika dirinya meminum darah Jungkook beberapa waktu lalu—Pantas saja, rambutnya berubah begitu cepat.
Itu juga berarti, tujuh dosa besar miliknya akan terus tumbuh walaupun tidak ada pemacunya. Taehyung pun menghela nafas dan melangkah kearah ruangan yang dimaksud oleh Seokjin—Namun, Taehyung kembali melirik kearah mentari disana, dengan kerinduan yang tak bisa Taehyung atasi.
"Kau tidak ingin membunuhnya saja? Aku akan membantu" ucap Seokjin membuat Taehyung melirik dan terdiam—Taehyung pun memilih untuk menghela nafas dan menggelengkan kepalanya pelan.
"Tolong—Biarkan dia hidup" ucap Taehyung yang kini menundukan pandanganya dan melangkah. Taehyung tidak akan membiarkan keserakahannya membuat kehangatan milik pemuda itu menghilang.
"Kau mencintainya? Kenapa?"
Seokjin bertanya dengan Taehyung yang kini mengurungkan niatnya untuk membuka pintu yang telah memberikan hawa dingin untuknya. Taehyung pun melirik pada Seokjin yang begitu putus asa seolah dirinya akan mati besok.
"Karena—Dia begitu hangat" ucap Taehyung dengan pandangannya yang menunduk. Jungkook memiliki kulit yang hangat bahkan ketika ia sekarat, bahkan ketika angin musim semi itu berseru menggoyangkan sakura, pemuda itu memeluknya untuk memberikan kehangatan.
Alasan lain pun muncul setelahnya, membuat Taehyung berbalik pada Soekjin hingga Seokjin pun memilih untuk mengulurkan lengannya memeluk tubuh Taehyung. Seokjin terbiasa hidup bersama dengan Taehyung selama 400 tahun hidupnya—Ini tidak masuk akal jika Taehyung akan mati dalam waktu dekat.
"Dia—memiliki hati yang begitu baik, hyung—Manusia akan menangis jika kehilangannya dan aku akan menyesal karena telah serakah" ucap Taehyung yang tersenyum tipis—Namun, Seokjin melepaskan pelukannya dan menatap lelah pada Taehyung.

KAMU SEDANG MEMBACA
RENASCIDO
Romance"When your world become my world" Hanya ada dingin, duri dan sendu disini. Tak ada yang indah. Namun, dia datang, si manusia fana penakut. Hanya manusia fana itu yang menjadi keindahanku dan tak mungkin kubawa dalam dunaiku