Hujan turun begitu deras mengenai kaca jendela dan meninggalkan jejaknya disana. Trotoar berwarna abu terang kini berubah menjadi pekat, dengan awan yang menggumpal dan berarak cukup cepat menandakan jika angin berseru seperti amarah.
Jemari dengan kain kasa yang berdarah itu perlahan membuka jendela hingga angin menyambutnya begitu dingin dengan rambutnya yang kini sedikit berantakan. Sudut mata itu sedikit berkerut dengan air mata yang menetes karena nyatanya hujan tak lagi indah untuknya sekarang.
Hujan tak mampu menenangkan hatinya, hujan tak lagi mampu membawanya dalam kedamaian untuk bermimpi dan hujan tak lagi menjadi peredam ketakutan seperti sebelumnya. Jeon Jungkook—Ia menghela nafas dengan bayangan Kim Taehyung yang kini melintas.
Jika Jungkook diperbolehkan untuk jujur, Jungkook merindukannya, pria bermarga Kim dengan tangan yang dingin, wajah pucat, rambut blonde yang kini menjadi hitam dan juga tawa kecil yang selalu ia perlihatkan. Bahkan, Jungkook merindukan pujian- pujian kecil yang pria itu berikan untuknya.
Jungkook sadar, ia telah menjatuhkan hatinya pada pria yang bahkan tidak menua, pada pria yang mungkin memiliki kekuatan penyembuh pada tangannya yang kini terasa begitu perih. Kali ini, Jungkook merasa kejadian dua bulan lalu itu masuk akal.
Bagaimana dirinya kembali kerumah dalam keadaan luka yang menghilang, karena ketika Jungkook terluka kemarin hanya dengan sentuhan jemari itu Jungkook merasa perihnya menghilang begitu saja. Pria itu selalu melindunginya dan Jungkook percaya itu.
Penghisap darah? Mereka benar- benar nyata. Kali ini Jungkook mengerti perintah samar yang mengatakan 'Lepaskan genggamanku jika aku melewati batas'. Jungkook masih ingat sakit ketika darahnya dihisap, namun sakit pada tubuhnya menghilang.
Jungkook tengah menyakinkan diri jika Taehyung tidak akan menyakitinya. Hanya saja, apa pria itu baik- baik saja berada didekatnya? Jungkook pernah menonton sebuah film jika kaum seperti itu tidak tahan akan darah manusian.
Bagaimana Taehyung menahannya selama ini?
Memikirkan hal itu membuat Jungkook semakin memeluk tubuhnya sendiri dengan angin musim dingin yang menyelimutinya. Begitu dingin seperti rumah Kim Taehyung dan juga seperti genggaman Kim Taehyung yang begitu Jungkook sukai.
Jungkook memejamkan matanya, ia tersadar dari lamunannya yang cukup panjang setelah mendengar suara ketukan pintu. Jungkook pun menghapus jejak air matanya dan meringis pelan ketika luka itu terasa begitu perih—
Kaki nya melangkah kearah pintu dan membukanya perlahan—Jungkook tersentak, bukan pada siapa yang mengetuk tetapi pada seorang pria tinggi dibaliknya. Pria berambut hitam dengan raut wajah datar dibelakang Yeri yang merasa tidak nyaman.
Jungkook takut—Takut pada apa yang akan pria itu katakan. Jungkook tidak ingin medengar.
"Jungkook-ah? Aku sudah mengatakan padanya jika kau sedang sakit—Tapi—"
Jungkook tersadar dan kemudian tersenyum membuat Yeri menghentikan ucapannya. Jungkook pun menggelengkan kepalanya pelan.
"Tak apa—Terima kasih telah mengantarkannya ke kamarku, Yeri—Kau boleh pergi" ucap Jungkook membuat Yeri menganggukkan kepalanya dan melangkahkan kakinya pergi
Hal itu membuat Jungkook menundukkan pandangan dan melirik ragu pada Kim Taehyung yang kini hanya terdiam menatap dalam diam. Jungkook pun meyembunyikan jemarinya yang masih terluka karena pria itu memperlihatkan aura yang menyeramkan dan Jungkook tak menyukainya.
"Jika kau takut kita bisa bicara diluar, Jungkook-ssi"
Jungkook mengangkat pandangannya dengan air matanya yang menetes. Jungkook pun tersadar jika Taehyung memang tidak mengkhawatirkan mengenai lukanya, membuat Jungkook menggelengkan kepalanya pelan dan memberikan ruang pada Taehyung untuk masuk kedalam kamarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/226223915-288-k120921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RENASCIDO
Romansa"When your world become my world" Hanya ada dingin, duri dan sendu disini. Tak ada yang indah. Namun, dia datang, si manusia fana penakut. Hanya manusia fana itu yang menjadi keindahanku dan tak mungkin kubawa dalam dunaiku