Langit itu mulai kembali tertutup oleh gumpalan awan seperti biasa, dengan kabut yang turun dari pegunungan dengan alaminya tanpa paksaan dari pegasus yang biasa melakukan rutinitas itu setiap pagi.
Angin berseru cukup kencang setelah melewati gerbang besar dan kini menyusuri hutan kecil dikedua sisi jalanan beraspal. Mungkin, hujan akan kembali datang. Musim semi kali ini hujan lebih sering menyapa walaupun tidak lama.
Tak ada aroma bunga, tak ada aroma tanah basah seperti biasa karena telah mengering oleh mentari tadi pagi. Tak terlalu dingin bagi para kaum peminum darah itu, namun cukup dingin bagi pemuda yang kini melangkahkan kakinya menyusuri jalanan begitu luas menuju air terjun buatan yang belum juga terlihat.
Sesekali ia menghela nafas dengan pandangan yang menunduk, mencoba memikirkan hal apa yang akan dia katakan setelah bertemu pria berambut blonde. Tak yakin, tak ada rencana hanya saja Jungkook ingin bertemu setelah Yoongi mengatakan hal itu.
Entahlah, Jeon Jungkook tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Marah, sedih, rindu, mengalah segalanya bercampur menjadi satu dan itu membingungkan. Tangisan setiap malam seolah menjadi hal biasa setiap kali mengingat tatapan lembut dan hangat itu menyapa.
Walaupun ketika pertama kali bertemu, pria berambut blonde itu membuang muka dan tak mau melihat wajahnya. Jungkook ingat, pria itu seperti menahan nafas atau pernafasanya memang sesak ketika pertama kali bersama. Jungkook tak terlalu mengerti , Jungkook penasaran apa pria itu sakit parah hingga tubuhnya dingin dengan wajah pucat dan sikap kakunya.
Hanya saja—Ucapan Yoongi kini tengiang dalam benaknya. 'didalam cerita dia adalah nyata, tetapi didunia kita dia khayalan'. Jungkook pernah mengucapkan hal yang sama pada cerita vampir itu—Apa mungkin? Itu masuk akal jika memang Taehyung adalah pria yang menyelamatkannya 17 tahun lalu—Hanya saja, sulit dipercaya.
Jungkook pun menghela nafasnya dengan pandangan yang terangkat. Matanya mengedar dengan tubuhnya yang berputar—Keningnya pun berkerut memastikan jika jalan yang diambilnya tidaklah salah.
Tidak. Ini salah. Jungkook salah mengambil jalan karena kabut yang begitu tebal, hingga Jungkook pun berbalik dan melangkahkan kakinya dengan segala pertanyaan apakah itu masuk akal.
Sssttt
Jungkook tersentak dengan pandangannya yang kini melirik ke balik punggungnya setelah ia mendengar suara seorang wanita yang berbisik. Jantungnya berpacu dengan matanya yang kembali mengendar dengan pepohonan besar yang menjadi pandangannya.
Jungkook kembali melangkahkan kakinya dengan cepat entah kemana. Tubuhnya kini terasa dingin dengan ingatan kejadian 17 tahun lalu itu memaksa masuk kedalam pikirannya.
Tubuhnya kini terasa begitu panas dengan keringat yang mulai membasahi pelipisnya—Tangan ia masukan kedalam jaket dengan kaki yang melangkah begitu gusar.
'Oh—Dia menyadarinya—'
Jungkook mengangkat pandanganya ketika ia mendengar suara samar wanita. Hal itu membuat Jungkook berlari sebelum akhirnya kakinya dicengkram begitu kuat membuat Jungkook terjatuh keatas tanah kering dengan nafasnya yang kini sesak karena dada itu terbentur.
Jungkook terseret.
"Aagh! Lepaskan!!"
Jungkook berteriak dengan kaki yang kini menendang asal—Jungkook pun memutar tubuhnya dengan jantung yang berpacu cepat dan matanya yang basah. Jungkook menemukan seorang wanita, berpakaian hitam dengan rambut berantakan, gigi bertaring dan tengah menyeringai kearahnya
Jungkook meraskaan nafasnya tercekat dan tubuhnya yang kini gemetar ketakutan. Jungkook mencoba mencengkram rumput dan berontak dengan kaki yang terus menendang. Air mata ketakutannya kini terus menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENASCIDO
Lãng mạn"When your world become my world" Hanya ada dingin, duri dan sendu disini. Tak ada yang indah. Namun, dia datang, si manusia fana penakut. Hanya manusia fana itu yang menjadi keindahanku dan tak mungkin kubawa dalam dunaiku