Author pov.
"Yang pertama saya ucapkan terimakasih sebanyak banyaknya kepada Allah SWT yang telah melancarkan semuanya, terimakasih sebanyak banyaknya juga kepada google terlebih kepada brainly dan wikipedia karena telah membantu menyelesaikan jawaban kisi kisi saya. Buat mama sama papa makasih udah saya suruh suruh beli ini itu untuk keperluan, temen temen juga makasih. Saya gatau mau berterimakasih sama guru atau tidak. Karena di sisi lain saya tidak suka semua guru kecuali bu Sri, sisi lain saya harus berterimakasih karena telah mengajarkan semua mata pelajaran. Jadi ya sudah saya ucapkan terimakasih yang sebanyak banyaknya kepada semua guru yang mau menampung saya. Ini suatu kehormatan bagi saya bisa diterima di sekolah favorite. Sekali lagi saya berterimakasih!"
"Oh iya, jangan lupakan satu teman pahlawan kita, Azzura Fatharani Shanata. Satu satunya wanita yang mau mengorbankan nyawanya demi kesehatan orang tuanya. Sempatkan waktu kalian sebentar untuk mendoakan Rani. Berdoa, dipersilahkan"
...
...
..."Baik doa bisa diselesaikan"
"APAPUN ALASANNYA, JANGAN SAMPAI MELUPAKAN RANI. TIDAK ADA RANI TIDAK ADA PIALA BERGILIR. TERIMAKASIH" Tutup pria tersebut.
Hari ini SMA Garuda melakukan salam perpisahan kepada kelas 12 angkatan ke 37. Angkatan mendiang Rani. Tepat seperti apa yang kalian fikirkan, pria yang berpidato tadi tidak lain dan tidak bukan adalah Putra. Pria yang sekarang bahkan secara logika masih berpacaran dengan Rani.
Putra menjadi 1 dari ribuan siswa terbaik, dan juga menjadi 1 dari ribuan siswa yang mendapat nilai paling tinggi. Nilai unbknya mendekati sempurna. Nilai nilai tryout dan usbnnya selalu memuaskan, nilai ekonominya pun tidak luput dari angka 100.
SMA Garuda angkatan ke 37 semuanya lulus dengan nilai yang cukup tinggi, bahkan melebihi target kepala sekolah. Tak terkecuali Rani. Meskipun Rani sudah tiada, itu bukan alasan guru untuk tidak meluluskannya, prestasi yang membanggakan, kegiatan ekstra kulikuler yang selalu mendapat juara, itu sudah lebih dari cukup untuk meluluskan Rani. Kalau tidak ada Rani, kana mungkin SMA Garuda mendapat julukan sekolah Geografi.
Rani itu, Special.
"Wehhh selamat bro bisa ngalahin gue" ucap Farel
Putra tersenyum sambil menepuk pundak Farel pelan, sesaat ia terdiam dan berfikir "bisa bisanya gue ketawa padahal Rani gaada disini"
Seketika lamuan Putra terhenti saat ada tangan yang meninju lengannya pelan "Udahla Put, Rani udah tenang disana" ujar laki laki tersebut
Satu temannya ikut menimpali "Ini udah setaun lebih perginya Rani, masa lo masih belum Ikhlas sih, kasian Rani ga tenang"
"Gu-gue gabisa"
Dimas dan Farel, dua orang yang memberi nasehat kepada Putra secara bersamaan membuang nafasnya kasar. Bukan sekali dua kali Putra seperti ini, semenjak kepergian Rani Putra lebih sering melamun, pola makannya tidak teratur, mata panda selalu menghiasi wajah tampan Putra. Sang pemilik nama pun juga bingung, dia sudah melakukan banyak cara agar dapat mengikhlaskan sang mendiang, namun lagi dan lagi. Dirinya tidak bisa
"Udahla sedih sedih mulu, Ngape kuy lah ngopi" Celetuk Saiful yang tibatiba datang dari arah panggung
"GAS LAH ANJAI DIMAS YANG TRAKTIR" Ujar Tegar semangat
Si empunya nama melirik Tegar sinis "idih, gue mulu yang kena" tuturnya. Tegar tertawa kencang. Senang sekali dia mengerjai teman kayanya yang satu ini
"Halah duit lo kan banyak, ntar kalo gue udah jadi presiden Belanda gue ganti sekalian kape kapenya"
"Halu lo, dahlah berangkat. Bawa motor ndiri ndiri kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu-Abu(END)
HumorYang humornya dollar gausah baca tq. . . . . . Dia itu candu banget, setiap pelajaran MTK buku belakang gw selalu isinya nama dia. Namanya Yudistira Putra Adyatma. Si ketua basket yang bikin seantero sekolahan muji muji dia karena tampan. Ga salah...