32-12.35

189 25 7
                                    

3 jam berlalu dan pintu ruang operasi belum terbuka. Seharusnya ini sudah selesai karena operasi seperti ini biasanya berjalan selama 3 jam. Namun ini sudah 3 jam lebih 40 menit. Dan pintu baru terbuka dari dalam

Ceklek

Semua yang berada di ruang tunggu bergegas mendatangi dokter, bertanya ini itu dan sebagainya. Namun yang didapat hanya helaan nafas lelah dari sang dokter

"Pukul 12.35 Pendonor ginjal Azzura Fatharani Shanata meninggal dunia"
.
.
.
.
.

Hancur.

Semua hancur.

Berantakan.

Semuanya berkumpul mendekati Rani dengan Farel yang membawa kue ulang tahun dengan lilin angka 1 dan 7

Iya. Hari ini Rani dan Farel genap 17 taun. Seharusnya Ranu dapat merasakannya, seharusnya mereka sekarang menyewa restaurant untuk merayakan hari ulang tahun. Seharusnya. Jika saja musibah ini tidak terjadi.

Ya, seharusnya.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday, happy birthday to you"

Farel mendekat membawa kue ulang tahun warna kuning dengan tema muka mereka berdua dan lilin angka 17. Lucu sekali, imut.

"Rani ayo bangun, gue tau lo belum pergi, lo mau prank kita kan?" Farel menatap sendu kue ulang tahun yang mulai terkena lelehan lilin. Dimas berjalan menepuk pundak Farel pelan

"Rel udah, kasian Rani" ucapnya sambil menahan tangis. Seketika Farel menjatuhkan kue ulang tahunnya dan terisak kencang. Merutuki dirinya yang membiarkan saudaranya berbuat gila. Seharusnya beberapa jam yang lalu Farel segera membawakan orang asing untuk menggantikan posisi Rani

Tapi yaa, semua sudah seperti ini. Mau apa lagi? Nasi telah menjadi bubur

"G-gue abang yang gaguna dim, g-gue ga becus jadi abang,gue-"lirihnya dengan wajah yang tertutup kedua telapak tangannya. Bahkan kondisi Farel tidak pantas dibilang manusia, dia bahkan tadi mau menusuk dirinya sendiri apabila tidak ketahuan oleh ayahnya.

Tak jauh beda dari Farel, bahkan kondisi Putra dibilang jauh lebih buruk. Tatapannya kosong entah kemana, air mata yang selalu mengalir dengan tangan yang masih memegang erat tubuh Rani, berharap semua ini mimpi.

Kalaupun iya, Tolong segera bangunkan mereka. Mana mungkin mereka bisa kehilangan Rani? Rani itu segalanya. Rani itu-

"Sayang, kamu anak baik, kamu hebat, tenang di alammu sayang, love you"
.
.
.
.
.

5 bulan setelahnya

Semua berjalan normal, meskipun Farel sempat masuk rumah sakit karena tidak keluar kamar 1 minggu, tapi setelah menyadari semuanya, dia tidak bisa terus terus an seperti ini. Rani pasti juga tidak ingin kakaknya terus terus an menangis.

Ibunya yang mendengar kabar bahwa anaknya yang mendonorkan organ ke dalam dirinya pun sempat stres, terakhir dia melihat Rani adalah waktu berpamitan berangkat sekolah, dan setelah itu. Nothing. Tidak ada. Bahkan ibunya tidak bisa pergi ke pemakaman anak bungsunya karena efek obat bius yang bekerja selama 8 jam lamanya di tubuh wanita tersebut

Rani itu segalanya. Meskipun ia sempat dipandang remeh oleh orang tuanya, tapi prestasi dan keunggulan yang dia punya tidak main main. Membawa beberapa piala, memenangkan puluhan lomba, mendonasikan uang saku bahkan nyawanya untuk orang tersayang. Di mana letak kesalahan Rani? Tidak ada. Rani itu nyaris sempurna.

Hari ini waktunya mengambil raport, seperti biasa. Peringkat pertama selalu dikuasai oleh Putra dan peringkat kedua Farel. Bukan hal biasa lagi mereka berdua selalu bergantian mendapat peringkat 1 dan 2, kecerdasannya pun bisa dibilang mahasiswa UI semester 6.

Putih Abu-Abu(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang