12 ━✧。❨ M a s a K e l a m ❩

1.1K 249 155
                                    

[A/n] Ya Allah beneran mau nangis kejer, terharu, mata udah memanas gegara baca komenan kalian yang begitu seriusnya mempertahankan cerita ini sedangkan aku yang egois malah mau ngeunpublish tanpa mikirin kalian😭 aku beneran minta maaf sebesar2nya sudah jahat ke kalian gegara masalah ketakutan cerita aku yg mungkin ada yg sensitif idolnya dikaitin sama agama dan nggak mikir trnyta cerita aku banyak nilai sama pesan bagi pembacanya😭😭😭 kalian nyuruh aku buat jgn mikir siapa castnya, tapi pikirin apa moral yg terkandung dalam cerita aku ini. nggak tau tau lagi, sujud syukur aku karna bener2 ada yg suka cerita aku. Kalian terlalu baik sudah mau jadiin cerita aku sebagai tempat pembelajaran😭😭😭 ahya, mau ngingetin, part cetak miring berarti flashback, ya... Sampai disini saja pesan aku, mohon maaf kalau aku sudah salah ke kalian.

 Sampai disini saja pesan aku, mohon maaf kalau aku sudah salah ke kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asalammu'alaikum💚

.
.
.

Selepas membeli dan memakan es krim yang diinginkan itupun, sesuai apa yang Narendra ucapkan sebelum membeli es krim, sepasang cucu Adam dan Hawa ini berniat pulang ke rumah masing-masing.

Baru saja mereka berdua hendak sampai di mana Narendra meletakkan kendaraannya, Lia terlebih dahulu menahan Narendra dengan ucapannya.

"Eh, A'! Bentar, kayak kenal tuh anak," kata Lia membuat Narendra menghentikan langkahnya, kemudian melihat ke arah yang Lia tunjuk. Seorang anak gadis yang terlihat berumur kurang lebih sama dengan Narendra namun berpakaian layaknya orang sudah terlalu dewasa.

Narendra menyipitkan matanya ketika sudah mendapati objek utama, hanya sekedar untuk mengenali orang yang dimaksud.

"Chintya?"

Lia terbelalak kaget, lalu mendongak menatap Narendra yang lebih tinggi daripadanya.

"Kenal? Lia kira Aa' bodo amat sama anak begituan? Apalagi tuh mata nggak mau liat yang aurat-aurat."

Narendra mengangguk pelan. "Kenal, dulu temen karna ada urusan. Sekarang nggak."

Lia menanggapi anak laki-laki itu hanya dengan ber'O' ria, lalu bersikap tak peduli.

Namun, rasa bodo amat Lia terbuyarkan kala ia menyadari ada sesuatu yang aneh pada diri Chintya.

"Eh, perutnya bunting?!"

"Hah? Gunting?" tanya Narendra memasang wajah benar-benar bodoh.

Lia berdecak, "Ck, itu lho, A', perutnya kekompa kayak balon. Bedanya kalo balon diisi udara, kalo itu diisi manusia."

"Eh, jangan suudzon, Lia, kali aja kata Haelan, habis mukbang cireng?"

"Dih? A', otaknya difungsiin dulu napa?" gerutu Lia gemas. "Tuh, liat perutnya!"

Narendra | Renjun [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang