11 ━✧。❨ N a n g i s ❩

1.4K 254 97
                                    

Karena aku sangat-sangat-sangat-sangat sayang pembaca Narendra, ayo hari ini kita bermain perasaan😙

Karena aku sangat-sangat-sangat-sangat sayang pembaca Narendra, ayo hari ini kita bermain perasaan😙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca! 💚
























"Weh, anjir lo, Jae, diem-diem bae, ternyata selama ini lo nyimpen rahasia. Lo anggap gue temen atau malaikat penjaga bidadari di surga sih?! Merasa nggak dianggap kehadirannya gue, Jae."

Pertanyaan tak beraturan itu keluar begitu saja dari mulut Haelan dan menggelegar di seluruh ruangan kelas saat kaki Jaevan berlapis sepatu itu baru saja menyentuh lantai kelas membuat ia menghentikan langkah dan melihat ke arah Haelan. Seluruh pasang mata pun ikut menatapnya dengan tatapan kosong, membuat Jaevan mendelik ngeri.

"Ngomong apa sih? Ngigau lo?" tanya Jaevan menautkan kedua alisnya keheranan, baru masuk kelas sudah ditusuk pertanyaan tidak masuk akal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngomong apa sih? Ngigau lo?" tanya Jaevan menautkan kedua alisnya keheranan, baru masuk kelas sudah ditusuk pertanyaan tidak masuk akal.

"Lo bukannya malaikat penjaga bidadari di surga, tapi malaikat pemanggil maut," sungut Jaevan kembali berjalan ke bangkunya, melewati meja Haelan yang bangku sebelahnya masih kosong hanya ada tas di atas bangku itu, karena Martaka sepagi ini sudah dipanggil para osis untuk kumpul sebentar. Juga Jaevan memang duduk di belakang mereka dengan satu teman sebangkunya yaitu, Narendra, oleh karena itu ia melewati tempat duduk Haelan, manusia paling berisik.

Haelan membalikkan badannya menghadap Jaevan. "Enak aja lo ngomong, pemanggil maut dari mananya? Pemanggil nama Sonya dengan embel-embel 'kesayangan' yang ada gue, ehehe."

Jaevan kembali keheranan, dalam hatinya bergumam apakah tadi malam Haelan lupa baca do'a sebelum tidur, sehingga sekarang setannya masih ketempelan di Haelan?

"Lo ngomong apa sih, Lan? Gue bingung dari tadi."

Akhirnya, pertanyaan Jaevan diwakilkan oleh Narendra.

"Lha, lo nggak paham juga maksud gue tadi?"

Narendra menggeleng, anak itu memasang ekspresi datar.

Jari telunjuk Haelan sekarang mengarah pada wajah Jaevan. "Tuh, tanya sama temen lo sendiri?"

"Hah? Apaan?" tanya Jaevan bingung.

Narendra | Renjun [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang