Kedua mata anak gadis itu perlahan terbuka, tubuhnya bangun sembari mengumpulkan segala kesadaran. Matanya seketika terbelalak kaget kala ia tahu kalau ia sedang berada di bawah jurang, ia juga ingat bagaimana cerita ia sampai terjatuh ke dalam jurang yang syukurnya tidak begitu besar.
Merogoh saku celana, Lia lega kalau handphonenya tidak ikut terpental entah kemana bersamaan senter saat ia jatuh tadi. Ia bangkit, menyalakan senter di ponselnya mengarah ke atas, ternyata jurang itu tidak bisa ia panjat karena lumayan tinggi.
Handphonenya berbunyi, menampilkan pemberitahuan jika baterai handphonenya menyisakan 18%, dengan cepat Lia menghubungi kedua temannya yang laknatnya meninggalkan Lia seorang diri di hutan sebelum handphonenya mati karena kehabisan baterai.
Menggigiti jari, Lia sangat risau, sudah berapa kali Lia mencoba melakukan panggilan kepada Naeyeon dan Xiyeon tidak ada satupun mereka menjawabnya. Lia melakukan beberapa panggilan dari telepon di sosial media sampai telepon biasa, tetap saja tidak dijawab, membuat Lia berdecak kesal ingin menghempaskan handphonenya itu saking marahnya.
"Bangsat lo pada ninggalin gue di sini. Liat aja nanti kalo gue ketemu lo pada, gue balas lo," kelakar Lia bersumpah penuh emosi.
Lia menoleh, netra anak itu melihat kesekeliling. Gelap dan sunyi. Mungkin itu yang dapat mendeskripsikan keadaan jurang ini, membuat Lia ketakutan, berteriak meminta pertolongan sambil menangis.
"Ada orang di sini, tolongin gue!" Bibirnya terus menerus memohon, tangan ia gosok-gosokkan, air mata mulai berjatuhan kala ketakutan semakin memuncak.
Cukup lama Lia menangis, sebuah panggilan masuk membuat Lia dengan sigap mengangkatnya tak peduli siapa yang meneleponnya. Yang ia pikirkan sekarang ia harus meminta pertolongan.
"Assalamu'alaikum, Lia lo ada—"
Lia menangis sesegukan dan itu terdengar oleh orang di seberang sana. "Hiks, Sakura... tolongin gue... Xiyeon sama Naeyeon gue hubungin nggak mau angkat... hiks, gelap...," potongnya. Lia menoleh ke sana kemari, ia sangat ketakuran berada di tengah hutan yang gelap, dingin dan sendirian.
"L-lo... lo ada di mana sekarang?!" Dapat Lia tebak sekarang yang berbicara adalah seorang lelaki yang selama ini ia kesali.
Daripada kesal, gengsi menguasai pikiran dan hatinya, tanpa malu-malu ia meminta pertolongan pada anak itu. Tidak peduli apakah Narendra akan menolongnya atau tidak nantinya, tapi hati Lia yakin Narendra pasti akan menolongnya.
"Hiks, di hutan... tapi nggak tau di mananya, t-tadi Lia jatuh ke dalam kayak jurang..." Lia menyapu air matanya, masih menangis sesegukan, menoleh ke sana kemari. "Hiks, tolongin gue... gelap banget di sini... takut..."
Tak ada jawaban, hanya ada suara teriakan seperti suara temannya Narendra— Jaevan, yang meneriaki Narendra untuk menunggunya. Tak lama kemudian dari telepon sana Sakura berkata pada Lia untuk menunggu sebentar yang kemudian panggilan itu diputuskan sepihak oleh Lia bersamaan senter ponsel yang ia matikan, membiarkan sedikit sinar bulan yang menerangi malamnya.
Anak itu berjongkok, memejamkan matanya kemudian memeluk kaki sembari menunggu pertolongan dari seseorang.
"Lia, lo nggak usah takut lagi. Lia yakin, ada orang yang akan nolong Lia. Pasti." Anak itu berucap yakin, meski masih dengan tangisan dan hati yang diselimuti ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narendra | Renjun [✔]
Fiksi Penggemar𝐒𝐞𝐦𝐢𝐛𝐚𝐤𝐮⁺。✧┇런쥔 𝐱 나경 ❨ 𝐥 𝐨 𝐤 𝐚 𝐥 ❩° ❝𝘎𝘶𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘴𝘶𝘬𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘧𝘢𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘮𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘈𝘥𝘻𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘯𝘺𝘢𝘯𝘺𝘪 𝘭𝘢𝘨𝘶 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦...