O5 ━✧。❨ I m a m ❩

2K 344 220
                                    

[a/n] Maaf ya kalau semisalnya kurang rame. Saya sudah bekerja keras membuat kalian terhibur dan juga tertarik membaca cerita saya.

Terima kasih sebesar-besarnya untuk kalian yang tetap menunggu cerita ini dan juga spamcomment cerita saya.

Jujur, saya senang melihat reaksi kalian melalui komenan yang kalian kirimkan dan membuat saya bersemangat untuk melanjutkan cerita serta tahu bahwa cerita saya berhasil membuat kalian tertarik membacanya.

Jujur, saya senang melihat reaksi kalian melalui komenan yang kalian kirimkan dan membuat saya bersemangat untuk melanjutkan cerita serta tahu bahwa cerita saya berhasil membuat kalian tertarik membacanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duduk termenung sendirian di kelas dengan mata yang sibuk menatap kotak makanan berukuran kecil biru gelap di tangannya sambil memikirkan sesuatu. Lia sesekali bergumam, "Sebenarnya, alasan Narendra ngasih ini apa? Sok peduli sama gua."

"Kenapa tuh anak tetap baik setelah berkali-kali gua kasarin. Dia juga nggak terlalu ngelawan gua? Hm, ada yang nggak beres," tuduh Lia menautkan kedua alisnya masih menatap kotak bekal.

"Apa... Anak itu ngasih ini yang ngebunuh gua secara nggak langsung gegara diselipin racun?! Terus gua bisa kejang-kejang, mulut gua berbuih kayak cucian laundry?!"

Lia melongo dengan pikiran jahatnya, mulut anak itu terbuka lalu membentuk buatan pada bibirnya. "Oh ini alasan dia jadi tetap baik sama gua? Karna dendamnya bakal terbalas waktu gua mati?"

Kembali memandang kotak bekal kecil di tangannya, Lia bergumam pada kotak bekal tak bernyawa itu. "Kenapa ya gua tadi mau-mau aja nerima kasihan dia? Apa gua dipelet, ya."

Menghela napas, Lia menumpuk pipinya pada lengan kiri, merebahkan sebagian tubuhnya di atas meja memandangi kotak kecil yang berada di tangan kanannya sambil mengingat kejadian tadi pagi.






















"Lia," panggil Narendra begitu Lia menurunkan tubuhnya dari kendaraan.

Anak itu menoleh tanpa menjawab, hanya menautkan kedua alisnya heran.

Narendra tersenyum lalu meraih tas yang berada di punggungnya, kemudian mengambil sesuatu dari dalam sana.

"Nih." Narendra menyodorkan sebuah kotak makanan kecil ke hadapan Lia.

Lia mengerutkan dahi, menatap barang yang Narendra berikan.

"Apa nih? Awas aja dalemnya ada kecoak!"

Narendra mendengus, "Jangan suudzon jadi manusia. Ini makanan pencuci mulut buat Lia."

Mengedipkan matanya berkali-kali, bibirnya pun ikut mengecut. "Perhatian banget. Ada maunya, 'kan?!" celutuk Lia yang tangannya tak kunjung menerima pemberian Narendra.

"Astaghfirullah. Gua nggak ada maksud modus apa-apa. Isinya itu ada buah kurma, Lia. Buah kurma hampir sama manfaatnya kayak madu, supaya tubuh tetap kuat. Apalagi kita lagi hadapin musim pancaroba kayak sekarang. Tapi, kata Abi, kurma lebih banyak khasiatnya dibanding madu. Oh iya, makannya harus berjumlah ganjil ya, Lia."

Narendra | Renjun [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang