1O ━✧。❨ P e n s i ❩

1.4K 246 112
                                    

Hai? Aa' jidat kambek^^ ada yang kangen sama Aa' jidat lokal? Iya, jidat, tuh yang di foto profil aku. ASTAGHFIRULLAH... Aku nggak mau naruh fotonya di sini, jidatnya tolong, aku ingin membuat kolam air mata di rumah, maz... Kata Mbak Sakura mah itu keseringan sholat tahajud. Duh, ambyar aku. Dih, skip ya skip ga mutu :(

Nanti kalau ada video di bawah, putar ya, itu suaranya sumpah mirip Renjun. Awas nggak dibuka! Aku aja ampe mau nangis gegara denger lagunya, hatiku subhanallah bergetar...

Hahaha, sengaja kubuat kalian mati suri^^






















"Pulang sekolah jangan langsung balik ke rumah ya, gaiseu, ini pengumuman resmi dari Ibu Yuri," kata Haelan setengah berteriak, tangannya bergerak memasukkan buku-buku ke dalam tas yang tidak seberapa banyaknya dibanding dengan Narendra si murid teladan.

"Apaan? Awas nggak penting, kalo nggak penting gue tendang juga pala lo. Gue jadiin bola sepak pengganti yang kempis," ancam Jaevan menyahut dari bangkunya yang berbelakangan dengan Haelan dan Martaka.

"Tenang, tenang, ini penting, kok. Walau kagak sepenting kehadiran Neng Sonya di kehidupan Aa' Haelan."

"EEEEWWWWWW!!!" riuh satu kelas meledek Haelan yang kebucinan gadis bule.

Menggelengkan kepala, Martaka berceletuk, "Nih anak kayaknya nggak bisa bedain yang mana keadaan serius sama nggak."

"Cepetin, woi, pengumuman apa," kata Sebastian berdiri di tengah antara meja-meja. Mulutnya diisi sebuah permen, baju seragam juga terlihat sangat berantakan memberi kesan nakal pada dirinya. "Gue mau pulang. Ada urusan."

"Urusan apa, Kang? Cari cewek?" tanya Haelan polos tak bersaring.

Sebastian mengangguk lalu melirik Narendra. "Ya, masa muda harus dihabiskan dengan senang-senang, cari cewek lalu bermain. Nggak kek temen lo. Cih, sok suci."

Mendengar sindiran Sebastian, Narendra hanya bisa menarik napas lalu menghembuskannya pelan. Buang tenaga dan menambah dosa saja jika ikut terpancing emosi sindiran Sebastian.

"Dih, mending sok suci daripada sok kotor," gerutu Martaka mulai geram.

Sebastian memiringkan kepalanya tak mengerti. "Maksud lo?"

"Nggak usah diperjelas. Dijelasin juga nggak bakalan masuk, kan otak lo ada di dengkul. Mana bisa mikir."

Panas hati, Sebastian membuang muka lalu melonggarkan dasinya. "Heh, lo ngatain gue?" katanya sinis mendekati Martaka lalu menarik kerahnya.

"Eh, demi Patrick yang gobloknya di bawah otak lo, lepasin Martaka, jurig!" titah Jaevan mendorong Sebastian untuk melepaskan cengkraman pada kerah temannya dan untungnya langsung berhasil.

"Paan lo, mau keliatan gantle gegara bantuin misah gue sama teman lo?!"

"Udah, udah! Lan, cepetan ngasih pengumumannya supaya nih anak cepet balik," suruh Jindra resah, takut ada kejadian tidak-tidak dan bisa berakhir ke BK.

"Bentar gue buka notes dulu, catatan omongan Ibu Yuri, soalnya Haelan suka lupa omongan cewek, kecuali ucapan Neng Sonya yang selalu tersimpan dalam hati."

Pluk!

Botol kosong air mineral mendarat di tengah dahi Haelan, membuat Haelan yang tadi menunduk mencari-cari catatan dimaksud pun mendongak memberikan tatapan elang ke arah sumber lemparan.

"Banyak ngomong lo, kita pada lumutan cuma mau nunggu pengumuman dari lo. Buang-buang waktu!" pekik Sonya berkacak pinggang.

Api amarah pada mata Haelan segera mereda, kala ia tahu yang melemparinya itu Sonya. Tak apa kalau ia mesti dilempari beton sekalipun jika itu Sonya yang melakukannya, ia tetap kuat.

Narendra | Renjun [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang