*Flashback onKring... Kringg
"Hallo gas kenapa?"
"Chico kecelakaan Van!"
"Serius?"
"Iya lo ke RS.Kasih Bunda deh sekarang."
"Ok."
Air muka Vanilla langsung berubah drastis setelah Bagas meneleponnya. Ia langsung bergegas menyambar Vespa maticnya untuk menuju Rumah sakit yang Bagas sebutkan tadi.
*flashback off
***
Vanilla povHari ini, hari ke 2 gue di rumah sakit. Tapi Chico masih belum sadar juga. Gue merasa bersalah banget. Dari dulu sikap gue kurang baik ke dia.
Setiap pulang ngantor pasti gue jenguk dia. Dan berharap dia akan bangun. Tapi nihil sampai hari ini dia belum bangun juga.
Lisa baru ngasih tau gue. Katanya Chico pindah ke Belanda karena terpaksa nerusin perusahaan Bokapnya. Yang bikin gue kaget adalah ternyata Bokapnya meninggal.
Dan sejak saat itu gue janji sama diri sendiri. Gue gak akan kasar lagi sama dia. Gue harus belajar peduli sama orang. Apalagi orang yang gue sayang. Selama pacaran gue gak pernah bersikap manis ke dia. Gila sih pacar macam apa gue: ')
Gue senyum-senyum sendiri sambil liatin Chico tidur. Mukanya polos. Lawak. Pucet. Antara kasian sama gemes hehe.
"Chico lo jangan mati dulu," ucap gue sembari menatap dia.
"Lo ninggalin gue 2 tahun lalu aja gue hampir gila. Gimana kalo lo mati."
"Chico cepet sembuh ya, I miss you so."
Mungkin kalo ada yang liat gue barusan. Pasti udah bilang gue gila. Soalnya dari tadi gue ngomong sendiri. Aneh kan gue yang biasanya galak dan cuek tiba-tiba begitu? Aelah Chico bikin gue jadi bucin sekarang:)
Saat gue lagi asyik-asyiknya ngeliatin Chico, tiba-tiba mata gue ngantuk banget. Lalu tanpa disadari mata gue perlahan tertutup dan badan gue jatuh di tepi tempat tidur Chico.
***
1 minggu kemudian...
Seperti biasanya. Setiap hari gue pasti jengukin Chico. Gue selalu berharap setiap gue buka pintu, dia udah bangun. Tapi nihil, udah satu minggu Chico belum bangun juga. :)
Hari ini gue gak sendiri. Azka ikut nemenin gue. Gue dan Azka udah deket sekarang. Kaya gue dan Bagas dulu. Tapi bedanya Azka gue anggap kaya Abang sendiri.
"Chico beruntung banget ya Van," ucap Azka.
"Beruntung kenapa?"
"Beruntung banget dia dapet perhatian dari lo, bahkan tiap hari lo gak pernah absen buat jengukin dia," ujar Azka.
"Gue merasa bersalah ka. Dari dulu sikap gue kurang baik ke dia. Apalagi tempo hari gue ngebentak dia terus ngusir dia," ucap gue sembari menatap nanar pada Chico. Sedangkan tubuh Chico masih gak bergerak sedikitpun.
"Ternyata lo baik juga ya, kirain gue lo galak mulu hehe." ucap Azka sembari menepuk bahu gue.
"Gue masih punya hati kali"
"Hahaha bagus deh"
Gue dan Azka kaget tiba-tiba tangan Chico bergerak. Dan perlahan matanya terbuka. Muka dia kaget sama kagetnya dengan gue dan Azka. Lalu dengan cepat gue menyuruh Azka memanggil dokter.
"Chico, lo udah sadar?" tanya gue cemas.
"Belum, masih otw nyawanya."
"Ih bercanda gak tau situasi."
"Dah tau udah melek masih aja ditanya dah sadar apa belom."
"Kok lo nyolot haha."
"Kamu siapa?"
"Hah? Gue Vanilla lah."
"Saya siapa?"
"Ya lo Chico. Jangan bilang lo amnesia?"
Chico keliatan ling lung gitu. Gue lebih bingung harus gimana.
"Maaf kalian boleh keluar dulu, saya akan memeriksa keadaan pasien."
"Baik dok."
Gue dan Azka menunggu di luar. Sementara dokter memeriksa Chico.
Gue deg deg an dong. Jangan sampe dia Amnesia beneran. Galucu asli deh sinetron banget kisah gue. :)
Gak lama kemudian Dokter itu keluar dia bilang keadaan Chico udah mulai membaik. lalu ia memperbolehkan gue dan Azka masuk.
"Chico lo beneran gak inget gue?"
Chico cuman diem terus ngeliatin gue dan Azka bergantian.
"Chico galucu ih!" gue mengguncang tangan dia.
"Aw aduhh...Sakit Van tangan saya" Chico meringis kesakitan.
"Eh sorry. Lagian lo kaya orang Amnesia."
"Saya cuman mau lupain kamu emang salah ya?"
Deg... Sakit banget waktu Chico ngomong gitu.
"Kok gitu?" tanya gue.
"Kan kamu dah ada yang baru," ucap Chico sembari menoleh pada Azka.
Gue dan Azka langsung saling menatap bingung. Kemudian Azka membuka suara.
"Hehe kayanya lo salah paham. Gue dan Vanilla cuman teman kantor.Tapi gue dah anggep Vanilla kaya ade sendiri," jelas Azka.
Muka Chico sedikit kaget. Namun sesaat kemudian ia tersenyum tipis.
"Maaf Van saya udah salah paham, maaf juga saya ninggalin kamu waktu itu," ucap Chico lirih.
"Gue udah maafin lo kok," ucap gue sembari memegang tangan dia.
"Ekhem.. Ekhem gue berasa jadi obat nyamuk nih," Azka pura-pura batuk.
Gue dan Chico langsung ketawa. Maaf ya Azka hehe.
"Yauda lo istirahat gih, gue dan Azka pulang dulu."
"Iya makasih ya Van."
"Iyaa santai aja, jangan lupa minum obat kalau gak diminum nanti gue nikah sama Azka haha."
"Bisaan banget ngancemnya," ucap Chico cemberut. Sedangkan Azka cuman ketawa.
Setelah berpamitan dengan Chico. Gue dan Azka pun pulang. Gue bersyukur banget Chico masih bisa bangun. Semoga lo selalu ceria. Gue sedih kalo lo diem. Apalagi kalau lo gak berdaya kaya kemarin.
Semoga masih ada yang baca cerita absrud ini hehe see you in the next chapter gais!!

KAMU SEDANG MEMBACA
ICE GIRL VANILLA ( Telah Terbit )
Ficção AdolescenteTerimakasih pernah hadir walau tak sampai akhir. Pernah singgah walau mungkin tak pernah sungguh. Pernah mengukir tawa walau hanya sementara. Bila kau memang untukku, sejauh apapun jarak memisahkan pasti akan dipersatukan kembali. Semoga saja. **...