PART 5

5.5K 487 2
                                    


Sudah 1 bulan lamanya Hyeji dikurung di apartment milik Jungkook. Ia tidak diberi luang hanya untuk menghirup udara segar diluar sana oleh pria keji itu.

Setelah kejadian beberapa minggu yang lalu, membuat Hyeji lebih banyak diam dengan tatapan kosong tak terarah. Air matanya telah habis untuk ia dikeluarkan lagi, kesehariannya hanya duduk termenung diatas ranjang dengan begitu banyak beban dipikirannya.

Sama halnya denganJungkook, setelah dimana ia berdebat panjang dengan Hyeji 1 bulan yang lalu, Jungkook menjadi lebih dingin daripada yang biasanya. Dia banyak diam dan berlalu dengan wajah datar.

"Apa dia sudah makan?" tanya Jungkook kepada Bibi Jung yang tengah membersihkan dapur.

"Belum Tuan, Nyonya Hyeji menolak untuk makan. Beberapa minggu ini, ia jarang sekali untuk makan," ujar Bibi Jung dan melirik 1 porsi makanan yang utuh tak tersentuh sedikit pun diatas meja bar dekat dapur.

Jungkook pun dapat melihat makanan yang utuh diatas meja bar, lagi dan lagi Jungkook menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia pun mengambil makanan tersebut dan segelas air lalu, pergi menuju kamar yang Hyeji tempati.

Disaat Jungkook sudah sampai didepan pintu kamar Hyeji, ia melenggangkan diri memasuki kamar itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Saat ia memasuki kamar tersebut, dilihatlah Hyeji tengah tertidur pulas diatas ranjang menghadap pintu kamar. Jungkook menghembuskan nafasnya kasar dan berjalan menuju meja nakas untuk meletakkan makanan dan segelas air yang ia bawa tadi.

Ia menatap sayu wajah Hyeji yang tertidur dengan nyenyaknya. Ia pun duduk disisi ranjang, Jungkook mengelus surai panjang Hyeji yang tengah tertidur. Tanpa Jungkook sadari Hyeji tiba-tiba saja terbangun akibat sebuah tangan kekar yang mengelus lembut surainya.

Jungkook yang melihat Hyeji yang terbangun pun dengan gerakan cepat ia berdiri tegap di sisi ranjang dan menatap kearah lain, seolah salah tingkah.

Hyeji membangunkan dirinya untuk duduk lalu, menyandarkan punggungnya didashboard ranjang tersebut. Hyeji menghembuskan nafasnya dengan kasar dan menatap kosong kearah depan.

"Makanlah," perintah Jungkook dengan akses dinginnya.

Hyeji yang mendengar itu hanya diam mematung dan tidak mengeluarkan suara sedikit pun.

"Aku menyuruhmu untuk makan Hwang Hyeji!" tegas Jungkook menahan amarah. Jungkook yang merasa diabaikan pun merasa kesal bukan main. "HWANG HYEJI!" teriak Jungkook menggema diruangan itu.

Hyeji yang mendengar teriak Jungkook menolehkan kepalanya kearah Jungkook yang tengah berdiri di sampingnya secara perlahan. Dilihatlah Jungkook dengan tatapan sendu tak ter arti.

"Aku akan makan, jika kau memberikanku alasan yang masuk akal mengapa kau melakukan ini semua kepadaku..." ucap Hyeji terdengar lirih dipendengaran Jungkook. Jungkook yang mendengar itupun seketika diam dan menatap tajam Hyeji. "Kenapa kau hanya diam?" tanya Hyeji.

"Dasar wanita sialan!" umpat Jungkook dengan tangan yang sudah terkepal sehingga, menampakkan putih-putih di jari kukunya.

"Sebegitu bencinya kau padaku?" tanya Hyeji pada Jungkook yang menatapnya tajam. "Katakan apa salahku?" tanyanya sekali lagi menahan tangis.

"Apa perlu ku jelaskan semua itu?" tanya Jungkook kembali dan melipat tangannya didepan dada dengan senyum kecut menghiasi bibirnya. "Untuk apa kujelaskan semuanya jika kau sama sekali tidak peduli terhadap itu semua, percuma saja'kan?" kata Jungkook dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar tersebut.

Saat Jungkook sudah berada didepan pintu ia terhenti sejenak untuk mengucapkan sesuatu.

"Kau bisa pergi sekolah besok. Dengan 3 buah syarat yang harus kau tepati. Pertama, kau akan tinggal bersamaku dan jangan pernah kembali kerumahmu. Kedua, kau harus menuruti semua perintahku dan aturan yang sudah kubuat. Dan ketiga, kau tidak boleh sama sekali dekat dengan Jeno dan pergi bersamanya. Jauhi Jeno, tinggalkan pria licik itu! Jika kau melanggar semua syaratku itu, aku tak akan segan-segan membunuh Lee Jeno didepan matamu, mengerti?" ujar Jungkook panjang lebar dengan wajah datar dan dingin. "Dan, owh ya satu lagi! Kau harus menjadi budakku dimana pun aku berada, disekolah maupun dirumah, aku tidak peduli sama sekali." lanjutnya kembali berucap dan pergi darisana dengan wajah datar.

Hyeji yang mendengar itu pun terkejut. Ia pun mengubah mimik wajahnya menatap sendu kepergian Jungkook. Ia pun menutup kedua maniknya dan sebuah air mata jatuh mengenai lekuk wajahnya.

"Aku merindukanmu Kookie..."lirih Hyeji.

***

-Busan,
21.00 pm.

Angin yang begitu sejuk menyapu kota Busan tersebut, ditambahi cuaca indah diatas langit gelap dengan bintang yang berkelap-kelip begitu indah.

Jeno tengah berdiri dibalkon apartementnya sambil menatap bintang yang berada diatas. Ia pun menghembuskan nafasnya kasar. Ia pun mengingat sesuatu yang membuatnya tersenyum kecut.

"Apa kau menyukai bintang?"

"Aku sangat menyukainya!"

"Aku melihat bintang yang begitu indah dan cantik dengan jarak yang begitu dekat, kau tahu?"

" Benarkah? Dimana? Aku juga ingin melihatnya Jen!"

"Kau bintang itu..."

"Aiss, kau menyebalkan sekali!"

Jeno tersenyum kecut saat memori-memori kebersamaannya bersama Hyeji berputar kembali diingatannya.

Ini sudah 1 bulan Jeno belum menemukan keberadaan Hyeji. Ia sudah pasrah karena ia tahu Hyeji tidak diculik namun, ada seseorang yang bersamanya. Tapi ia tidak peduli, ia akan menunggu Hyeji sampai kapanpun.

"Jiya, kau dimana?" gumam Jeno dengan helaan nafas lelah lalu, pergi memasuki kamarnya.

Disisi lain, seorang pria tengah berada di sebuah taman di malam hari yang begitu dingin. Jungkook tengah sibuk dengan pikirannya sendiri tanpa memperdulikan cuaca yang sudah mulai sangat dingin. Ini sudah menunjukkan pukul 10 malam tetapi, Jungkook tetap diam disana dengan pikiran yang begitu berkecamuk.

Hati nya hampa, dengan dirinya yang bergelung di pikirannya tersebut. Entah apa yang ia pikirkan, tetapi ini membuat wajahnya bertambah lesu nan sendu. Seperti tidak ada nyawa secuil pun yang berada di tubuh Jungkook.

Cuaca yang begitu dingin tidak membuat ia terusik sedikitpun. Jungkook hanya menggunakan setelan kaos hitam polos lengan pendek dan celana panjang hitam tanpa menggunakan jaket atau penghangat dimusim dingin. Sebuah headshet menempel dikedua telinganya. Ia tengah menikmati musik dimalam hari sambil menutup mata tanpa memperdulikan apapun.

Memori-memorinya bersama Hyeji terlintas kembali dipikirannya.

"Jiya, kau mau mendengarnya?"

"Tentu,"

"Kau suka lagunya?"

"Sangat menyukainya jika kau yang menyanyikannya secara langsung untukku Jeon!"

"Tidak mau,"

"Kookie ayolah! Ya?"

"Baiklah, apapun untuk orang yang kusayangi,"

"Terimakasih, Jung!"

Jungkook pun membuka kedua matanya dengan nafas tersengal-sengal. Memori itu kembali mengahampirinya. Padahal ia sudah mengubur dalam-dalam kenangan masa lalu suram tersebut, sangat menyakitkan jika itu membelenggu kembali di ingatan Jungkook.

Jujur Jungkook tidak mau mengingatnya walaupun hanya sedikit karena, itu membuat dadanya sesak dengan hal menyakitkan mengingatkan ia pada masa-masa bersama Hyeji dulu.

Ia tidak mau mengulanginya lagi, cukup ia sudah dihianati dan tidak ada yang peduli kepadanya. Tanpa Jungkook sadari air mata meleleh dipelupuk matanya saat ia tak sengaja mengingat kebahagiaannya dulu bersama Hyeji direnggut oleh seseorang.

Jungkook merasa sakit dan rapuh saat dimana orang yang ia sayang lebih memilih orang yang menurutnya sangat biadab dan brengsek. Jungkook pun mengubah ekspresinya menjadi dingin dan datar, tak tersentuh.

"Kau akan lihat apa yang akan aku lakukan kepadamu, seperti saat kau merebut kebahagiaanku bersama Jiya, Lee Jeno..." ucap Jungkook terdengar nada licik dan pergi dari taman tersebut.

Tbc,

Part selanjutnya aku bakal publish flashback kenapa dan mengapa Jungkook bisa menjadi badboy seperti itu oke.

CerhliKristianti

BAD BOY | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang