1. CIPA (congenital insensitivity to pain with antidepresi)
CIPA adalah penyakit bawaan lahir yang tergolong langka. Kondisi ini terjadi saat seseorang tidak mampu merasakan suhu panas atau dingin, tidak berkeringat (anhidrosis), dan tidak merasakan sakit ketika cedera, terbentur, atau terluka.
Penyebab
Normalnya, saat tubuh mengalami luka, ujung-ujung sel saraf akan mengirimkan pesan ke otak berupa rasa nyeri atau sakit. Selanjutnya, otak akan memberi perintah ke bagian tubuh tersebut untuk menjauh dari penyebab luka dan melakukan gerakan untuk melindungi diri atau mengurangi nyeri.
Misalnya, ketika tanganmu terkena benda yang panas, ujung-ujung sel saraf di kulit tangan akan mengirimkan pesan ke otak berupa rasa nyeri. Setelah itu, otak akan memberikan respon secara refleks untuk menarik tangan menjauhi benda tersebut.
Nah, pada orang yang mengalami CIPA, terjadi mutasi pada gen NTRK1 yang bertanggung jawab untuk mengirimkan pesan ini. Akibatnya, walaupun terkena benda yang panas atau terluka, penderita CIPA tidak akan memberikan respon karena tidak merasa sakit.
Selain itu, mutasi genetik ini juga akan menyebabkan penderita CIPA tidak bisa mengeluarkan keringat, walaupun ia merasa gerah setelah berolahraga atau saat cuaca sedang panas. Tentunya ini berbahaya, karena berkeringat adalah salah satu cara tubuh untuk menyeimbangkan suhu.
Bahaya ga sih?
Ketidakmampuan untuk merasa sakit dan merasakan suhu menyebabkan penderita CIPA sering mengalami cedera. Contohnya, karena tidak merasa sakit, penderita CIPA tidak sadar bila ada benda tajam dalam sepatunya dan akan terus berjalan hingga kakinya berdarah, atau tidak sengaja minum minuman yang terlalu panas sampai mulutnya melepuh.
Selain itu, cedera pada kulit, tulang, atau penyakit pada organ dalam sering kali terlambat diketahui karena tidak adanya sinyal nyeri dari tubuh ke otak, sehingga pemulihannya lebih lama dan sulit. Kondisi tersebut juga kadang baru diketahui setelah muncul komplikasi, misalnya infeksi yang parah.
Anhidrosis atau ketidakmampuan mengeluarkan keringat juga menjadi masalah bagi penderita CIPA. Kondisi ini menyebabkan penderita lebih berisiko mengalami peningkatan suhu tubuh (hiperpireksia). Di beberapa kasus, ditemukan juga masalah berupa karies gigi, gangguan kecerdasan, dan kesulitan untuk mengontrol BAB dan BAK pada penderita CIPA.
CIPA hanya bisa dipastikan dengan pemeriksaan genetik dan hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit CIPA. Penanganan terbaik yang bisa dilakukan hanyalah mengajarkan penderita CIPA mengenai cara-cara mencegah cedera dan menganjurkannya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Nah, jadi, tidak merasa sakit saat terbentur atau terluka bukan berarti kamu memiliki kekuatan super, yaw. Bisa jadi ini gejala CIPA.
2. CPRS (Complex Regional Pain Syndrome)
Causalgia atau bisa disebut complex regional pain syndrome (CRPS) adalah suatu kondisi kronis dan tak umum yang biasanya menyerang tangan atau kaki. Rasa sakit sebagian pada anggota tubuh ini tentunya dapat memengaruhi sebagian anggota tubuh lainnya.
CRPS ini kerap ditandai dengan rasa sakit atau ngilu yang teramat sangat. Pada daerah yang sakit biasanya terjadi pembengkakan, perubahan warna kulit dan perubahan suhu badan, berkeringat yang tidak normal serta hipersensitif.
Gejala
Gejala utama dari CRPS adalah rasa sakit yang parah pada sebagian anggota tubuh dan makin lama rasa sakit itu makin parah. Tanda-tanda dan gejalanya meliputi:
• Rasa sakit seperti terbakar di tangan, lengan, kaki atau telapak kaki.
• Kulit menjadi sensitif.
• Terjadi perubahan suhu badan, warna kulit dan teksturnya. Terkadang kulit pada area yang sakit berkeringat, tapi ada kalanya dingin. Warna kulit berubah mulai dari putih, kemerahan atau bahkan kebiruan. Kulit pada daerah sakit bisa berubah menjadi agak lunak, menipis atau kadang mengkilap.
• Terjadi perubahan pertumbuhan pada rambut dan kuku.
• Area sakit kadang kaku, bengkak dan mudah terkelupas.
• Otot terasa kejang dan badan lesu.
• Anggota tubuh yang sakit sulit digerakkan. Namun, gejala-gejala itu bisa berubah-ubah dan berbeda pada setiap penderitanya. Yang paling sering terjadi adalah pembengkakan, kulit kemerahan, suhu tubuh berubah-ubah dan hipersensitif (terutama terhadap dingin dan sentuhan). Semakin lama, anggota tubuh yang sakit terasa dingin dan pucat. Selain itu terjadi perubahan pada pertumbuhan rambut dan kuku, sementara otot kejang dan mengeras.Penyebab dan Faktor Resiko
Sejauh ini belum diketahui penyebab pasti dari CRPS, tapi seringkali dampak ikutan setelah sakit atau cedera. Terapi untuk CRPS sangat efektif jika dilakukan sejak dini. Ada dua tipe CRPS dengan tanda-tanda dan gejala yang sama tapi berbeda penyebabnya.
• Tipe 1. Sebelumnya dikenal sebagai reflex sympathetic dystrophy syndrome, tipe ini terjadi setelah seseorang mengalami sakit atau cedera. Namun kondisi ini tidak langsung merusak syaraf pada bagian tubuh yang sakit. Sekitar 90% CRPS yang terjadi adalah tipe 1.
• Tipe 2. Kondisi ini disebut sebagai causalgia, yang biasanya dampak ikutan dari cedera saraf tertentu. Banyak kasus CRPS muncul setelah terjadi trauma berat pada lengan atau kaki, seperti tertembus peluru atau terkena serpihan bom. Sementara lainnya disebabkan oleh trauma sedang dan ringan, seperti operasi, serangan jantung, infeksi, patah tulang atau bahkan pergelangan kaki terkilir. Sejauh ini belum diketahui pasti mengapa cedera seperti ini sampai memicu CRPS. Jika complex regional pain syndrome ini tak didiagnosis dan ditangani sejak dini, penyakit ini akan bertambah parah dan mengarah pada gejala terjadinya kelumpuhan karena anggota badan yang sakit semakin sulit digerakkan. Komplikasi ini meliputi:
• Atrophia (tak tumbuh). Kalau memilih untuk tidak menggerakkan bagian yang sakit karena terlalu sakit atau memang sulit digerakkan, lama kelamaan kulit dan otot tidak tumbuh.
• Kontraksi. Kejang otot atau mengeras. Hal ini akan memicu terjadinya suatu kondisi di mana tangan, jari tangan dan jari kaki terkontraksi ke satu posisi yang tetap. Kadang-kadang CRPS dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Gejalanya sebagai berikut.
• Tipe berkelanjutan. Gejalanya adalah rasa sakit berpindah dari satu daerah pada tubuh ke bagian lainnya, seperti dari tangan ke bahu, atau ke wajah.
• Tipe cermin. Gejalanya adalah rasa sakit pindah dari satu area ke area di seberangnya, misalnya dari lengan kiri ke lengan kanan.
• Tipe mandiri. Kadang-kadang gejalanya rasa sakit itu melompat ke area yang berjauhan, misalnya dari area telapak kaki ke daerah paha dan sebagainya.
Pencegahan
Langkah-langkah berikut dapat membantu mengurangi risiko terkena CRPS.
- Segera minum vitamin C setelah mengalami patah tulang. Studi menunjukkan bahwa mereka yang rutin mengkonsumsi vitamin C setiap hari setelah mengalami patah tulang, akan memiliki risiko lebih rendah terserang CRPS ketimbang mereka yang tak mengkonsumsi vitamin C.
- Mobilisasi dini pascastroke. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa mereka yang cepat melakukan latihan gerak setelah terserang stroke (mobilisasi dini), akan lebih rendah risikonya terkena CRPS.
Sumber: https://www.alodokter.com/tidak-pernah-merasakan-sakit-mungkin-kamu-mengalami-cipa
http://www.dokterdigital.com/id/penyakit/30_causalgia.html
—÷—
Semoga bermanfaat ya:')
29.05.2020
15.28
KAMU SEDANG MEMBACA
KESEHATAN
Non-FictionMemuat berbagai informasi tentang kesehatan yang dibalut dengan pengetahuan, fakta unik, dan wawasan terkait ilmu medis.