She's Amanda

1.2K 39 4
                                    

.
.
.
.

Kring...kring...kring

Prang!

Yurcelia Amanda Maarif- Gadis itu menguliat sambil mengeluarkan segenap energi melalui suara lantang nan berat yang terdengar cukup mengerikan jika saja ada yang mendengarnya. Menggaruk garuk kepala setelah bangun tidur, itu adalah kebiasaannya.

Jika kalian tanya apa yang paling gadis itu benci? Maka ia akan dengan semangatnya menjawab suara alarm ponsel dan juga suara jam wekker yang setiap subuhnya selalu berbunyi nyaring dalam waktu yang nyaris bersamaan. Manda sangat membenci keduanya, namun tak di pungkiri pula jika ia pun membutuhkan kedua benda tersebut. Kalau saja benda benda itu tak ada, hancur sudah jadwalnya selama satu hari.

Manda menggerutu kesal, inilah alasan mengapa ia benci sekali jika tidur dengan mengenakan pakaian sejenis daster seperti yang ia kenakan sekarang. Penampilannya sangat terlihat berantakan, dengan baju yang tersingkap dimana mana dan juga rambut yang tampak sama berantakannya membuat gadis itu mirip sekali seperti korban gempa saat ini.

Perlahan, Manda mulai mendaratkan telapak kakinya berpijak pada lantai berkeramik abu abu senada dengan cat dinding kamarnya. Manda sedikit meringis ketika merasakan betapa dinginnya keramik tersebut dan berusaha ikhlas untuk mengabaikan bisikan setan sejenis iblis yang terus menggodanya untuk kembali tertidur, tidak semudah itu ferguso! Memangnya setan bisa mengembalikan nilainya jika saja ia telat masuk kampus hari ini? Bahkan seramnya setan dan kawan kawannya masih kalah seram dengan para jajaran dosen di kampus.

"Awww, dasar setan!"

Sekarang gadis itu heran, yang setan itu ia atau setan? Bisa bisanya dirinya melemparkan jam wekker berbentuk micy mouse hingga hancur berkeping keping di atas lantai dengan besi pernya yang mencuat ke luar. Oh tuhan! Maafkan adindamu ini bang Afgar, bukannya tak menghargai pemberian abangnya dulu, hanya saja gadis itu terlalu emosi dengan suara si Micy yang seolah selalu mengajaknya untuk baku hantam di setiap paginya.

Sedikit malas, namun Manda tetap berjongkok untuk mengambil benda mungil tersebut beserta serpihan serpihannya, menatap nelangsa walau sebentar, lalu membuka laci nakas untuk meletakan benda tersebut ke dalamnya.

Untuk sekali lagi, gadis itu kembali menguliat dengan kedua lengannya yang sengaja ia angkat setinggi mungkin, hingga daster pendek yang di kenakannya pun ikut terangkat, masa bodo! Tinggal sendirian di kamar kos cukup membuatnya bebas melakukan atraksi sedemikian rupa tanpa perlu khawatir jika ada yang melihat betapa kalemnya ia saat ini.

Merapihkan tempat tidur sudah menjadi kebiasaannya setiap pagi hari, walaupun ia cukup sering juga menskip bagian itu lantaran di buru waktu atau penyakit malas yang tiba tiba saja menyerang. Kasur berukuran kecil yang selalu menjadi singgasananya itu tidaklah terbungkus badcover, melainkan hanya sprei berwarna abu abu polos saja yang menutupinya. Itulah alasannya mengapa ia terkadang meninggalkan kegiatan tersebut. Karena coba kalian renungkan saja, tidurnya itu cukuplah bar-bar hingga membuat sprei bisa terlepas dari tempatnya, dan untuk mengurusi hal sepele seperti itu di pagi hari tentu bukan menjadi kebiasaannya.

Setelah selesai merapikan tempat tidur karena beruntungnya kain sprei masih stay di tempat, Manda pun mulai melangkahkan kaki menuju kamar mandi kecil yang juga berada di dalam kamar kos untuk sekedar melakukan rutinitasnya yang juga kadang selalu ia skip kalau terburu waktu, ya mandi.

Hidup jauh dari orang tua memang tidaklah mudah, butuh waktu berhari hari bahkan berminggu minggu untuk menyusun strategi kedepannya ingin bagaimana. Mungkin sewaktu jaman SMA hidup sebagian mahasiwa masih enak, apa apa disiapkan, makan dimasakan, baju dicucikan dan disetrikakan lalu setiap subuhnya selalu dibangunkan tanpa harus lewat prantara alarm.

BlutenblattTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang