Bab 20| New Normal

220 17 0
                                    

Setiap tempat katanya pasti ada penunggu dari alam gaib. Benar, Fakultas Manda misalnya yang di tunggu oleh makhluk gaib macam Arkan

Happy Reading all:)

_______________________________________


Ketak, ketuk suara sneakeers yang beradu satu pada lantai. Manda berjalan gontai menuruni satu per satu anak tangga gedung kos. Sedikit menyesal mengapa dulu memilih kamar yang ada di lantai tiga gedung. Jika tahu begini, lebih baik mengambil kamar pada lantai satu saja.

Fikirannya dulu tertuju pada satu balkon yang terdapat di lantai tiga yang terkhusus untuk para koswati menjemur pakaian mereka. Jika ia memilih di lantai dua, maka sudah pasti dirinya harus bersusah payah dulu membawa ember cucian menaiki tangga menuju lantai tiga.

Sejenak, ia mengeratkan jaket kulit yang membungkus tubuh mungilnya, meniup-niup helm bagian dalamnya jika saja terdapat debu di sana. Manda berusaha menghibur diri agar tetap semangat memulai hari. Ingat, perjuangan sang mama yang selalu memanjangkan urat leher ketika berhadapan dengan bocah Sd demi membantu papa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ingat juga dengan jerih payah sang papa yang mengabdikan diri di pemerintahan selama bertahun-tahun demi menjadikkan anak-anaknya menjadi seseorang yang berguna bagi nusa dan bangsa serta agama.

"Pagi Mbak Nyoman," sapa Manda ceria ketika berpapasan dengan seorang mahasiswi UI program Profesi di lantai Loby.

Nyoman tersenyum, memperlihatkan lesung pipit sebelah kirinya, "Pagi Mand. Kok baru kelihatan sekarang ya? Kemarin kemana?"

Manda menggerak-gerakkan bola matanya ke kanan dan ke kiri, sejujurnya ia belum menyiapkan alasan apa yang tepat jika saja dari mereka menyadari keabsenan dirinya di kos, "Nginep tempat teman mbak, kemarin lagi ngerjain tugas kelompok. Eh malah kemalaman," tak ada daya dan upaya baginya untuk tidak berbohong.

Nyoman menganggukan kepalanya. Gadis Bali itu benar-benar sangat cantik sekali, rambutnya panjang lebat sedikit bergelombang, kulitnya terlihat gelap namun manis di pandang, tutur katanya juga sopan pula, "Oh kira mbak kamu pulang kampung Mand, biasanya lantai tiga heboh terus tiap malam. Kemarin sepi, pas mbak tanya ternyata Manda gak ada di kos."

Manda meringis, tertawa kecil mendapatkan fakta jika ternyata lantai tiga selalu ramai akibat ulahnya, " Ya enggak dong mbak, kemarin baru aja pulang. Masa udah mau pulang lagi ke Bandung."

Nyoman terkekeh manis, gadis itu lantas menyampirkan ransel kecilnya di sebelah bahu kiri, "Udah hampir jam tujuh Mand, takutnya di salemba macet jam segini. Kalau gitu, mbak duluan ya Mand, mau jemput teman juga di perempatan," ujarnya sebelum melirik jam tangan sejenak.

Manda menganggukan kepalanya ramah, "Iya mbak, Manda juga udah mau berangkat ini," balas Manda sambil mengenakan helmnya.

Setelah mereka berjalan terpisah, Manda pun segera melangkah menuju parkiran khusus motor, karena kebetulan Nyoman itu salah satu anak kos yang membawa kendaraan roda empat, jadi tempat parikirannya pun jelas terpisah.

Baru saja ingin menstaterkan si matic yang alhamdulillahnya masih sehat-sehat saja, suara berat mesin motor besar seketika memenuhi rungunya membuat gerakannya itu sedikit terhenti, sejak kapan mbak-mbak kos memiliki motor dengan suara khas seperti motor besar itu?

"Ku, Lo ngapain ke sini?" Manda mengerutkan dahinya, melemparkan tatapan heran pada Teungku yang tengah berjalan menghampirinya.

"Aku iseng aja Mand lewat sini, ternyata satu jurusan juga dengan kosan ku," jawabnya dengan netra yang menilik lingkungan sekitar, tampak menilai ke apikkan dari kossan tersebut, " Aku kira kamu ngekos di dekat jalan patya Mand, ternyata disini ya?"

BlutenblattTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang