Bab 23| serang Arkan

214 18 1
                                    

Untung dosen macam Arkan ini hanya ada satu di belahan bumi Indonesia, jika banyak, kelarlah sudah hidupnya.

Happy Reading all:)

_____________________________________________

Ya tuhan! Kurang bageur apa lagi coba Manda sekarang? Menggeleng pasrah mencoba memutar otak untuk memikirkan dosa apa yang sudah ia perbuat selama ini, mbok ya apesnya kok selalu datang silih berganti seolah tak ada jeda sama sekali. Mutar-mutar layaknya jam dinding yang tidak pusing-pusing, Manda mencoba mengecek dari mana asal ban si matic hingga bisa kempes begini.

"Wah neng, ini mah kayaknya ada yang usil sengaja ngempesin ban motor neng Amanda deh, soalnya ini kagak ada paku yang nancep sama sekali, ban dalemnya juga masih baik-baik aja kok neng."

Manda menghembuskan nafasnya kasar. Bangun kesiangan, berujung bolos masuk kelas, dan sekarang masih belum puas juga sialnya datang? Sudah jatuh tertimpa tangga pula, mendingan juga kalau jatuh langsung tertimpa jodoh, bisa bahagia dunia akhirat, lah ini? Bikin naik darah yang ada, mungkin setelah ini Manda akan meminta bantuan Nindi atau Sabrina untuk mengecek tekanan darahnya masih baik-baik saja atau tidak.

"Emang bapak gak tau ini siapa yang ngempesin ban motor saya? Kan biasanya bapak duduk di teras lobby mulu buat mantauin parkiran," tanya Manda pada pria berseragam hitam yang merupakan pihak keamanan di Fakultasnya.

Pria paruh baya dengan rambut yang hampir memutih secara menyeluruh itu tampak menggeleng lemas, nampaknya pak Kardi yang merupakan nama pria itu juga merasa bersalah atas kondisi mengenaskan yang menimpa gadis malang tersebut.

"Apa coba saya cek di cctv aja ya neng biar jelas begitu kan?" Tawarnya sungguh berbaik hati, walaupun ide itu cukup bagus juga jika dilakukan, namun Manda tetap menggeleng untuk menolak, lagi pula ini hanya masalah kecil, belum tentu juga ada orang usil yang benar-benar mengerjainya.

"Gak usah deh pak, biar saya telepon teman saya aja buat bantu nolong, lagi pula cuma bannya aja yang kempes, atau mungkin ini sebelum saya kesini udah kempes duluan kan pak," balas Manda sambil tersenyum ramah dengan jemari yang merogoh kantung celana jeansnya untuk menemukan benda pipih di sana.

"Aduh neng, bapak jadi merasa bersalah sekali dengan neng Amanda. Apa biar bapak antar saja neng sampai ke gerbang Fakultas ya? Biar neng Amanda bisa langsung cari angkutan umum di sana," tawar pak Kardi sekali lagi membuat Manda tersenyum tidak enak hati.

Manda menggelengkan kepalanya, orang baik ya pasti bertemunya dengan orang baik pula, contoh saja Manda misalnya, "Ya ampun pak, udah deh gak apa-apa. Bapak gak usah merasa gak enak begitu, yang ada malah saya jadi gak enak karena ganggu waktu istirahat bapak."

"Walah neng, gak ap----"

"Sudah saya bilang, berhenti ugal-ugalan di jalan! Apa kamu masih tidak bisa mengerti?"

Pergerakannya terhenti ketika secara sadar rungunya menangkap suara berat nan merdu yang ada di balik punggungnya, darahnya mendesir hebat tatkala neuronnya bekerja dengan sangat baik ketika sang otak langsung mampu menerjemahkan siapa pemilik dari suara serak-serak basah nan aduhay tersebut.

Arkan memberikan intruksi untuk pak Kardi agar meninggalkan lokasi, laki-laki paruh baya berhati malaikat itu langsung mengangguk patuh dan tanpa banyak berbasa-basi lagi segera meninggalkan dosen dan gadis tersebut.

BlutenblattTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang