Bab 17| Klarifikasi

230 22 0
                                    

Jangan menyalahkan orang lain atas keegoisanmu. Setiap orang pasti memiliki ujiannya masing-masing. Bahkan, ujian yang datang tidak hanya berbentuk hal buruk, sesuatu yang baik pun bisa datang berupa ujian.


Happy reading all:)

____________________________________________


Tanduk merah yang mendesak ingin keluar dari dua sisi kepala, dan juga asap keruh yang bersiap keluar dari segala lubang kepala, sirna sudah ketika Manda mengetahui fakta yang sebenarnya. Ingin rasanya gadis itu memaki orang yang entah dengan sengaja atau tidak sudah menambraknya. Namun, Keinginan itu pupus sudah ketika Arkan menceritakan latar belakang dari orang tersebut.

Ketika di perjalanan menuju ruang cempaka, di mana menjadi tempat lawan adu motornya tadi sore di rawat, Arkan memberitahu jika ternyata orang tersebut adalah Mahasiswa dari Universitas Negeri sebelah. Dimana keadaan dari laki-laki itu tidak memungkinkan untuk di mintai pertanggung jawaban.

Rizky namanya, Mahasiswa asal Jember yang kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri dengan program Bidikmisi. Rizky datang ke Universitas tempat di mana Manda mengenyam pendidikan dengan tujuan ingin mengunjungi salah satu perpustakaan Fakultas untuk mencari referensi jurnal yang akan ia gunakan sebagai bahan penelitian. Kata Arkan, hidupnya sehari-hari saja bergantung dengan program pemerintah, jadi mana mungkin Manda kekeuh agar laki-laki itu mengganti segala kerugiannya, mulai dari body si merah yang lecet, sikunya juga yang ikut lecet, hingga biaya Rontgennya sendiri.

Manda menarik nafasnya panjang, menatap Rizky dan juga seorang ibu paruh baya berdaster batik yang ada di hadapannya. Di bandingkan Manda, kondisi Rizky lebih parah. Dahinya terkena hampir dua belas jahitan, belum lagi dengan lengan kirinya yang tertekuk dengan bantuan gips.

"Nama gue Amanda, seneng bisa kenal sama Lo Ki," Manda tersenyum dengan lengan kanannya yang terulur menjabat tangan Rizky yang kosong.

Laki-laki itu tersenyum membalas, menyambut hangat uluran tangan Manda, "Gue Rizky. Maaf Amanda, gue gak ada niatan buat nyelakain siapa pun. Ini di luar kemauan gue. Gue bakal usahain buat benerin motor Lo kok Mand, tapi mohon kasih gue waktu ya."

Arkan yang herannya masih mendampingi Manda hanya terdiam, memberikan waktu agar Manda dan juga laki-laki itu untuk meluruskan kejadian yang menimpa mereka.

Manda menggeleng, rasa kemanusiaannya terpanggil juga. Sesalah apa pun Rizky, tidak seharusnya Manda membebani laki-laki itu. Apalagi kondisi dirinya tidak ada yang perlu untuk di khawatirkan, motor kesayangannya pun masih bisa berjalan, walaupun ada sedikit bagian dari body motornya yang ringsek.

"Lo, gak perlu mikirin itu. Namanya juga musibah, siapa yang tau kan? Gue gak minta ganti rugi apa pun dari Lo. Kita damai aja," Manda menarik nafasnya, lantas tersenyum hangat, "Insya allah gue bakal bantu biaya perawatan Lo yang sekarang. Tapi gue minta maaf, kalau biaya rawat jalan gue gak mampu."

Rizky menggelengkan kepalanya, lalu langsung menyela, "Gak usah Mand, Lo minta damai aja gue udah seneng. Gak perlu Lo buat bayar biaya pengobatan gue. Gue udah terdaftar di BPJS kok," balas Rizky keberatan, "Gue benar-benar terima kasih banget dengan Lo, ternyata gue udah numbur orang yang tepat," lanjut Rizky di selingi dengan kekehannya.

Your head!

Manda tertawa menanggapi lelucon dari laki-laki itu. Ini pelajaran bagi Manda, mengendarai motor dengan cara santuy saja musibah tak terduga bisa saja datang. Bagaimana ceritanya dengan dia yang senang sekali bar-bar di jalan raya?

Arkan berdeham, laki-laki yang sedari tadi bertingkah layaknya manekin itu pun kembali angkat bicara, "Jadi bagaimana, Yurcel? Bisa di tutup kan kasusnya? Atau masih bersikeras untuk narik kasus ini ke meja hijau, sesuai dengan apa yang kamu bicarakan ke saya tadi?" Tanya Arkan dengan unsur bercanda.

BlutenblattTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang