Bab 25| Berulah lagi

226 18 0
                                    

Jika saja ada Mantra yang sukses membuat otaknya adem-ayem, Manda rela melakukannya secara rutin tujuh hari tujuh malam, minus malam Jum'at.

Happy Reading All:)

____________________________________________

Manda menahan kikikannya tatkala melihat wajah Arkan yang berubah menjadi masam lantaran seluruh slide materi hari ini Manda percantik dengan menggunakan foto sang dosen yang sengaja ia crop dari salah satu akun media sosial milik Arkan. Sudah gambarnya di ambil dari jarak yang sedikit jauh, eh malah di crop pula, terbayangkan ngeblurnya bagaimana?

Tampaknya foto itu merupakan foto jadul milik Arkan, terbukti dengan tanggal post yang Manda lihat sekitar tujuh tahun yang lalu.

Salah siapa main-main dengan Manda? Jika saja Arkan bisa waras sedikit dengan memberikan tugas di bawah jam normal, mungkin Manda bisa bersikap biasa-biasa saja. Lah ini, di waktu dengan jam yang sangat cocok melakukan sholat malam untuk meminta petunjuk pada sang kuasa, Arkan malah datang menspam akun whatsappnya, dan berakhir membawa sejuta kekekian.

Bukan jodoh yang di tikung di sepertiga malam namanya, melainkan di tikung setumpuk tugas asdos di sepertiga malam yang ada!

"Bisa saya mulai pelajarannya hari ini?"

Suara Arkan mengudara, membuat suasana yang tadinya tampak riuh sana-sini lantaran sibuk membahas tampilan slide yang terpampang nyata pada layar proyektor, akhirnya tenang juga. Hingga hanya menyisakan beberapa bisikan kaum hawa yang tak jengah-jengahnya memuji pesona Arkan sewaktu muda, walaupun tidak secara langsung, namun mimik wajah dari mereka, siapa yang bisa di bohongi?

Arkan berdeham, laki-laki itu tampak mengusap pangkal hidungnya sejenak sebelum kembali melangkahkan kaki menghampiri sang asisten.

Barisan gigi rapi menyambut Arkan yang berjalan menghampiri, hawa panas mulai terasa seiring dengan langkah jenjang sang dosen yang semakin mendekat, "Apa yang kamu lakukan, Yurcel?" Suara datar nan kaku mengalun pada rungunya.

Menyusun dua buah jurnal super tebal milik Arkan ia lakukan sebagai pengalih agar dirinya tidak ngakak di tempat, "Saya hanya melakukan tugas sesuai dengan apa yang bapak perintahkan," balasnya memasang wajah sok manis lalu tersenyum simpul.

Menggelengkan kepala, Arkan lantas membuang nafasnya panjang. Sudah tahu, kegesrekan anak didik yang satu ini tiada tandingan, ini malah mencari penyakit segala.

Aura Arkan menggelap, sisi-sisi negatif mulai berkeliaran di sekitar kepalanya, "Tapi saya tidak pernah memerintahkan kamu untuk menjadikan foto saya sebagai slide materi, Yurcel," balasnya dengan wajah kaku, nyaris menyaingi kanebo kering malah.

Mendengus sebal, lantas Manda bangkit dari bangku yang ia tempati barusan, "Bapak ganteng kalau lagi marah begitu, tapi saya gak suka. Mending bapak kalem aja seperti biasanya," celetuknya asal sambil mengedipkan sebelah matanya jahil.

Sekali lagi Arkan menggeleng tidak habis fikir, menarik nafas panjang sebelum kembali menyahut, "Tidak usah menjelma jadi bucin kamu, habis kelas selesai, temui saya di ruangan!" Umurnya masih muda, jangan sampai ia terserang serangan jantung dan stroke secara bersamaan.

Bibir Manda mengatup rapat, tidak ada kapok-kapoknya ini orang! Selain hutan belantara, ruangan Arkan itu sudah tercatat sebagai list hitam dalam hidupnya.

BlutenblattTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang